I'LL Teach You Marianne

Problem ibu menyusui



Problem ibu menyusui

0Sudah dua bulan berlalu sejak Anne dan Jack mengunjunginya Asher, mereka pun kembali pada kehidupan normalnya di Jenewa.     

Jack kembali dengan segudang pekerjaan yang menumpuk dan Anne yang menikmati kehidupannya sebagai ibu rumah tangga, sesekali Anne akan datang ke kantor untuk mengirimkan makan siang kepada Jack. Jika tidak Anne akan pergi ke rumah Aaron untuk membantu Rose mengasuh putra pertama mereka yang sudah semakin pintar.     

"Putingku sakit sekali, Anne. Aku sudah tidak kuat,"ucap Rose sedih. "Ternyata mengasihi itu menyakitkan sekali."     

"Bryan baru dua bulan, Rose."     

"Aku tahu, tapi aku sudah tidak kuat, Anne. Sakit sekali,"     

Anne menghela nafas panjang. "Jadi bagaimana? Apa kau mau memberikannya susu formula?"     

"Sepertinya begitu, aku sudah benar-benar tidak kuat Anne. Setiap menyusuinya aku selalu menangis,"jawab Rose jujur.     

Anne menepuk tangan Rose untuk memberikan dukungan, menyusui anak pertama memang tidak mudah dan ia sendiri pun sudah merasakannya saat Christian baru lahir empat tahun yang lalu.     

"Kalau kau tak percaya lihat saja sendiri,"ucap Rose tiba-tiba sembari membuka pakaiannya dan menunjukkan puting payudaranya yang sedikit bengkak dan merah.     

"Oh Tuhan, Rose. Ini pasti sakit sekali."     

Rose menganggukan kepalanya dengan cepat. "Tidak hanya sakit Anne, sakit sekali."     

Anne menelan ludahnya dengan cepat, melihat kondisi puting Rose saat ini membuatnya iba. Kondisi Rose semakin buruk karena payudaranya yang bengkak dengan asi yang siap diminum semakin bengkak, ia benar-benar tersiksa saat ini.     

Karena tidak tega Anne pun menghubungi dokter Rebeca untuk membuat janji temu, beruntung saat Anne menghubungi sang dokter langsung mengangkatnya sehingga akhirnya mereka bisa membuat jadwal hari ini. Setelah menghubungi selesai sang dokter Anne pun membantu Rose bersiap, ia menyarankan Rose untuk tak mengenakan bra karena khawatir akan membuat putingnya semakin terluka.     

Bryan sendiri juga sudah dipersiapkan pengasuhnya, melihat kondisi Rose dan Bryan membuat Anne sedih. Pasalnya bayi pintar itu sudah tak bisa dibodohi lagi dengan minum dari botol, ia hanya mau minum dari ibunya secara langsung, jadi yang tersiksa dengan keadaan ini bukan hanya Rose tapi Bryan juga. Karena itu ia buru-buru mengajak ibu dan anak itu pergi ke rumah sakit supaya hal-hal yang buruk tak terjadi.     

"It's ok baby, it's ok…"     

Anne berusaha untuk menenangkan Bryan yang marah, menolak botol susunya. Karena sudah menangis selama hampir 30 menit akhirnya Rose tidak tega, jiwa keibuannya terluka ketiga melihat putranya menangis karena kelaparan.     

Dengan menahan rasa sakit luar biasa Rose pun menyusui putranya, air matanya bahkan sampai menetes dan Anne merasa tidak tega melihat kondisi Rose yang sangat tersiksa itu. Ia kemudian memerintahkan Liam untuk menambah kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di rumah sakit.     

Perjuangan Rose pun akhirnya berakhir karena sepuluh menit kemudian mereka tiba di The Geneva University Hospitals, Rose pun langsung dibawa ke ruang praktek dokter Rebecca menggunakan kursi roda.     

Selama Rose diperiksa oleh dokter, Anne menggendong Bryan yang sudah tenang pasca menyusu. Anak itu benar-benar pintar, dia menangis hanya karena sudah sangat kelaparan dan kembali tenang ketika kenyang. Anne benar-benar tersentuh dengan kepintaran Bryan.     

"Apa yang terjadi pada Rose, dok?"tanya Anne penasaran pada dokter Rebecca yang baru selesai memeriksa Rose.     

"Nyonya Connery mengalami mastitis, Nyonya."     

Anne menaikkan satu alisnya. "Apa itu mastitis, dok?"     

"Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Kondisi ini kerap dialami oleh ibu menyusui sehingga mengganggu proses pemberian ASI kepada bayi. Oleh karena itu, langkah penanganan perlu dilakukan agar asupan nutrisi bayi tidak terganggu,"jawab dokter Rebecca lembut mencoba memberikan penjelasan pada Anne dan Rose. "Apa anda seperti merasa akan flu, Nyonya?"     

Rose mengangguk. "Iya dok, saya sudah flu sejak kemarin sebenarnya. Tapi puji Tuhan sudah membaik."     

"Memang, gejala awal mastitis itu menyerupai gejala flu. Penyebab mastitis pun ada banyak, bisa karena infeksi bakteri atau saluran ASI yang tersumbat. Cara pengobatannya sangat simple, hanya cukup anda terus menyusui bayi anda dan saya akan bantu resepkan antibiotik untuk mengurangi peradangan,"ucap dokter Rebecca kembali.     

"Tetap menyusui, dok?"tanya Rose serak, kedua matanya menunjukkan ketakutan yang besar.     

"Cara paling efektif untuk menghilangkan mastitis adalah tetap menyusui dari payudara yang mengalami mastitis, meski terasa sakit. Dan anda bisa berhenti menyusui justru akan memperburuk mastitis, akan tetapi selama anda bisa menahan rasa sakitnya maka saya sarankan untuk tetap menyusui. Saya akan memberikan beberapa saran pada saat anda menyusui, Nyonya,"jawab dokter Rebecca lembut.     

"Beberapa saran?"     

Dokter Rebecca menganggukkan kepalanya, ia kemudian membersihkan sebuah kertas untuk Rose baca. Anne yang ada disebelah Rose pun ikut mendekat untuk membacanya.     

Pastikan mulut bayi melekat dengan benar pada payudara.     

Cobalah mencari posisi menyusui yang nyaman.     

Pijat payudara dengan lembut saat menyusui untuk memperlancar ASI.     

Hindari menggunakan bra yang terlalu ketat.     

Perbanyak istirahat dan minum banyak air.     

Kompres payudara dengan kain yang telah direndam air hangat atau mandi dengan air hangat. Selain membantu menghilangkan rasa sakit, cara ini juga membuat payudara jadi lebih lunak, sehingga ASI bisa mengalir dengan lebih lancar.     

Anne dan Rose membaca secara bersamaan kertas yang baru saja diberikan dokter Rebecca.     

"Apa hal semacam ini sering terjadi dok?"tanya Anne penasaran.     

"Tidak semua ibu menyusui mengalami dan apabila ada ibu menyusui yang mengalami hal itu biasanya tidak akan berlangsung lama,"jawab dokter Rebecca sambil tersenyum.     

Anne dan Rose kompak menganggukkan kepalanya secara bersamaan, setelah mendengar penjelasan dari dokter Rebecca selama hampir dua puluh menit Rose merasa lebih baik. Kepercayaan dirinya untuk menyusui kembali lagi, meski memang rasanya sangat sakit ketika putranya meminum ASI-nya tapi Rose berjanji akan menikmati dan menahan rasa sakitnya.     

Pada saat dokter Rebecca selesai menuliskan resep tiba-tiba pintu ruangan dokter Rebecca dibuka dari luar secara paksa dan masuklah Aaron yang terlihat sangat panik.     

"Rose, apa yang terjadi? Kenapa kau pergi ke dokter? Apa sudah terjadi hal buruk padamu? Apa kau sakit? Kenapa tidak memberitahu jika kau…"     

Ucapan Aaron terhenti saat tiba-tiba Jack muncul dari belakang dan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, Jack merasa kesal pada Aaron yang sejak tadi sangat berisik.     

Dokter Rebecca tersenyum melihat tingkah ayah baru itu. "Tidak apa-apa, Tuan. Kondisi istri dan putra anda baik-baik saja."     

Mendengar perkataan dokter Rebecca membuat Aaron berusaha melepaskan tangan Jack dari mulutnya. "Ish kau ini menyebalkan sekali, Jack,"ucapnya kesal seraya menepuk dada Jack.     

"Kalau anak dan istriku baik-baik saja lalu kenapa dia harus pergi menemui anda, dok?"tanya Aaron kembali, ia tak mau percaya semudah itu pada sang dokter sebelum mendapatkan penjelasan secara detail.     

Dokter Rebecca tersenyum ia kemudian menjelaskan dengan detail kondisi Rose saat ini, wajah Aaron langsung sepucat kertas saat dokter Rebecca menjelaskan kondisi Rose. Bahkan ia hampir saja terjatuh di lantai kalau saja Jack tak menahan berat tubuhnya.     

"Kau ini badan saja yang besar, mendengar penjelasan seperti itu saja sudah takut,"gerutu Jack kesal.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.