I'LL Teach You Marianne

Bully



Bully

0Setelah puas bermain ski selama hampir dua jam Asher mengajak Suri untuk beristirahat, ia tak tega melihat pipi Suri yang semakin merah karena menahan dingin. Menjadi satu-satunya orang yang menikmati area ski yang dingin dan besar itu membuat Suri bebas melakukan apapun.     

"Coklat hangat dengan taburan cinamon kesukaanmu,"ucap Asher pelan saat meletakkan minuman kesukaan Suri diatas meja.     

Suri tersenyum lebar. "Thanks, Asher."     

Detik selanjutnya dengan cepat Suri meraih cangkir coklat panasnya dan langsung menikmatinya dengan bahagia, melihat cara Suri minum membuat Asher tertawa terbahak-bahak. Gadis itu tak pernah berubah, masih sama seperti Suri yang ia kenal sejak pertama kali ia masuk ke keluarga Clarke pasca kakak dan neneknya yang ada di London meninggal. Menjadi bagian dari keluarga Clarke adalah sebuah hal yang tak pernah berani Asher mimpikan.     

"Suri, perhatian pipimu. Lihatlah coklatnya kemana-mana."     

Suri yang sedang menempelkan bibirnya pada pinggiran cangkir hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Asher, bukannya berhenti Suri justru semakin membuat dirinya kotor dengan lelehan coklat yang semakin mengotori bibirnya.     

"Jesus..."     

Ucapan Asher terhenti karena tiba-tiba Christian yang duduk beda meja dengan mereka langsung sigap datang pada Suri dan langsung menyeka wajah adik kesayangannya itu menggunakan sapu tangan yang ia keluarkan dari saku celananya. Saat Christian menyeka wajahnya Suri hanya diam, ia tak merespon apapun seperti biasanya jika sang kakak sudah turun tangan seperti ini.     

"Kau bukan anak kecil, Suri,"dengus Christian kesal.     

Suri menatap kakaknya dengan aura permusuhan yang kental. "I know, karena itu aku akan segera mencari laki-laki yang akan bisa menikahiku dan.."     

"In your fucking dream!"sahut Christian dengan cepat. "Tak akan ada laki-laki yang bisa menikahimu tanpa seleksi ketat dan izin dariku."     

Wajah jahil Suri langsung berubah pucat dan Asher yang menyadari hal itu langsung bangun untuk melindungi Suri dari tatapan mematikan Christian. "Suri hanya bergurau, Christ. Jangan serius seperti ini."     

Christian menatap wajah Asher yang sudah menjadi pelindung Suri yang sudang nampak sangat shock mendapat umpatan kasar dari sang kakak.     

"I hope so dan lebih baik kau teruskan saja permainan ini karena aku sudah kehilangan mood, aku akan kembali ke hotel,"ucap Christian dingin, kedua matanya masih nampak sangat jelas menunjukkan kemarahan yang sangat besar saat ini.     

Detik yang sama setelah Christian selesai bicara ia langsung membalik tubuhnya dan segera pergi dari tempat itu tanpa menoleh ke belakang lagi, Christian tak menjawab sapaan yang diberikan padanya. Yang ia lakukan hanya terus berjalan dengan memakai jaket tebalnya dan mengabaikan semua orang, tujuannya adalah ranjang saat ini. Ketika sedang kesal tidur adalah pelampiasan terbaiknya.     

Begitu Christian tak terlihat suara isak tangis Suri dapat Asher dengar dengan jelas, seketika Asher pun membalik tubuhnya dan langsung berlutut dihadapan Suri yang sudah tertunduk dalam.     

"Christ tidak benar-benar marah padamu, kau tak perlu menangis, Suri."Asher mencoba menenangkan Suri dengan caranya seperti biasa ketika gadis itu sedang sedih seperti ini.     

"Kau juga melihat tatapan matanya, kan? Sudah sangat jelas kalau Christ marah padaku, Asher."     

Asher menghela nafas panjang, tangannya langsung meraih sapu tangan milik Christian yang sudah kotor dengan coklat diatas meja. Ia lalu melipatnya dan membuat bagian kotor ada didalam, perlahan Asher meraih dagu Suri agar terangkat. Dengan penuh kasih Asher menyeka air mata Suri yang sudah menganak sungai.     

"Christ hanya terlalu menyayangimu, kau tahu itu kan? Maka dari itu sikapnya seperti tadi, seharusnya kau sudah hafal dengan itu, sayang."     

Suri meraih sapu tangan Christian yang ada ditangan Asher dan langsung menyeka air matanya sediri. "Lagipula aku hanya bergurau tadi, kenapa si pangeran es itu tidak bisa diajak bergurau!"     

"Caramu menggodanya salah, Suri."     

Suri mencebikkan bibirnya. "Tapi itu hanya sebuah gurauan, Asher. Lagipula aku juga belum mau menikah, aku kan masih kecil."     

Asher terkekeh geli mendengar ucapan Suri yang menggemaskan. "Iya kau masih kecil, memangnya ada laki-laki yang mau menikahi anak kecil sepertimu."     

Bukannya marah dengan ucapan Asher yang menggodanya Suri justru langsung melipat kedua tangannya di dada, kedua matanya masih menatap ke arah sang kakak yang sudah semakin menjauh dari tempat mereka berada saat ini.     

Karena Suri sudah tenang Asher pun kembali duduk dikursinya semula, menikmati coklat hangat yang sedikit pait kesukaannya sembari sesekali menggoda Suri yang masih sedikit membicarakan Christian. Baik Suri atau Christian keduanya akan sering marah tanpa sebab jika salah satu dari mereka ada yang menyinggung soal pernikahan, padahal diusia Chrsitian yang sudah menginjak 27 tahun ini seharusnya ia sudah mulai memikirkan pasangan tapi yang ada dalam pikiran Christian hanyalah bekerja, bekerja, keluarga dan Suri.     

Saat Suri dan Asher menikmati waktu bersantai mereka tiba-tiba diluar restoran terjadi keributan, awalnya baik Suri ataupun Asher tak memperdulikan hal itu namun karena suara berisik itu semakin terdengar dengan jelas alhasil Suri langsung meraih tangan Asher dan menggenggamnya erat, ketakutan.     

"Asher.."     

"It's ok, i'm here."     

Suri yang tak pernah mendapatkan kalimat kasar dalam hidupnya langsung menciut saat mendengar suara teriakan itu semakin mendekati mereka, secara tidak sadar Suri langsung bangun dari tempat duduknya dan berlindung dibawah Asher.     

Brak     

"Cepat tunjukkan padaku siapa orang arogan yang sudah sok kaya menyewa area ini untuk dirinya sendiri!!"     

Teriakan dari seorang pria tak dikenal langsung memenuhi restoran tempat Asher dan Suri duduk, mendengar teriakan pria itu langsung membuat seluruh tubuh Suri bergetar. Asher yang merasakan ketakutan mendalam dari Suri mencoba tetap tenang, tangan kirinya langsung tertuju pada pistol kecil yang berada di pinggangnya.     

"Maaf Tuan, restoran ini sudah di booking. Lebih baik anda..."     

"Fuck off, pergi kau pelayan rendahan!" Seorang pria lainnya langsung mendorong pelayan itu kebelakang dengan kasar sehingga membuat pelayan kecil itu jatuh.     

Melihat kekerasan seperti itu membuat cengkraman Suri dipundak Asher semakin kuat, gadis itu benar-benar ketakutan.     

"Huan, lihat. Sepertinya kita mendapatkan orang yang kita cari,"ucap salah seorang wanita dari rombongan pengacau itu menunjuk Suri dan Asher yang berada di ruangan itu.     

Pria yang dipanggil Huan langsung mengalihkan pandangannya menatap Suri dan Asher. "Ck, seorang gadis cantik."     

"Jangan tergoda Huan, dia perempuan rendahan,"celetuk gadis lainnya menghina Suri.     

"Tenang guys, kita tak boleh asal bicara. Gadis bermata biru dengan rambut emas seperti ini adalah favoritku, biasanya teriakannya akan sangat keras jika aku menidurinya. Kalian tak boleh bicara seperti itu atau dia akan ketakutan." Pria bernama Huan itu bicara dengan sangat tidak sopan, ia bahkan sempat membasahi bibirnya dengan lidahnya menunjukan kalau ia sangat tertarik pada gadis cantik yang ada dihadapannya.     

"Daddy.."Suri menyebut nama sang ayah dengan suara bergetar.     

Asher yang sudah bisa merasakan ketakutan Suri langsung bangun dari kursinya dan meraih Suri kedalam pelukannya yang langsung Suri balas dengan cengkraman erat di baju Asher.     

"Well...sepertinya akan menarik-"     

"Stop, jangan berani mendekat lagi jika kalian masih mau hidup,"hardik Asher dengan keras.     

Hugo dan teman-temannya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Asher yang dianggap tidak serius itu, mereka tak menyadari keberadaan pistol yang ada dibalik ikat pinggang Asher.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.