I'LL Teach You Marianne

The Jealous man



The Jealous man

0Selama makan malam berlangsung Jack hanya mengacak-acak makanannya, fokusnya masih tertuju pada Anne dan Edgar yang terlihat sangat akrab. Keduanya bahkan sangat kompak saat bergantian memberi makan pada Snowee si anjing golden retriver yang berusia 3 tahun itu.     

"Jadi kau akan tinggal di Jenewa?"Anne mengulang perkataan Edgar.     

"Iya, sepertinya aku sudah terlalu lama bersembunyi. Bukankah hidup harus terus berjalan?"     

Plak     

Anne memukul lengan Edgar dengan cukup keras. "Nah itu baru laki-laki, kau berhak bahagia juga, Edgar."     

"Terima kasih sarannya, Nyonya,"jawab Edgar pelan sambil meraba lengannya yang terasa panas.     

Anne hanya tertawa mendengar perkataan Edgar, mereka berdua pun kembali meneruskan makan tanpa menyadari hawa dingin yang menusuk berasal dari Jack yang sedang menatap tajam mereka berdua. Hanya Erick dan Nicholas sajalah yang saling sikut melihat keadaan sang tuan, sementara Alice nampak sangat menikmati makan malamnya seolah tak terjadi apa-apa.     

Setelah satu jam berlalu Edgar pun berpamitan pada Jack dan Anne, ia harus kembali ke rumahnya untuk segera istirahat. Dokter pribadinya masih sangat mengawasi jam kerjanya.     

"Aku tidak tahu perbuatan baik apa yang sudah kau lakukan di masa lalu sehingga kau memiliki wanita sebaik istrimu, brengsek. Jaga dia baik-baik, percayalah diluar sana banyak pria yang akan dengan senang hati menerima istrimu,"bisik Edgar pelan saat memeluk Jack ketika akan pulang.     

Jack tersenyum. "Apa kau termasuk dalam barisan pria-pria itu, Jones?"     

Edgar langsung melepaskan pelukannya pada Jack sembari tertawa terbahak-bahak. "You know me, Muller. Aku adalah seorang pria yang sangat menjunjung pertemanan, jangan ragukan aku."     

"Yeah, i hope so."     

"Wait, kau tak sedang punya pikiran jelek padaku, bukan?"     

Jack menaikkan kedua bahunya secara bersamaan tanpa ekspresi, terlihat sangat menyebalkan sekali dan Edgar tak terlalu mengambil pusing hal itu. Mengenal Jack sejak mereka remaja membuatnya tahu sifat asli Jack. Setelah berpamitan dengan Jack, Edgar pun berpamitan pada Anne. Pria itu tak memeluk Anne seperti saat ia memeluk Jack, sepertinya Edgar benar-benar menepati ucapannya.     

"Kau harus bersabar menghadapi singa pencemburu ini, Anne. Aku harap stok kesabaranmu melimpah."     

Anne tertawa geli mendengar perkataan Edgar. "Kau tenang saja, stok kesabaranku untuk pria ini tanpa batas. Jadi kau tak usah khawatir."     

Secara tiba-tiba Edgar langsung melingkarkan tangannya ke pundak Anne yang mana hal ini membuat semua orang kaget, termasuk Jack sendiri yang hampir memekik.     

"See, kau dengar tadi, bukan? Istrimu ini benar-benar luar biasa, jadi kau tak perlu cemburu lagi padaku."     

Seketika Anne menoleh pada Edgar yang tengah merangkulnya. "Wait, Jack cemburu padamu?"     

Edgar terkekeh geli. "Menurutmu dengan sikap dinginnya tadi itu apa kalau dia tidak sedang cemburu? Aku terlalu mengenal suamimu, Anne."     

"Damn, kau tahu aku cemburu tapi kau masih saja menggodaku? Kau benar-benar brengsek, Jones,"pekik Jack kesal.     

"See, kau dengar sendiri pengakuan suamimu, bukan?"ucap Edgar pelan pada Anne yang masih ia rangkul.     

Senyum Anne tersungging lebar, perlahan ia meraih tangan Edgar dari atas pundaknya dan langsung berjalan ke dekat Jack. "Baiklah Mr Jones, karena suami pencemburuku ini sudah tidak bisa diajak bergurau terlalu lama lebih baik anda jangan terus menggodanya."     

"Kalian berdua benar-benar cocok, baiklah karena aku tak mau menggangu kalian maka aku pulang sekarang. Kedepannya kita akan sering bertemu lagi,"ucap Edgar pelan sambil tersenyum.     

"Ya, pulanglah sana!"usir Jack ketus.     

"Babe-"     

"Kau jangan terlalu baik padanya, sayang. Jones brengsek ini menyebalkan,"ucap Jack kembali memotong perkataan Anne.     

Karena tak mau membuat Jack semakin murka Edgar pun mulai meninggalkan restoran bersama Snowee yang sudah menempel di kakinya, meski saat ini Snowee tidak menggunakan tali kekang tapi anjing itu tidak kabur atau lari menjauh dari tuannya. Benar-benar anjing setia.     

Jack masih pada posisinya saat Edgar sudah masuk kedalam mobil, ia masih sedikit kesal pada Edgar yang sengaja mempermainkan emosinya selama hampir satu jam.     

"Are you ok?"tanya Anne pelan membuyarkan lamunan Jack.     

"Yes."     

"Kau benar-benar marah pada Edgar?"     

Jack menghela nafas panjang. "Sedikit, aku tahu Edgar seperti apa. Jadi aku tak khawatir padanya akan merebutmu dariku, hanya saja sebagai seorang suami aku tetap saja merasa tidak tenang saat melihat istriku tertawa dengan pria lain."     

"Tunggu, jadi sebenarnya kau marah padaku?"     

"Aku lelah, aku tak mau bertengkar denganmu disini. Apalagi saat ini banyak orang yang melihat kita,"jawab Jack datar sambil berlalu dari hadapan Anne menuju mobilnya yang sudah diambil Erick.     

Anne hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Jack, karena hari sudah semakin malam Anne pun segera mengikuti Jack dari belakang. Selama dalam perjalanan pulang tak ada percakapan apapun yang terjadi antara Jack dan Anne, keadaan seperti itu pun membuat ketiga asisten Jack serba salah. Ketiganya pun memilih menyibukkan diri dalam kegiatannya masing-masing dengan ponsel, kecuali Erick yang harus konsentrasi mengendari mobil.     

Sikap dingin Jack ternyata masih berlanjut saat mereka tiba dirumah, tak ada satu patah katapun yang terdengar dari Jack ketika mereka tiba dirumah. Jack benar-benar mengabaikan Anne.     

"Benar-benar seperti anak kecil,"ucap Anne kesal pada saat sudah keluar dari mobil.     

Erick yang sebelumnya membantu membuka pintu untuk Anne nampak tersenyum ketika mendengar perkataan sang nyonya. "Itu karena Tuan benar-benar takut kehilangan anda, Nyonya."     

"Itu bukan alasan, Erick. Bukankah kalian juga ada direstoran tadi, kalian juga melihat tidak ada yang terjadi antara aku dan Edgar bukan?"     

"Iya Nyonya."     

Anne menghela nafas panjang. "Ya sudahlah, aku akan mengurusnya sendiri nanti. Lebih baik kau pulang, Erick. kasihan Alice dia sudah mengantuk."     

"Siap Nyonya, kalau begitu saya permisi,"jawab Erick pelan sambil menganggukkan kepalanya memberi hormat pada Anne, sejak hubungannya dengan Alice mengalami peningkatan Erick memang memutuskan untuk tinggal di rumahnya sendiri dengan Alice. Namun Nicholas tidak, ia masih setia dengan kesendiriannya sehingga sampai saat ini masih tinggal bersama Jack dirumah besarnya.     

Setelah berpamitan dengan Nicholas, Erick pun pergi meninggalkan ruma besar tuannya bersama Alice yang sudah tidur didalam mobil. Melihat mobil Erick pergi Anne baru masuk kedalam rumah begitu juga dengan Nicholas. Anne tahu Jack tidaklah benar-benar marah padanya, hanya saja itu tetap saja mengganggu Anne.     

Ketika Anne sampai di kamar Jack baru saja kembali dari kamar mandi, pria itu mandi sendiri tanpa menunggu Anne seperti biasanya. Sungguh sangat menyebalkan ketika laki-laki sedang marah, sikapnya akan berbeda 180 derajat. Anne semakin menghela nafas panjang saat melihat Jack mematikan lampu dikamar mereka, padahal jelas-jelas saat ini Anne masih berdiri didepan pintu kamar mereka.     

"Baiklah kalau begitu,"ucap Anne pelan sambil tersenyum.     

Tanpa bicara lagi Anne berjalan menuju walk in closet mereka untuk mencari pakaian tidurnya, setelah itu Anne masuk kedalam kamar mandi karena tak mau merepotkan Jack jika harus mandi terlebih dahulu tanpa membawa pakaian bersihnya.     

Bruk     

"Wanita egois,"ucap Jack kesal saat pintu kamar mandi ditutup Anne dari dalam.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.