I'LL Teach You Marianne

Epilog 2



Epilog 2

0Sejak Suri dibawa pulang kerumah Jack memilih untuk bekerja di rumah, ia menyerahkan semua pekerjaan kantor pada Erick dan Alice. Yang Jack lakukan setiap hari hanya menatap Suri, bayi cantiknya yang sangat luar biasa.     

"Anne…cepat, Suri buang air kecil."     

"Anne…."     

"Sayang, cepatlah!!"     

Jack terus berteriak memanggil Anne yang berada di dalam kamar mandi, melihat popok yang digunakan Suri basah membuat Jack nyaris gila. Melihat Suri menangis seperti itu Jack tak bisa bernafas dengan baik.     

"Jesus…"     

"Astaga, Jack. Aku hanya buang air kecil, kau tak perlu berteriak sampai seperti itu,"ucap Anne pelan saat baru keluar dari kamar mandi.     

Jack menatap Anne dengan mata yang sudah penuh air mata. "Suri menangis, dia tidak nyaman. Popoknya basah, Anne."     

"Ya sudah ganti, bukankah kau sudah belajar banyak dari dokter Rebecca sebelumnya?"     

"Aku tidak bisa, Anne. Suri sangat lemah, aku takut melukainya,"jawab Jack jujur.     

Anne menghela nafas panjang. "Kau tak mungkin melukainya."     

"Mungkin saja, Anne. Tenagaku kan 1000 x jauh lebih kuat dari…"     

"Mau tenagamu satu juta lebih kuat dari Suri sekalipun kau pasti tak akan menyakitinya, tak ada seorang ayah yang mampu menyakiti putrinya, Jack." Anne memotong perkataan Jack sambil tersenyum.     

Jack menggeleng. "Tidak, aku belum berani. Suri masih sangat kecil, usianya baru satu minggu, Anne. Tubuhnya masih sangat rapuh."     

Anne terkekeh. "Ya sudah kalau begitu, aku tidak akan memaksa. Sekarang ayo lihat aku mengganti popok Suri."     

Bak anak kecil yang baik Jack langsung menganggukkan kepalanya penuh semangat, saat Anne mulai mengangkat tubuh Suri untuk melepaskan popok Suri yang sudah basah Jack menahan nafas. Ia takut jika Anne terlalu kuat sehingga melukai tubuh Suri yang masih sangat lemah, namun kekhawatiran Jack tak berlangsung lama karena Anne melakukannya tanpa membuat Suri menangis sama sekali.     

Ajaibnya Suri justru tersenyum ketika tubuhnya diangkat oleh sang ibu dan hal ini membuat Jack mengerjap-ngerjapkan kedua matanya tak percaya saat melihat apa yang dilakukan putri kecilnya itu. Dalam waktu kurang dari dua menit kini Suri sudah Kembali bersih dan hangat, gadis kecil itu juga sudah menutup kedua matanya. Benar-benar luar biasa.     

"Bagaimana?"tanya Anne pelan.     

"Apanya yang bagaimana?"tanya balik Jack bingung.     

"Yang baru aku lakukan, Jack. Cepat dan mudah, bukan?"     

Jack menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak bisa. Aku belum bisa, Anne."     

"Kau berlebihan, Jack. Suri tidak selemah itu, dia bayi manusia, Jack. Bukan sebuah susunan lego yang akan hancur ketika disentuh."     

"Dia adalah nyawaku, Anne. Suri adalah jiwaku, cintaku, segalanya untukku. Dia lebih berharga dari apapun yang ada didunia ini,"ucap Jack serius. "Aku benar-benar tak mau menyakitinya, Anne."     

Anne terdiam, senyumnya tertahan saat melihat ekspresi wajah Jack saat ini.     

"Antara aku, Christian dan Suri siapa yang lebih penting bagimu saat ini?"tanya Anne tiba-tiba.     

Wajah Jack berubah pucat. "A-apa maksudmu, Anne?"     

"jawab saja, aku ingin mendengarnya."     

"Aku tak bisa menjawab dan tak mau menjawab,"jawab Jack ketus.     

"Kenapa?"     

Secara perlahan Jack meraih tangan Anne dan meremasnya dengan kuat. "Kau adalah satu-satunya wanita yang membuatku tetap bertahan di dunia ini, Anne. Kehadiranmu tak bisa dibandingkan dengan Christian ataupun Suri. Kalian bertiga punya ruang masing-masing didalam hatiku, tentu saja aku tak bisa memilih satu dari kalian bertiga. Kalian bertiga adalah hidupku, kalian tiga kesatuan yang menguatkan aku. Jadi tolong jangan berikan aku pertanyaan tidak masuk akal seperti itu lagi."     

"Sebesar itukah cintamu pada kami bertiga, Jack?"     

Remasan tangan Jack semakin kuat di tangan Anne. "Kau meragukan aku?"     

"Bukan begitu, aku hanya ingin tahu saja."     

Jack meraih tangan Anne ke wajahnya dan menciumnya berkali-kali dengan penuh cinta untuk waktu yang cukup lama.     

"Aku tak bisa mendeskripsikan seberapa besar cintaku pada kalian bertiga, yang jelas aku akan suka hati menukarkan semua yang aku miliki untuk membuat kalian bahagia. Bahkan dengan nyawa sekalipun aku rela,"ucap Jack serius.     

Jantung Anne langsung berdetak dengan sangat cepat, meskipun sudah mendengar kalimat cinta dari Jack berkali-kali namun entah kenapa ucapan Jack kali ini terasa sangat lebih kuat efeknya dari yang biasanya.     

Melihat Anne hanya diam saja membuat Jack khawatir. "Kau tidak percaya padaku, Anne? Apa perlu aku membeli satu unit pesawat jet lagi saat ini juga untuk membuktikan ucapanku?"     

Anne langsung menarik tangannya dari genggaman Jack. "Tunggu, coba ulangi perkataanmu, Jack."     

"Membuktikan ucapanku?"     

"No, sebelumnya."     

"Saat ini juga?"     

Anne menggeram. "Jack!!!"     

Jack tersenyum. "Membeli satu unit pesawat jet lagi saat ini juga maksudmu?"     

"Kau serius?"tanya Anne tak percaya.     

"Kita sudah mengenal cukup lama dan kau masih meragukan aku rupanya, Anne,"jawab Jack lembut sambil tersenyum penuh arti.     

"Jesus…kau mau mengoleksi pesawat jet, Jack?"     

"AKu hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putriku, Anne."     

Anne memijat keningnya yang terasa sakit. "Aku tahu, tapi kau tak perlu melakukan hal gila seperti ini, Jack. Kau sudah punya dua pesawat…"     

"Tiga sayang, bukan dua."     

"Nah itu maksudku, kau sudah punya tiga pesawat jet dan sekarang kau membeli satu pesawat jet lagi. Untuk apa, Jack? Anak-anakmu bahkan belum bisa buang air kecil sendiri dengan benar, Jack."     

Jack tersenyum lebar. "Aku sudah memesannya dari perusahaan yang ada di Jerman tiga hari yang lalu, Anne. Tak mungkin bukan jika aku membatalkannya sepihak? Aku seorang pebisnis, Anne. Namaku akan di cap jelek oleh semua orang jika aku membatalkan pembelian pesawat jet yang tidak seberapa itu, memangnya kau mau jika aku punya nama jelek?"     

Anne memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit, Jack benar-benar gila. Bisa-bisanya dia menyebut harga pesawat jet jutaan dolar itu dengan kata tidak seberapa. Damn, standar seorang Clarke benar-benar membuat Anne tak bisa bicara apa-apa.     

Pembicaraan Anne dan Jack terhenti karena seorang pelayan yang membawakan obat untuk Anne masuk ke kamar mereka, dengan sigap Jack lalu mengambil alih tugas pelayan itu membantu Anne untuk minum obat. Meskipun saat melahirkan kemarin Anne ditangani oleh tim dokter terbaik namun tetap saja ia harus menjaga bekas caecarnya dengan baik.     

"Pahit?"     

Anne menggeleng. "Tidak terlalu."     

"Benarkah?"     

"Huum,"jawab Anne singkat sambil tersenyum hangat.     

Jack menyeka sisa air yang tertinggal di dagu Anne dengan lembut. "Aku mencintaimu, Anne."     

"Aku tahu."     

"Aku bersumpah akan membuatmu dan anak-anak kita bahagia selamanya, Anne."     

Anne menipiskan bibirnya. "Aku percaya padamu, Jack. Tapi sekarang aku perlu bukti."     

"Bukti? Apa lagi yang harus aku lakukan untuk membuatmu percaya padaku?"tanya Jack berapi-api.     

"Aku mau makan masakan Jerman, aku lapar,"jawab Anne pelan sambil tersenyum.     

"Hanya itu?"     

Anne menggelengkan kepalanya. "Bukan hanya itu."     

"Lalu apa?"     

"Aku mau makan makanan Jerman yang dimasak orang Jerman asli sekarang juga, Jack."     

Jack tersenyum lebar. "Ok, beri aku waktu lima belas menit."     

Anne menaikkan satu alisnya dengan bingung. "Lima belas menit?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan yang Anne berikan Jack justru bangun dari sofa tempatnya duduk bersama Anne saat ini dan meraih ponselnya yang ada diatas meja."Erick, bawa dua koki berkewarganegaraan Jerman dari hotel terbaik di kota ini sekarang juga kerumahku."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.