I'LL Teach You Marianne

Orang tua Asher



Orang tua Asher

0Hari yang paling berat dalam hidup Anne akhirnya datang, ia kini kembali harus berpisah lagi dengan Christian yang harus kembali ke Luksemburg.     

Karena pembangunan kolam renang sudah selesai akhirnya Luis datang menjemput Christian secara langsung ke Jenewa, melihat sang kakek datang Christian sangat girang. Anak itu juga menceritakan semua yang sudah ia lakukan di Jenewa, mulai dari naik motor mini pergi mengunjungi Bryan sampai memiliki Droco semuanya ia ceritakan dengan gaya bicaranya yang sangat menggemaskan.     

Anne masih memeluk Christian dengan erat ketika mereka sudah tiba di bandara, meskipun menggunakan pesawat jet pribadi namun tetap saja jadwal penerbangan mereka dilakukan sesuai jadwal yang tertera. Karena itulah mereka tetap tiba tepat waktu di bandara, supaya tidak mempengaruhi jadwal penerbangan pesawat komersial atau pesawat jet lainnya.     

"Mommy jangan sedih, ya. Christian kan pulang bersama Grandpa, nanti kalau Mommy rindu mommy bisa datang menjenguk Christian,"celoteh anak pintar itu seraya menepuk-nepuk pipi Anne.     

Anne tersenyum. "Kau ini kenapa pintar sekali si, sayang. Mommy jadi semakin berat untuk berpisah darimu."     

Christian terkekeh. "Christian akan jadi kakak jadi Christian harus pintar."     

"Menjadi kakak?" Luis langsung menimpali perkataan Christian dengan cepat.     

Christian yang berada di pangkuan sang ibu langsung menoleh kearah Luis. "Iya Grandpa, Christian kan akan punya adik bayi dari Mommy dan Daddy sebentar lagi."     

Luis seketika menoleh menatap Jack dan Anne secara bergantian. "Benarkah itu?"     

Jack terkekeh. "Masih dalam proses, lagipula Anne baru melepas alat kontrasepsinya. Perjalanan untuk mendapatkan bayi lagi masih agak sedikit panjang, Luis."     

"Saya mendoakan yang terbaik untuk anda berdua, Tuan. Semoga setelah ini akan hadir lagi malaikat-malaikat kecil yang akan menyempurnakan kebahagiaan keluarga anda,"ucap Luis tulus mendoakan kebahagiaan Jack dan Anne.     

"Amen." Secara kompak Anne dan Jack serta Erick merespon ucapan Luis.     

Karena sudah tiba waktunya pesawat untuk segera take off akhirnya Luis meraih Christian dari gendongan Anne untuk dibawa masuk ke dalam pesawat, menyusul Droco yang sudah dibawa oleh Noah.     

Meski dengan berat hati Anne pun membiarkan putranya dibawa Luis, sesuai kesepakatan awal dengan Jack untuk membiarkan Luis mengasuh Christian. Air mata Anne menetes ketika tubuh kecil putranya sudah tak terlihat lagi dari pandangannya, dua bulan bersama Christian benar-benar tak cukup untuk memuaskan semua kerinduannya.     

"It's ok, ini demi masa depan putra kita, babe,"ucap Jack pelan, berusaha untuk menguatkan Anne.     

Anne menyeka air matanya perlahan. "Aku tahu, hanya saja rasanya berat sekali ketika harus berpisah dengannya. Christian terlalu menggemaskan, Jack."     

"Tentu saja, dia kan putraku."     

"Jack!!"     

"Haha...aku benar bukan? Memangnya ada yang salah dengan ucapanku? Tidak ada kan?"     

Anne memukul dada Jack dengan kesal, suaminya itu benar-benar menyebalkan dan suka sekali menggodanya. Jack merengkuh Anne dengan erat dan memberikan kecupan padanya berkali-kali di pucuk kepalanya.     

"Christian akan menjadi anak luar biasa, dimasa depan dia akan menjadi panutan, babe. Percaya itu, Luis akan mendidik putra kita dengan sangat baik seperti cara kakekku dulu mendidik Alan,"ucap Jack pelan.     

"Aku harap begitu, aku hanya merasa sedih saja. Rumah akan kembali sepi tanpa keberadaannya, suara tawa dan celotehannya itu akan benar-benar sangat aku rindukan."     

Jack tersenyum. "Bagaimana kalau kita pe pergi honeymoon?"celetuk Jack tiba-tiba.     

"Jack, aku serius."     

"Aku juga serius sayang, dengan kita honeymoon maka kita akan lebih cepat mendapatkan adik untuk Christian. Kau tentu ingat bukan bagaimana kita mendapatkan princess dulu?"     

Anne terdiam, kenangan tentang bulan madunya bersama Jack di Australia satu tahun yang lalu kembali melintas dalam benak Anne.     

"Bagaimana, kau sudah ingat, bukan?"tanya Jack kembali.     

"Sudah."     

"Ya sudah kita honeymoon lagi ya, aku benar-benar sudah tidak sabar ingin memberikan Christian satu lusin adik."     

"Awww."     

Jack menjerit keras saat Anne tiba-tiba melayangkan cubitan pada pinggangnya.     

"Kau kira aku anak kucing yang bisa hamil sebanyak itu, jangan bicara yang aneh-aneh, Jack,"ucap Anne ketus.     

Tawa Jack semakin keras terdengar. Sebenarnya Jack juga tidak benar-benar serius dengan ucapannya, biasanya dia berkata seperti itu untuk membuat Anne marah supaya tidak terlalu teringat pada Christian yang sudah akan segera meninggalkan Jenewa.     

Apa yang dilakukan Jack tepat, pasalnya setelah ia berhasil membuat perhatian Anne tertuju padanya pesawat yang dinaiki Cristian dan Luis pun akhirnya lepas landas menuju Luksemburg, kedua mata Anne berkaca-kaca saat melihat pesawat yang membawa putranya terbang semakin jauh meninggalkan tanah Jenewa.     

"Mommy akan merindukan semua celotehanmu, sayang,"ucap Anne lirih.     

Mendengar perkataan Anne membuat Jack langsung melingkarkan tangannya ke pinggang sang istri dengan erat. "Kita bisa menyusulnya malam ini juga jika kau mau."     

"Jangan gila, Jack. Aku tak serapuh itu, lagipula bukankah saat ini putra kita ada ditangan orang yang tepat?"     

"Iya, tapi aku tak suka melihatmu menangis. Dadaku terasa sesak saat melihatmu sedih,"ucap Jack jujur, saat ini Jack tidak sedang bergurau atau bicara omong kosong karena memang ia ikut merasakan sakit jika melihat Anne menangis.     

Perlahan Anne menyeka air matanya dengan perlahan dan menatap wajah suaminya dengan lekat. "Aku setuju dengan ajakanmu tadi."     

"Eh?"     

"Honeymoon, bukankah kau ingin mengajakku untuk honeymoon?"     

Kedua mata biru Jack langsung membulat sempurna. "K-kau serius dengan ucapanmu kan, babe?"     

"Iya, kenapa? Kau berubah pikiran?"     

Jack langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

"Tidak, mana mungkin aku berubah pikiran. Aku senang sekali kau menyetujui keinginanku untuk pergi bulan madu ke.."     

"Inggris, aku ingin menjenguk Asher." Anne langsung memotong perkataan Jack dengan cepat.     

Senyum yang sudah mengembang diwajah Jack langsung hilang saat mendengar perkataan ini yang ingin menjenguk Asher, Jack tahu jika istrinya itu bertemu Asher maka rencana untuk bulan madu akan gagal.     

"Sudah hampir tiga bulan, aku rindu pada anak itu, Jack. Asher sudah semakin besar, setidaknya dalam satu tahun dua tau tiga kali kita mengunjunginya. Linda dan Paul pasti akan bahagia jika kita menjenguk putra mereka,"ucap Anne kembali dengan suara bergetar, setiap membahas kedua sahabatnya yang sudah meninggal itu Anne pasti sedih. "Kau tahu bukan betapa besar keinginan Linda dan Paul untuk memiliki anak saat mereka masih hidup dulu? Setidaknya dengan kita mengunjungi Asher, apa yang Linda dan Paul ingin lakukan bisa kita lakukan, Jack. Asher berhak merasakan kasih sayang kedua orang tuanya juga seperti Christian."     

Jack menghela nafas panjang. "Baiklah, aku tak bisa menang jika sudah berbicara denganmu."     

"Asher sudah tidak punya siapa-siapa selain kita, Jack. Kau ingat itu kan?"     

"Iya sayang, ya sudah ayo pulang. Kita bersiap, Asher pasti senang jika melihat kita lebih cepat disana."     

"Jack.."     

"Apalagi?"     

Anne langsung memeluk Jack dengan erat dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Jack. Terima kasih, i love you."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.