I'LL Teach You Marianne

Ketegasan Aaron



Ketegasan Aaron

0Sejak Rose datang dalam kehidupan Aaron, kini pria itu menjadi lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Ia juga terlihat lebih ramah sehingga membuat para staf wanita semakin terpikat kepadanya, terutama Marissa dan Kimberly Henderson. Kakak beradik yang terobsesi menjadi istri dari seorang pebisnis kaya itupun masih belum melepaskan Aaron dari daftar buruannya, kalau awalnya Kimberly saja yang mengejar Aaron kini Marissa pun melakukan hal yang sama. Marissa ikut menjadikan Aaron target tak lama setelah Jack dinyatakan meninggal, gadis itu pun langsung berubah haluan bersaing dengan adik kandungnya sendiri untuk meraih hari seorang Aaron Sean Connery.      

Sore ini ketika semua staf sudah pulang termasuk Kimberly sang adik Marissa masih bertahan di kantor, karena ingin menemui Aaron. Marissa ingin menggoda Aaron yang saat ini seorang diri di ruangannya, kejadian Candice Skyriver yang pernah menggila di ruangan Aaron pun ingin dilakukan kembali oleh Marissa. Ia ingin mencoba apakah Aaron bisa menahan pesonanya atau tidak, karena itulah ia sudah mempersiapkan segalanya termasuk penampilannya yang sudah ia rubah hari ini.     

"Semangat Marissa, di dalam sana adalah jodohmu. Kau harus bisa mendapatkannya,"ucap Marissa dalam hati saat akan melakukan aksinya, dengan menggunakan dress super seksi di balik mantel yang ia pakai Marissa melangkahkan kakinya menuju ruangan Aaron yang tertutup dari dalam.     

Di ruangannya Aaron masih sibuk memeriksa pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh Daniel, karena hari ini Daniel sedang tidak masuk karena harus pergi ke Liverpool menggantikan dirinya untuk meeting sehingga akhirnya mau tak mau ia yang menyelesaikan pekerjaan asistennya itu. Ketika sedang fokus dengan laptop yang ada di hadapannya Aaron dikejutkan dengan masuknya Marissa yang sudah merias wajahnya dengan make up tebal dan lipstik warna merah darah yang begitu menggoda.      

"Tuan…"     

"Akh Marissa, kau belum pulang?"     

Marissa menggelengkan kepalanya. "Saya menunggu anda Tuan dan sudah lama sekali menantikan hal ini."      

Aaron meletakkan berkas yang ada di tangan kirinya ke atas laptop. "Apa maksudmu?"     

Bukannya menjawab pertanyaan yang Aaron berikan Marissa justru membuka mantel yang ia pakai sehingga tubuhnya yang terbalut dres super seksi terlihat jelas.      

"Hei, apa yang kau lakukan!!"hardik Aaron dengan keras, ia terkejut melihat Marissa membuka mantelnya.      

"Saya sudah lama ingin menyerahkan diri pada anda Tuan, saya ingin menyerahkan tubuh saya pada anda seutuhnya,"jawab Marissa tanpa malu.      

Kening Aaron berkerut mendengar perkataan Marissa. "Lebih baik kau pergi dari ruanganku sebelum aku memecatmu Marissa."      

Bukannya takut Marissa justru semakin melangkahkan kakinya menuju Aaron, kedua tangannya terulur ke arah Aaron mencoba menggapainya.      

"Marissa, aku punya batas sabar. Jangan sampai kau bernasib sama seperti ayahmu yang tak punya apa-apa setelah bangkrut, cepat pergi dari ruanganku atau aku akan membuatmu menyesal." Sekali lagi Aaron memberikan peringatan pada Marissa.      

"Saya tak peduli Tuan, yang saya inginkan saat ini adalah anda. Saya ingin memiliki anda seutuhnya…."     

"Marissa Henderson!!! Aku peringatkan lagi padamu, cepat pergi atau kau akan melihat betapa mengerikannya aku saat sedang marah,"bentak Aaron dengan keras, ia benar-benar tak menyangka kalau Marissa yang ia kira sudah berubah masih seperti dulu. Wanita jalang itu tak berubah meski saat ini sudah mendapatkan pekerjaan yang layak.      

Marissa terkekeh mendengar perkataan Aaron, ia yakin sekali Aaron tak mungkin berbuat jahat. Marissa sudah menyelidiki seluk beluk Aaron Sean Connery yang sangat bersih, pria tampan yang ada dihadapannya ini begitu lembut dan tak pernah berlaku kasar pada wanita. Karena itulah Marissa berani berbuat nekat saat ini, ia yakin sekali Aaron tak mungkin berani menyakitinya. Namun Marissa salah, Aaron punya sisi gelap yang tak diketahui siapapun kecuali Daniel sahabt sekaligus asistennya. Saat Marissa mendekat lagi padanya dengan cepat Aaron mencengkram leher gadis itu sampai membuatnya membelalakan kedua matanya.      

"Akh hhmm lepasss tu-tuan.."Marissa menceracau saat mulai kesulitan bernafas saat tangan besar Aaron berada dilehernya.      

Aaron menatap Marissa dengan pandangan jijik. "Aku sudah bilang padamu untuk tak memancing batas sabarku Marissa, tapi kau tak menghiraukannya. Jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan ini padamu."      

Kedua mata Marissa memerah saat sudah mulai kesulitan bernafas karena cengkram tangan Aaron di lehernya semakin kuat, usahanya untuk meminta Aaron melepaskan tangannya pun sia-sia karena Aaron tak mengindahkan cakaran yang ia berikan di tangannya. Aaron benar-benar sudah terpancing emosi, pada saat Marissa hampir hilang kesadaran tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dari luar.      

"Bos, stop!!!"     

Teriakan dari Daniel berhasil membuat Aaron sadar, secara refleks ia melepaskan tangannya dari leher Marissa yang akhirnya membuat Marissa terbebas. Ia terbatuk-batuk di lantai dengan wajah pucat pasca tak bisa bernafas selama Aaron mencengkram lehernya.      

Daniel yang baru kembali dari tempat klien memilih pergi kekantor untuk menyimpan berkas-berkas yang ia gunakan untuk meeting sebelumnya, Daniel sangat malas menyimpannya di apartemen. Saat tiba di kantor Daniel merasa penasaran karena melihat mobil Aaron masih terparkir di basement, karena itulah ia memilih untuk naik ke atas menemui sang bos yang belum pulang. Tanpa ada rasa curiga sama sekali Daniel masuk ke ruangan Aaron dan menemukan hal yang tak terduga sama sekali karena melihat sisi gelap Aaron kembali muncul.      

"Bos…"     

"Singkirkan jalang ini, dia mencoba menggodaku Daniel,"ucap Aaron dengan cepat.     

Tanpa membantah Daniel kemudian menyeret Marisa dari ruangan Aaron setelah ia menghubungi beberapa orang penjaga yang berada di basement, sementara Arab masih duduk di kursinya dengan penuh emosi mengingat peristiwa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian Daniel kembali datang ke ruangan Aaron, ia terdiam saat melihat Aaron menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal diatas meja.     

"Untung saja kau datang Daniel, kalau tidak mungkin saja aku sudah membunuh satu wanita lagi,"ucap Aaron lirih.     

Daniel tak menjawab perkataan Aaron, ia memilih sibuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Aaron dan Marissa melalui cctv diruangan Aaron. Setelah melihat apa yang terjadi Daniel kemudian memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.      

"Aku sudah mengatakan sejak dulu padamu untuk tak menerima perempuan itu meskipun bos, sejak hari pertama Ia datang ke kantor meminta pekerjaan padamu aku sudah mempunyai feeling tak enak tentangnya. Mana mungkin seorang wanita yang sudah terbiasa mendapatkan uang dengan cepat, rela bekerja di sebuah perusahaan selama lebih dari 7 jam disaat ia bisa denga mudah mendapatkan uang-uang itu ketika melayani para pria hidung belang,"ucap Daniel pelan sambil menatap Aaron yang masih menunduk.      

"Aku kira dia sudah berubah Daniel, aku hanya merasa kasihan melihatnya bangkrut saat itu. Karena itulah aku…"     

"Sekali jalang tetap jalang bos, mana mungkin ada wanita yang menolak uang dalam jumlah banyak. Apalagi di London yang notabene adalah sebuah kota besar dengan biaya hidup tinggi,"sahut Daniel dengan cepat.      

Aaron mengangkat kepalanya dan menatap Daniel yang sedang berkacak pinggang di hadapannya. "Ada Daniel, aku mengenal seorang wanita yang tak tergoda dengan uang yang banyak sama sekali."     

"Jangan bilang wanita itu adalah nona Anne, kalau wanita sejenisnya itu adalah 1 diantara 100. Nona Anne berbeda bos dan aku minta padamu mulai saat ini jangan pernah mengingat-ingat kembali nona Anne, kau saat ini sudah memiliki nona Rose. Dia wanita baik, jangan hanya karena kau masih belum move on dari nona Anne hubunganmu dengan teman masa kecilmu itu hancur. Bukankah kau sudah berniat ingin menjalin hubungan serius dengan nona Rose?"     

Aaron menghela nafas panjang. "Aku sudah merelakan Anne sejak lama Daniel, percayalah. Aku yakin kalau Anne hanya akan menjadi temanku saja, aku justru mendoakannya untuk bisa hidup bahagia saat ini. Dan tentang Rose, kau jangan khawatir. Aku dan Rose akan menjalani hubungan ini dengan santai seperti air, aku tak mau memaksakan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius saat Rose masih berniat untuk mencapai cita-citanya. Memberikan bukti kepada keluarga besarnya kalau ia bukanlah seorang gadis yang manja."      

"Syukurlah kalau begitu, kau memang harus bahagia tanpa nona Anne bos. Dan ah iya, aku punya informasi penting untukmu bos. Kau pasti tak percaya, kalau tak melihat secara langsung,"ucap Daniel pelan sambil mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Aaron.      

Kedua mata Aaron membeliak saat melihat foto yang ditunjukkan Daniel.      

"Jack...kenapa kau menunjuk foto Jack padaku?"     

Daniel menggeleng. "Itu bukan Jackson Patrick Muller, dia adalah Alan Knight Clarke satu-satunya penerus keluarga Clarke yang sangat disegani di Luksemburg."     

"Alan Knight Clarke...jangan bergurau Daniel, jelas-jelas pria ini adalah Jack si brengsek yang.. "     

"Awalnya saya pun tak percaya bos, coba kau baca profil pria itu dan temukan sendiri jawabanmu,"ucap Daniel dengan cepat memotong perkataan Aaron karena akan menerima telepon dari para bodyguard yang membawa Marissa ke kantor polisi.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.