I'LL Teach You Marianne

Calon partner



Calon partner

0Sementara itu di kantornya Alan tersenyum puas saat menerima laporan dari polisi yang sudah berhasil menangkap pria yang ingin mencelakai Anne, pria itu tertangkap saat sedang melampiaskan nafsunya di sebuah rumah bordil dengan seorang pelacur yang berada di sana. Pasalnya pria itu sudah tak bisa menahan diri pasca menelan obat kuat saat akan mencelakai Anne, karena itulah ia pergi ke rumah bordil dan membayar pelacur untuk memuaskannya. Mendengar laporan itu Nicholas terlibat marah, pada awalnya ia memang tak suka Alan mengurusi Anne. Namun setelah tahu kalau gadis itu hampir menjadi korban perkosaan amarahnya memuncak, apalagi pria itu sudah mempersiapkan semuanya dengan rapi.      

"Bunuh saja manusia seperti itu pak, dasar sampah masyarakat,"umpat Nicholas kesal saat ikut bicara dengan para polisi yang sedang melakukan video call dengan Alan.     

"Kita akan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku tuan Nicholas, jadi kami tak bisa berbuat seperti itu. Walau bagaimanapun negara kita adalah negara hukum, jadi kita harus…"     

"Kebiri dia, potong kemaluannya." Alan yang sejak tadi diam tiba-tiba ikut bicara dan langsung memotong perkataan sang polisi yang sedang bicara.      

Deg      

Nicholas dan beberapa orang polisi yang ikut dalam pembicaraan itu terkejut, mereka tak menyangka Alan akan memerintahkan hal semacam itu.      

"Tuan…"     

"Bagaimana, kalian bisa melakukan itu bukan?"tanya Alan kembali pada para polisi yang masih sangat terkejut itu.     

Nicholas yang sebelumnya ingin bicara pun langsung menutup mulutnya saat menyadari sang tuan serius dengan perkataannya.      

"Tapi tuan Clarke, ini semua tak semudah itu. Kami tak mungkin melakukan hal yang sangat kejam seperti itu Tuan,"jawab seorang wanita yang merupakan kepala polisi yang mengurus kasus itu dengan cepat, ia berusaha berbicara dengan kalimat yang tepat supaya tak membuat seorang Alan tersinggung dan marah.      

"Lalu apa yang akan kalian lakukan padanya? Hukuman mati? Atau diberikan pada buaya-buaya lapar di Afrika secara hidup-hidup?"tanya Alan kembali tanpa rasa bersalah.     

"Bukan begitu juga Tuan, kami akan memproses kasus ini dengan baik. Anda tak usah khawatir, apalagi bukti-bukti kejahatan orang ini sudah kita kantongi. Jadi dia tak akan mungkin bisa lepas dari jerat hukum negara kita ini,"jawab kepala polisi itu kembali sambil tersenyum.      

"Baiklah, aku serahkan pada kalian. Tapi ingat, aku mau hukuman yang berat untuk orang ini. Dia sudah membuat nama kota ini jelek, berani-beraninya dia mengincar para turis seperti ini. Disaat negara dan para pengusaha sudah bekerja sangat keras untuk mengundang para turis mancanegara, dia seenaknya saja melakukan kejahatan yang paling rendah seperti ini. Merampok kamar hotel para turis, benar-benar manusia tanpa moral sekali dia ini. Aku ingin kalian memberikan hukuman yang besar untuknya supaya para penjahat yang sama seperti orang ini akan berpikir dua kali, aku tak mau mendengar ada kasus kejahatan semacam ini di kotaku. Jadi kalian harus bekerja keras untuk mengurusnya, karena kalau kalian mengecewakan aku maka jangan salahkan aku jika aku akan menghukum mereka dengan caraku sendiri,"ucap Alan datar tanpa ekspresi, kedua matanya masih menatap tajam ke arah kamera sehingga para polisi yang berada di kantor polisi itu bisa melihat dengan jelas tatapan Alan.     

Setelah berkata seperti itu Alan kemudian meninggalkan kursinya dan pergi dari ruang kerjanya meninggalkan layar monitor yang masih terhubung dengan para polisi, melihat hal itu Nicholas kemudian mengambil alih dan langsung duduk di kursi tempat Alan sebelumnya duduk. Sebagai asisten Nicholas tahu kalau Alan sedang sangat kesal sekali saat ini karena para polisi masih akan memproses semuanya melalui hukum, padahal sudah jelas-jelas pria itu melakukan hal yang salah. Apalagi ia memiliki catatan serupa di kantor polisi, dimana pada tahun sebelumnya ia pernah melakukan hal yang sama. Membobol sebuah losmen dan menguras habis barang-barang milik para turis sehingga membuat para turis itu kebingungan, karena uang dan paspor mereka dicuri. Perdagangan paspor di pasar gelap masih sangat tinggi sekali, jadi paspor menjadi harta yang paling berharga untuk para pelaku kejahatan seperti itu.      

"Kami berjanji akan mengusut tuntas kasus ini tuan Nicholas, anda jangan khawatir,"ucap seorang perwira polisi lainnya ikut bicara, mereka tahu kalau Alan sangat marah saat ini.      

"Lebih baik kalian jangan berjanji saja pak, buktikan kalau para polisi memang melakukan pekerjaannya dengan baik. Sehingga angka-angka kriminalitas seperti ini hilang dan tak akan ada lagi para turis yang kehilangan paspornya, karena jujur saja itu sangat memalukan,"sahut Nicholas kembali.     

Para polisi itu menjawab perkataan Nicholas secara kompak dan kembali menjanjikan akan mengurus masalah ini dengan tuntas, termasuk memberikan hukuman yang sepadan untuk penjahat yang sudah berniat ingin mencelakai Anne itu. Tak lama kemudian Nicholas pun menutup panggilan video itu dan mencari sang tuan yang saat ini sedang berada di balkon sambil menikmati segelas red wine kesukaannya.      

"Saya sudah mengurus semuanya Tuan." Nicholas langsung melaporkan apa yang baru saja ia lakukan pada Alan yang tengah menatap langit jingga di ufuk barat kota Luksemburg.      

Alan menenggak red wine terakhirnya di dalam gelas dan menoleh ke arah Nicholas yang berdiri di sampingnya. "Bagus, yang pasti aku tak mau mendengar hal ini terjadi lagi di wilayah manapun yang ada di kota ini. Karena hal itu benar-benar sungguh sangat memalukan sekali, berani-beraninya para penjahat murahan itu mencuri paspor dan menjualnya di pasar gelap. Sungguh bukan sebuah kejahatan yang berkelas."     

Nicholas tak membuka mulutnya kembali karena tak berani berkomentar lagi, ia tak mau membuat mood sang tuan tambah hancur. Karena hari sudah sore Alan pun memutuskan untuk pulang, malam ini ia memiliki jadwal bersama sang kakek menghadiri sebuah pesta pertunangan salah satu rekan bisnis keluarga Clarke. Dan biasanya jika Alan menghadiri sebuah pesta, secara otomatis di tempat itu pasti akan dipenuhi para gadis cantik yang berlomba-lomba mencari perhatiannya. Sebuah kegiatan yang sangat menjemukan sekali untuk seorang Alan sebenarnya karena dikerubuti oleh satu jenis gadis yang sama, gadis yang hanya mendekatinya karena harta. Para gadis cantik karena make up dan baju bagus yang tak segan-segan menunjukkan anggota tubuhnya untuk meraih simpati Alan.      

"Untuk acara nanti malam Tuan Roger juga akan datang Tuan,"ucap Nicholas pelan saat sedang mengendarai mobil menuju kediaman keluarga Clarke.      

"Roger Dauglas?"     

"Iya, teman kuliah anda Tuan Roger Dauglas,"jawab Nicholas dengan cepat.      

Alan terdiam, ia kembali teringat akan ucapan sang kakek yang mengatakan kalau sejak dahulu Roger Dauglas selalu mencoba untuk menyingkirkan alam dari posisinya saat ini. Bahkan menurut sang kakek Roger Dauglas adalah satu-satunya orang yang harus ia hindari, saat kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu Roger Dauglas disinyalir ikut andil dalam penyetingan mobil yang digunakan oleh Alan untuk melintas jalanan di pegunungan yang akhirnya membuat mobil alam mengalami kecelakaan dan masuk jurang yang memiliki sebuah danau yang cukup dalam. Meskipun para polisi tidak berhasil mendapatkan bukti secara nyata yang mengarah pada Roger Dauglas, namun Tuan David Clarke yakin sekali kalau Roger terlibat dalam kecelakaan maut itu. Karenanya tuan David Clarke selalu berpesan kepada Alan untuk tidak bertatap muka dengan Roger secara langsung.      

"Apa anda tidak akan datang Tuan?"tanya Nicholas kembali.      

"Mana mungkin aku tak datang disaat aku sudah menemukan pasangan yang cocok untuk aku ajak ke pesta itu,"jawab Alan datar sambil tersenyum penuh arti.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.