I'LL Teach You Marianne

Give me a brother



Give me a brother

0Setelah bicara panjang lebar dengan dokter Rebecca akhirnya alat kontrasepsi yang tertanam di lengan Anne pun dilepas, selama proses pelepasan alat kontrasepsi itu jek terus menggenggam tangan Anne yang lain dengan mata berbinar. Ia benar-benar sudah tidak sabar memiliki anak lagi bersama Anne.     

"Ok, anda sudah boleh bangun Nyonya,"ucap dokter Rebecca lembut setelah berhasil mengeluarkan alat kontrasepsi dari tangan Anne.     

Dengan bantuan Jack perlahan Anne bangun dari ranjang periksa dan duduk kembali di kursi yang ada di hadapannya dokter Rebecca.     

Setelah berterima kasih pada sang dokter yang sudah membatu Jack dan Anne pun meninggalkan tempat itu untuk pulang, banyak hal penting yang harus Anne lakukan setelah implan kontrasepsinya dilepas. Karena itu Jack langsung mengajak Anne pulang.     

"Kau ingat semua pesan dokter Rebecca bukan?"tanya Jack lembut pada Anne yang sudah menyandarkan kepalanya di di sandaran kursi.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku ingat."     

"Baguslah, aku benar-benar sudah tidak sabar, Anne."     

Anne tersenyum tanpa membuka kedua matanya, hari ini ia benar-benar sangat lelah. Bangun pagi-pagi sekali karena mendapatkan telepon dari Aaron karena Rose akan melahirkan membuat Anne menjadi sangat mengantuk hari ini, karena itu ia memilih untuk memejamkan kedua matanya.     

Jack sendiri tak keberatan jika Anne tidur, ia tahu istrinya sedang sangat lelah. Menemani seseorang melahirkan bukan hal yang mudah, selama perjalanan pulang Jack terus menggenggam tangan kanan Anne dengan lembut.     

Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam akhirnya mobil yang dikendarai Erick pun tiba di rumah, karena tak tega membangunkan Anne yang sudah pulas Jack akhirnya memutuskan untuk menggendong tubuh istrinya masuk kedalam rumah. Beberapa pelayan yang melihat kemesraan sang majikan nampak tersenyum, mereka ikut berbahagia melihat keharmonisan sang tuan dan sang nyonya yang tak hilang bahkan setelah semua badai yang selama ini mencoba menggoyahkan rumah tangga mereka.     

Senyuman Erick yang tengah berdiri disamping mobil mendadak hilang saat Christian menyentuh kakinya.     

"Uncle, Mommy kenapa? Apa Mommy sakit?"celoteh anak menggemaskan itu penasaran.     

Erick menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mommy baik-baik saja."     

"Lalu kenapa Mommy digendong kalau tidak sedang sakit? Kan Mommy punya dua kaki yang bisa dipergunakan untuk berjalan?"     

"Mommy sedang tidur karena kelelahan menunggu aunty Rose melahirkan di rumah sakit, karena itu tadi Mommy digendong oleh Daddy masuk ke dalam rumah, sayang,"jawab Erick lembut pada Christian yang sedang mengelus-elus kepala Droco.     

Manik biru Christian membulat sempurna. "Aunty Rose punya bayi?"     

"Iya, seorang bayi laki-laki."     

"Wahhh benarkah? Asikk aku punya teman baru!!'jerit Christian penuh semangat.     

Erick terkekeh geli melihat sikap Christian, perlahan ia mengangkat tubuh bocah itu ke gendongannya. "Urrghh Christian berat sekali, kau benar-benar sudah besar."     

"Sure, aku sudah besar. Uncle, can i ask something to you?"     

"Of course you can, what do you want to ask?"     

Dengan tangan kecilnya Christian meraba wajah Erick. "When will I have a younger brother of my own?"     

Erick hampir tersedak mendengar pertanyaan Christian yang tidak terduga itu, ia kini bingung harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan yang diucapkan oleh anak berusia empat tahun yang sangat pintar itu.     

"Hmm untuk pertanyaan itu uncle tak bisa menjawabnya."     

Christian memiringkan kepalanya. "Why?"     

"Karena yang bisa menjawab pertanyaan Christian adalah Mommy dan Daddy, bukan uncle."     

Christian mencebik, terlihat kesal dan hampir menangis. "Kenapa harus menunggu jawaban dari Mommy dan Daddy, kenapa tidak uncle saja yang menjawabnya?"     

Erick panik, ia tak tahu harus memberikan jawaban apa lagi pada Christian yang sangat kritis itu. Pasalnya Erick tahu jika ia salah bicara maka ia sendiri yang akan mendapat masalah dari sang tuan, karena itu Erick mencoba untuk bicara dengan hati-hati sekali supaya ia tak mendapatkan masalah di kemudian hari.     

"Wow, anak anjing siapa ini? Uncle baru melihatnya hari ini?"tanya Erick dengan cepat mencoba mengalihkan pembicaraan.     

Christian tersenyum lebar. "It's, my puppy, uncle. His name is Droco."     

"Droco? Nama yang sangat keren, apa dia seekor jantan?"     

"Yes, he is. Bagaimana uncle tahu kalau dia jantan?"     

Erick tersenyum lebar rencananya berhasil. "Tentu saja uncle tahu, namanya saja sudah sangat keren seperti itu. Droco, tidak mungkin bukan seekor anjing betina bernama Droco. Karena kebanyakan anjing betina itu diberi nama Bella, Poppy dan nama-nama menggemaskan lainnya."     

Christian tertawa lebar mendengar perkataan sang paman, ia benar-benar lupa dengan pertanyaan yang sebelumnya ia ajukan. Karena gemas melihat Droco menggoyang-goyangkan ekornya, Christian pun meminta diturunkan dari gendongan sang paman. Setelah berhasil turun Christian lalu mengajak toko bermain kembali di taman, Erick sendiri pun memilih untuk menemani Christian bermain. Ia tak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Christian adalah ahli waris keluarga yang ia layani. Karena itu Erick harus memastikan ia baik-baik saja meskipun saat ini sedang berada di dalam lingkungan rumah yang sudah dijaga ketat oleh bodyguard bersenjata, semenjak kejadian terakhir di Luksemburg Jack langsung melakukan antisipasi dengan mengerahkan anak buahnya lebih banyak untuk menjaga rumahnya supaya penyerangan seperti waktu itu tidak terjadi lagi.     

Meskipun otak dari penyerangan itu saat ini sudah ditahan namun tetap saja Jack tidak mau mengambil resiko, baginya kejadian waktu itu adalah sebuah pengingat baginya bahwasanya masih banyak musuh-musuhnya yang menginginkan kehancuran keluarganya.     

Tawa Christian terdengar keras saat ia bermain bersama Erick ditaman, Jack yang baru selesai membaringkan tubuh sang istri diranjang pun sampai bisa mendengar tawa putra kebanggaannya itu dengan jelas.     

"Christian sedang bermain dengan siapa?"tanya Jack penasaran pada salah satu pelayannya.     

"Tuan muda sedang bermain bersama tuan Erick dan Droco, Tuan."     

"Erick dan Droco? Siapa Droco?" Jack kembali bertanya dengan bingung, ia lupa dengan keberadaan Droco yang selama beberapa hari ini menjadi teman bermain putranya.     

Para pelayan yang mendengar pertanyaan seperti itu dari sang tuan nampak saling pandang beberapa saat dengan bingung, mereka tak percaya sang tuan akan lupa dengan Droco.     

"I-itu Tuan, Droco adalah anjing kecil milik-"     

"Astaga Tuhan...aku lupa soal itu, ya ya ya aku ingat sekarang. Jesus, aku sudah tua rupanya. Aku benar-benar pikun,"ucap Jack dengan keras seraya menepuk keningnya dengan keras ketika berhasil mengingat soal anak anjing milik putranya.     

Keempat pelayan yang berdiri di depan Jack hanya bisa tersenyum melihat sikap tuannya, mereka pun kembali melanjutkan pekerjaannya pasca sang tuan pergi menuju taman untuk bergabung dengan Erick dan putranya yang terlihat sangat bahagia bermain bersama Droco.     

"Apakah Daddy boleh bergabung?"tanya Jack dengan keras saat sudah berada ditaman.     

Christian yang sedang memegang tulang-tulangan milik Droco langsung menoleh ke arah sang ayah, senyumnya merekah melihat ayahnya datang. Dengan kaki kecilnya Christian berlari mendekati ayahnya yang juga sedang berjalan ke arahnya.     

"Happ, anak Daddy sudah besar rupanya. Kau berat sekali sekarang sayang,"ucap Jack pelan saat berhasil menggendong Christian.     

Christian terkekeh. "Sure, I'm not a kid anymore. Then when will I have a little brother like aunty Rose and uncle Aaron, Dad?"     

"What?"     

"Come on Daddy, give me a little brother. I want to play soccer with my brother Daddy!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.