I'LL Teach You Marianne

I have more



I have more

0Keberadaan Droco membuat Christian menjadi sangat senang, bahkan disela-sela pembelajaran membosankan Christian tetap bersemangat karena ada Droco yang menemaninya belajar. Dalam usianya yang belum genap empat tahun Christian sudah belajar bahasa Perancis yang sangat sulit itu, hal ini tentu saja dilakukan atas instruksi Luis. Bahkan setelah belajar bahasa Perancis biasanya Luis akan mengajak Christian bergurau menggunakan bahasa Spanyol, bahasa ibu seroang Luis yang mempunyai darah Spanyol dari sang ibu.     

Anne menyesap teh tanpa gulanya dengan terus memperharikan sang putra yang sedang belajar bersama guru pribadinya tak jauh dari meja makan dimana ia sedang berasa saat ini.     

"Sudah sampai mana pembelajaran, Christian?"tanya Jack penasaran.     

"Sudah dalam tahap belajar mengucapkan kata-kata dalam bahasa Perancis,"jawab Anne pelan sambil tersenyum penuh keharuan dan rasa bangga pada sang putra.     

"Bagus, itu artinya peningkatannya sudah sangat pesat."     

Anne menipiskan bibirnya, perlahan ia menoleh ke arah Jack yang sedang menikmati makan paginya. "Apa dia harus belajar sekeras itu, Jack? Christian masih kecil, di usianya saat ini harusnya dia banyak bermain. Menikmati hidup seperti anak-anak seusianya."     

Jack yang sedang mengunyah daging turkey tersenyum mendengar pertanyaan sang istri. "Christian adalah ahli waris dari kerajaan bisnis yang aku dan kakek kembangkan, Anne. Selain Muller Finance Internasional dia juga harus memegang Clarke Enterprise yang ada di Luksemburg. Jadi mau tak mau sejak kecil ia harus belajar banyak bahasa seperti ini, Anne. Kita tak tahu dengan siapa ia akan bertemu dimasa depan."     

"Iya aku tahu, hanya saja aku kadang-kadang merasa kasihan padanya."     

"Christian tidak selemah itu, kau tahu kan?"     

Anne tak merespon perkataan Jack kembali, fokusnya hanya tertuju pada putranya yang sedang mengikuti cara bicara sang guru yang sangat sabar itu.     

"Babe."     

"Yes."     

"Ada hal penting yang ingin kuberitahu padamu,"ucap Jack pelan.     

"Ya sudah bicara saja, aku akan mendengarnya."     

Jack menggelengkan kepalanya, ia lalu meletakkan garpu dan pisaunya diatas piring dan mendekati Anne yang duduk diseberangnya. "Ikut aku,"ucapnya kembali saat sudah menyentuh pundak Anne.     

"Kemana?"     

"Ruang kerjaku,"jawab Jack singkat.     

Tanpa bicara lagi Anne pun segera bangun dari tempat duduknya saat ini dan berjalan mengikuti Jack dari belakang menuju ruang kerja yang berada didekat tangga, saat Anne dan Jack pergi Nicholas lalu menggatikan tugas mereka berdua mengawasi Christian belajar. Ia harus memastikan sang guru privat yang dipanggil itu tidak mengajarkan Christian kata-kata tidak penting.     

Begitu berada dalam ruang kerja suaminya Anne segera duduk di sofa tempatnya biasa duduk jika sedang berada diruangan itu, sementara Jack sendiri masih sibuk dangan brankas yang terpasang di dinding yang ada disamping lemari kecil. Tak lama kemudian Jack sudah kembali ke hadapan Anne dengan membawa sebuah bussines file berwarna merah yang ia baru keluarkan dari dalam brankas besi itu.     

"Apa ini?"tanya Anne penasaran pada Jack yang baru saja meletakkan berkas yang ia ambil dari dalam brankas tepat dihadapan Anne.     

Jack tersenyum. "Bukahlah, kau akan tahu."     

"Ok."     

Tanpa diperintah dua kali Anne lalu membuka berkas yang ada di dalam bussines file merah itu tanpa bicara, detik selanjutnya tak terdengar apapun lagi diruangan itu. Jack memilih untuk diam dan tak bersuara, sementara Anne masih fokus dengan berkas yang ada ditangannya.     

"J-jack ini..."     

"Surat wasiat Leon untukmu, sebelum meninggal Leon membuat surat wasiat itu yang isinya adalah memberikan semua harta milik keluarga Ganke padamu."Jack memotong perkataan Anne dengan cepat.     

Air muka Anne langsung berubah. "M-meninggal?"     

"Yes, Leon memilih mengakhiri hidupnya sendiri,"Jack menghela nafas. "Leon mengambil jalan pintas itu karena merasa sudah tak mampu menjalani hidupnya kembali, kematian Steffi benar-benar membuatnya terpukul."     

Berkas yang ada ditangan Anne sedikit bergetar karena tubuh Anne langsung gemetaran, ia tak percaya seorang Leonardo Ganke yang sangat angkuh itu memilih jalan sependek ini untuk menyudahi semuanya.     

"Aku menolak harta milik keluarga Ganke yang diberikan padamu,"ucap Jack kembali.     

Anne yang sedang menunduk perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Jack yang sedang menatapnya tanpa berkedip, kedua mata sembabnya menatap sayu pada Jack. "Kau menolaknya?"     

"Tentu saja aku menolaknya, kau istriku, Anne. Aku tak kesulitan untuk memberikan nafkah padamu,"jawab Jack dingin. "Dan semua uang itu saat ini sudah aku berikan pada yayasan yang aku dirikan di Berlin atas nama keluarga Ganke."     

"Tunggu, yayasan atas nama keluarga Ganke? Apa maksudmu?"     

Jack menghela nafas panjang, ia kemudian menceritakan semuanya pada Anne dari awal termasuk pada saat ia mengetahui Leon bunuh diri di bangsal perawatannya satu hari setelah ia menemui pengacaranya. Selama Jack bicara Anne tak mengalihkan pandangannya sedikitpun darinya, beberapa kali Anne terlihat memejamkan matanya saat Jack menceritakan kondisi jenasah Leon saat pertama kali ditemukan petugas sampai Jack datang dan melihatnya.     

"Kau tak marah bukan dengan apa yang aku lakukan?"tanya Jack pelan mengakhiri ceritanya.     

Alih-alih menjawab pertanyaan yang diberikan Jack padanya Anne justru meletakkan berkas yang ia pegang ke atas bussines file yang tergeletak diatas meja dan berkata, "Untuk apa aku marah?"     

"Harta yang ditinggalkan Leon untukmu sangat banyak dan-"     

Jack menghentikan ucapannya saat melihat Anne mengangkat tangannya ke udara.     

"Kau lupa siapa aku, Jack?"     

Jack memiringkan kepalanya, bingung. "Apa maksudmu?"     

"Aku adalah Marianne Clarke, istri dari Jackson Knight Clarke seorang pengusaha nomor satu di Eropa dan sebagian Asia serta Australia. Apa dengan statusku saat ini menurutmu aku akan kekurangan uang?"     

Senyum Jack langsung tersungging lebar. "Oh anda terlalu percaya diri sekali, Nyonya."     

"Tentu saja, suamiku sangat kaya jadi untuk apa aku tergiur dengan uang yang hanya sedikit itu."     

"Wow hanya sedikit, keluarga Ganke bukanlah keluarga sembarangan, Anne."     

Anne tersenyum, perlahan ia bangung dari kursinya dan berpindah tempat duduk dipangkuan Jack. Anne bukan duduk dengan gaya menyamping, tapi lebih dari itu. Ia duduk dengan membuka kedua pahanya dan meletakkan masing-masing pahanya disamping kanan dan kiri paha Jack, sungguh sangat menggoda iman Jack sepagi ini.     

"Anne, ini masih pagi,"desah Jack serak.     

"I know."     

"Lalu apa yang kau..cup.."     

Anne memberanikan diri mencium bibir Jack dengan cepat.     

"Aku bukanlah wanita penggila harta, Jack. Sejak kecil cita-citaku adalah ingin memiliki keluarga sedehana tidak lebih, memiliki suami yang setia dan mencintaiku dengan tulus. Memiliki sebuah rumah sederhana yang penuh dengan cinta dan tawa anak-anak, tidak lebih dari itu. Tapi ternyata Tuhan tidak mengizinkan hal itu terjadi, Dia memberikan aku suami yang sangat luar biasa. Suami yang tak pernah aku bayangkan sama sekali dan saat ini aku sudah sangat bahagia sekali dengan apa yang aku miliki, jadi untuk apa aku tergoda dengan uang milik orang lain, Mr Clarke?"     

"Anne..."     

Anne kembali mendaratkan ciumannya di bibir Jack yang sudah basah.     

"Jadi Mr. Clarke, aku minta padamu untuk tak menggodaku dengan uang lagi. Karena percayalah aku tak akan tergoda dengan hal itu, aku sudah mendapatkan lebih dari itu dari suamiku,"ucap Anne kembali setengah berbisik dengan tangan yang sudah menyelip kebalik kemaja yang Jack gunakan.     

Jack yang sudah terpancing langsung mencengkram bokong Anne dengan kuat, kedua matanya menatap nanar pada Anne. Sebuah tatapan yang Anne bisa artikan.     

"Do it now,"bisik Anne lirih tepat ditelinga Jack.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.