I'LL Teach You Marianne

Bundle of joy



Bundle of joy

0Karena Christian terus merengek minta adik akhirnya Jack membawanya pergi ke rumah sakit untuk melihat Bryan, putra Aaron dan Rose.     

Awalnya baik Jack ataupun Anne khawatir Christian membuat keributan dirumah sakit, namun kekhawatiran mereka tidak terbukti karena Christian benar-benar menjadi anak yang baik. Tak ada teriakan, tangisan atau kekacauan yang ia buat di rumah sakit. Christian hanya duduk dengan tenang melihat baby Bryan yang sedang tidur di keranjangnya.     

"Sepertinya Christian benar-benar sudah siap menjadi kakak, Anne,"bisik Rose lirih pada Anne.     

Anne tersenyum. "Aku juga berpikir kesana."     

"Ya sudah tunggu apa lagi cepat produksi satu atau dua bayi lagi untuk menemani Christian,"ucap Aaron dengan cepat ikut bicara.     

"Damn, kau kira membuat bayi itu seperti membuat adonan kue yang dibuat hari ini akan langsung jadi?"sengit Jack kesal menimpali perkataan Aaron. "Lagipula istriku baru melepaskan alat kontrasepsinya hari ini."     

Aaron dan Rose langsung menoleh ke arah Anne secara bersamaan. "Memangnya kau memasang alat kontrasepsi, Anne?"     

"Iya, dilenganku."     

Aaron menaikkan alisnya. "Memangnya ada alat kontrasepsi yang dipasang di lengan?"     

Jack yang gemas langsung memukul lengan Aaron dengan cukup keras. "Tentu saja ada, makanya cari tahu. Kau ini bodoh sekali."     

"Ishh aku kan hanya tanya, kenapa kau yang emosi!!"sahut Aaron ketus sembari memegangi lengannya yang baru dipukul Jack.     

"Alat kontrasepsi itu banyak macamnya, ada yang diminum, di inject dalam rahim atau ditanam di kulit seperti yang aku pilih. Selera saja ingin memakai yang mana, sesuai kenyamanan masing-masing,"ucap Anne pelan memberikan penjelasan pada Aaron dan Rose.     

"Oh begitu, aku kira hanya kondom saja alat kontrasepsi,"celetuk Aaron kembali.     

Ucapan Aaron langsung membuat Rose, Anne dan Jack menatap sinis padanya. Terutama Rose, Rose terlihat sangat kesal pada Aaron saat ini.     

"Apa? Kenapa kalian semua terlihat tidak suka? Dimana salahku?"tanya Aaron kembali tanpa rasa bersalah.     

Karena Jack sudah kesal, tanpa bicara ia langsung membekap mulutnya Aaron menggunakan satu tangannya dan memaksanya keluar dari ruang perawatan Rose.     

Rose terkekeh geli melihat apa yang dilakukan Jack kepada suaminya. "Sepertinya kita akan semakin sering bertemu, Anne. Sepertinya suami kita akan menjadi sahabat akrab nantinya."     

"Sepertinya begitu, tapi sebenarnya dulu mereka juga sudah dekat sebelum aku tahu kalau Jack adalah seorang CEO mereka sebenarnya sudah saling mengenal satu sama lain,"ucap Anne pelan seraya mengunyah jeruk yang baru ia kupas.     

"Tunggu, jangan bilang kalau dari awal tidak tahu kalau suamimu adalah seorang CEO, Anne?"     

Anne menipiskan bibirnya. "Sayangnya begitu, pertemuan pertamaku dengan Jack adalah sebuah ketidaksengajaan. Dimana saat itu aku sedang mencari karyawan untuk coffee shop, aku bertemu Jack ketika ia sedang duduk di pinggiran sungai yang biasa aku lewati setiap hari ketika kami tinggal di Newcastle Upon Tyne."     

"What.. bagaimana Anne, aku tak mengerti. Coba kau ceritakan lebih detail lagi." Rose meminta penjelasan lebih detail pada Anne.     

Anne terkekeh, ia pun mulai menceritakan pertemuan pertamanya dengan Jack di Newcastle Upon Tyne beberapa tahun yang lalu. Selama Anne bicara Rose hanya bisa menutup mulutnya saja menggunakan kedua tangannya, ia benar-benar tak percaya dengan cerita Anne.     

"Serius Anne, kalau kisahmu ini dibuat dalam novel aku yakin akan banyak pembaca yang ikut terkesima seperti aku. Sungguh luar biasa, aku tak percaya ada kebetulan seperti itu,"ucap Rose takjup, ia benar-benar tak menyangka ada kisah cinta indah seperti kisah Anne dan Jack.     

Anne terkekeh. "Tapi semua itu belum apa-apa Rose, perjalanan cinta kami jauh lebih rumit dari yang kubayangkan sebelumnya. Tapi aku bersyukur semua itu sudah berlalu, kami berdua berhasil melewati badai dan rintangan yang datang silih berganti mewarnai perjalanan kehidupan rumah tangga kami sehingga kami berdua ada di titik ini."     

"Aku tahu, kau benar-benar wanita hebat Anne. Terima kasih karena kau tetap memilih untuk bersama Jack, sehingga aku bisa mendapatkan Aaron."     

"Jangan bicara seperti itu, Rose. Sejak awal memang sudah ditakdirkan untukmu, aku adalah seorang teman yang kebetulan hadir dalam hidupnya. Mewarnai sedikit bagian dari perjalanan hidupnya sebelum menemukanmu,"ucap Anne pelan sembari meremas punggung tangan Rose dengan lembut.     

Kedua mata Rose tiba-tiba berkabut. "Aaron benar, kau memang seorang wanita yang luar biasa, Anne. Aku bersyukur mengenalmu, aku harap pertemanan kita akan terus terjalin sampai anak-anak kita dewasa dan memiliki kehidupan yang masing-masing."     

Anne menganggukkan kepalanya merespon perkataan Rose, ia tak mau mengucapkan satu patah kalimat pun atas respon ucapan Rose. Pasalnya saat ini Anne langsung teringat akan janji pertemanan seumur hidupnya dengan Linda yang sudah diucapkan bertahun-tahun yang lalu, sejak mereka baru saja masuk kampus. Anne tidak mau kehilangan seorang sahabat lagi, karena itu ia tidak mau berjanji apapun dengan orang lain lagi.     

Tangisan Bryan akhirnya menyelamatkan Anne dari perbincangannya dengan Rose. Tanpa diminta tolong oleh Rose, dengan cekatan Anne meraih baby Bryan dari dalam kotak tidurnya untuk dibawa ke Rose supaya diberi makan.     

Saat melihat Bryan menyusu pada sang ibu Christian banyak sekali bertanya pada ibunya, mulai dari kenapa bayi minum susu, hingga kenapa Bryan belum memiliki gigi. Semuanya Christian tanyakan pada ibunya, Anne pun dengan hati-hati memberikan jawaban atas pertanyaan kritis putranya. Ia tak mau asal bicara supaya Christian tidak berpikir terlalu jauh, walau bagaimanapun seorang anak seusia Christian adalah anak yang banyak sekali ingin tahu karena itu sebisa mungkin Anne berusaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal.     

"Jadi kapan aku akan punya adik sendiri, Mom? Aku kan juga ingin punya adik bayi seperti aunty Rose,"celetuk Christian tiba-tiba di sela-sela pertanyaan yang ia berikan pada sang ibu.     

Anne membelai rambut Christian dengan lembut. "Doakan Mommy dan Daddy, ya. Supaya secepatnya bisa mengabulkan permintaan Christian."     

"Ok, aku akan berdoa kepada Tuhan pada pagi, siang dan malam agar Mommy dan Daddy bisa segera memberikan aku adik,"jawab Christian berapi-api, sungguh menggemaskan melihatnya seperti itu.     

Rose tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Christian yang sangat menggemaskan itu, ia benar-benar tak percaya ada anak seperti Christian yang sangat pintar dan kritis di usianya yang belum genap empat tahun.     

Suara tawa kembali terdengar di dalam ruang perawatan Rose karena celotehan Christian yang lain, anak itu benar-benar menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan Anne saat ini. Rose pun bisa melihat jelas dari kedua mata Anne yang terlihat sangat bahagia ketika melihat tingkah putranya yang luar biasa, sepertinya kesedihan Anne atas kematian princess sudah tak dirasakan lagi saat ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.