I'LL Teach You Marianne

Epilog 7



Epilog 7

0Dalam pelukan Asher tubuh Suri bergetar hebat dan Asher bisa merasakan itu. Dengan penuh pertimbangan Asher melangkah mundur, mencoba menjaga jarak semakin jauh dari para pengganggu itu bersama Suri dipelukannya.     

"Sepertinya kalian benar-benar orang kaya rupanya, semua barang yang melekat dalam tubuh kalian berharga ribuan dollar. Bagaimana kalau mulai memberikan semua yang kalian pakai untukkku, hem?" Pria bernama Hugo itu kembali bicara dengan sangat kurang ajarnya. "Setelah itu kami akan melepaskanmu termasuk gadis cantik ini."     

"Asher..."rintih Suri serak, setiap disebut oleh para preman ini Suri selalu ketakutan.     

"I'm here, Suri. Calm down,"balas Asher pelan mencoba untuk tetap tenang supaya Suri tak semakin ketakutan.     

Dua orang gadis dari kelompok preman itu tiba-tiba duduk di kursi yang sebelumnya di duduki Suri dan Asher, tanpa rasa sungkan kedua gadis itu lalu memakan makanan yang belum sempat disentuh Suri.     

"Hugo, cobalah. Makanan yang mereka pesan benar-benar lezat,"seru salah satu dari gadis itu dengan keras.     

Pria bernama Hugo itu terkekeh. "Nikmatilah, urusanku dengan pria ini. Dia harus membayar semua kearoganannya padaku terlebih dahulu."     

"Apa urusannya denganku? Kami tak ada masalah dengan kalian, jadi lebih baik kalian segera pergi dari tempat ini sebelum aku memanggil pihak berwajib."Asher langsung menimpali perkataan pria itu dengan cepat tanpa rasa takut.     

"Heh, apa kau lupa? Kau sudah membuat kami tidak nyaman karena sudah menyewa area ski ini untuk diri kalian sendiri, ini adalah area publik. Siapapun bisa menggunakannya, tapi kalian para orang kaya dengan seenaknya menyewa tempat ini sehingga kami orang-orang yang hanya mampu membayar untuk satu jam pertama bermain di area ini merasa terganggu,"jawab Hugo dengan keras.     

"Iya, yang diucapkan Hugo benar. Kalian para orang kaya seenaknya saja,"timpal seorang pria lainnya dibelakang Hugo ikut bebicara.     

Asher tersenyum. "Jangan salahkan kami, kami hanya melakukan sesuatu yang mampu kami lakukan. Lagipula pihak resort juga tidak keberatan jika kami menyewa tempat ini, lalu masalahnya dimana? Kalau kalian bisa lakukan apa yang kami lakukan maka lakukanlah, jangan melalukan hal bodoh seperti ini."     

"Jaga bicaramu, kau benar-benar tak tahu diri rupanya,"hardik seorang pria lainnya dengan nada naik tuga oktaf, sepertinya dia mulai terpancing dengan ucapan bernama provokatif yang baru saja Asher ucapkan.     

"Kalau kalian benar-benar kaya maka berikan kami uang, setelah itu kalian baru bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup tanpa cela, terutama untuk nona cantik ini. Aku akan menjamin kulit mulusnya itu tidak akan tersentuh tangan-tangan kami jika kalian membayar kami,"ucap Hugo pelan.     

"Iya benar bayar, ayo."     

"Benar, cepat berikan uangmu."     

"Aku tak akan memberikan uang pada orang-orang semacam kalian, masih banyak orang tidak mampu yang pantas menerima sumbangan dari kami,"jawab Asher pelan mencoba mengulur wkatu semakin lama, ia harus membuat para preman ini menunggu lebih lama lagi supaya rencana yang Asher buat berjalan lancar.     

"Fuck, jaga ucapanmu."     

Asher terkekeh. "Kalau kalian bukan masuk dalam kategori orang yang berhak mendapatkan sumbangan maka jangan meminta sumbangan sepert itu, toh tubuh kalian juga sehat dan sempurna. Masih banyak pekerjaan yang bisa kalian lakukan selain memeras orang seperti ini."     

Brak     

Hugo yang sejak tadi diam lalu memukul meja yang ada dihadapannya dengan cepat.     

"Jangan banyak omong, cepat berikan uangmu atau kau akan menyesal. Pilihanmu hanya dua, berikan kami uang atau gadismu itu akan kami buat menggila dalam kenikmatan di udara sedingin ini,"ucap Hugo kembali.     

Cengkraman tangan Suri semakin kuat di lengan baju Asher saat ia mendengar kalimat yang diucapkan pria penuh tato dihadapannya, seumur hidupnya penuh dengan hal-hal menyenangkan membuat Suri sangat tertekan saat ini. Perkata-kataan vulgar pria yang ada dihadapannya membuatnya sangat terluka, meski mereka belum menyenuhnya tapi tetap saja Suri merasa risih. Apalagi mata pria-pria yang ada dihadapannya saat ini menatapnya seperti hewan liar yang sedang kelaparan.     

"Akh kau lama, Hugo lebih baik kita segera telanjangi saja pria ini dan ambil semua barang-barang yang ia gunakan,"sahut salah satu anak buah Hugo tidak sabar.     

"Iya benar, cepat ambil saja jam mahalnya itu. aku yakin jam yang digunakan pria ini harganya ratusan ribu dollar,"celetuk pria lainnya. "Setelah itu baru kau bisa menikmati gadis cantik itu sendiri."     

Hugo tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan kedua anak buahnya, dengan angkuh pria itu melangkahkan kakinya kembali mendekati Asher yang sudah semakin terpojok.     

"Cepat kemari gadis cantik, aku berjanji tak akan kasar padamu. Aku akan melakukannya dengan hati-hati dan penuh kelembutan, akan kubuat kau menjadi.."     

"Jaga ucapanmu!!!"Asher langsung memotong perkataan pria itu seraya menodongkan pistol yang sejak tadi ia pegang. "Dan cepat pergi sebelum aku membuat kalian menyesal."     

Bukannya takut dengan pistol yang diacungkan Asher para preman itu justru tertawa terbahak-bahak, benar-benar sudah sakit jiwa rupanya mereka.     

"Tembak saja kalau kau berani, aku yakin kau hanya menggertak kami bukan? Kami sudah sering melihat hal semacam ini sebelumnya-"     

"As your wish."     

Dorr....     

Arrggghhhh     

Ketika semua orang shock melihat Hugo yang sudah terkapar di lantai restoran pasca terdengar suara tembakan yang cukup keras, semua orang lalu menoleh ke sumber suara secara bersamaan.     

Saat ini di pintu Christian terlihat masih mengacungkan pistolnya ke arah anak buah Hugo yang sebelumnya sangat arogan, aura dingin mengerikan memancar dari tubuh Christian yang membuat kelompok preman kecil itu ketakutan.     

"Christ,"panggil Suri serak ketika melihat kakaknya tengah berdiri di pintu dengan pistol di tangannya.     

Karena jarak terlalu jauh Christian tak bisa mendengar panggilan Suri. Dengan langkah penuh wibawa Christian berjalan mendekati Hugo dan anak buahnya, Hugo yang tengah berguling-guling kesakitan di lantai nampak mengeluarkan kata-kata umpatan untuk Christian yang sudah menembak paha kirinya.     

"Fuck, siapa kau? Berani-beraninya cari masalah denganku."     

"Kalian kenapa diam saja? Cepat hajar pria ini, jangan takut."     

"Dia tak akan berani menembak lagi, dia tak punya nyali untuk…"     

Dorr     

"Arrggghhhh…"     

Jerit kesakitan Hugo kembali terdengar saat sebuah timah panas yang berasal dari pistol Christian kembali bersarang di paha kanannya.     

Semua anak buah Hugo pun langsung berlutut seketika dengan tangan yang sudah terangkat ke atas, saat melihat bos mereka kembali mendapatkan hadiah dari seorang pria tampan yang sedang berdiri di hadapan mereka.     

"Bukankah ini yang kau mau? Katakan lagi bagian mana yang harus aku tembak dari tubuhmu?"ucap Christian dingin dengan tangan ya masih mengacungkan pistol ke arah Hugo.     

Menyadari perubahan sikap Christian yang sangat mengerikan Asher lalu melepaskan pelukannya pada Suri dan bergegas mendekati Christian.     

"Christ, tenangkan dirimu. Jangan berbuat lebih gila dari ini."     

Ucapan Asher berhasil membawa kesadaran Christian kembali, perlahan ia menoleh ke arah Asher yang sudah memegangi pistol di tangannya.     

Asher menggeleng pelan. "Ada Suri, kau tak bisa melakukan ini, Christ,"ucap Asher kembali.     

Seketika Christian melepaskan pistol yang masih ia genggam dan memberikannya pada Asher, detik selanjutnya Christian berjalan dengan cepat menuju tempat Suri berdiri. Begitu hampir tiba di depan sang adik yang sudah menangis, Christian langsung mengulurkan tangannya kedepan untuk meraih Suri dan merengkuhnya dengan kuat.     

"Maaf, maafkan aku yang sudah meninggalkanmu tadi, sayang,"ucap Christian penuh sesal saat sudah memeluk Suri.     

Tangis yang sejak tadi Suri tahan pun akhirnya pecah, Suri menangis dengan keras dalam pelukan Christian dan ini adalah tangisannya paling keras seumur hidupnya. Suri belum pernah menangis sampai seperti ini dan Christian tahu itu.     

Mengabaikan tangisan Suri yang saat ini sudah berada ditangan yang tepat Asher mengurus para pengganggunya yang arogan, tak hanya Hugo yang sudah ada dilantai. Anak buahnya yang lain pun juga sudah tiarap di lantai dengan kedua tangan yang berada di belakang lehernya, sesuai instruksi yang diberikan Asher sebelumnya.     

Setelah memastikan para pengganggu itu tak bisa berbuat apa-apa Asher kemudian meminta pegawai restoran untuk menghubungi polisi, dalam waktu yang tak begitu lama para polisi pun datang ke restoran itu. Para polisi itu langsung menindak Hugo dan anak buahnya, tak ada satupun dari polisi itu yang meminta keterangan dari Christian ataupun Asher. Sepertinya penjelasan dari beberapa staf restoran sudah cukup untuk dijadikan barang bukti para polisi itu untuk menindak para pengganggu yang yang sedang mereka bawa ke kantor polisi.     

"Fuck you stupid police, lihat pria itu. Dia sudah menembak kakiku, seharusnya kalian menangkapnya bukan menangkap kami dialah penjahat yang sebenarnya karena sudah melakukan tindakan kekerasan dengan senjata api,"jerit Hugo kesetanan saat dibawa menggunakan tandu menuju ambulance yang ada di depan restoran.     

"Diam kau bodoh, apa kau tak tahu sedang mencari masalah dengan siapa hah! Beruntung hanya kakimu yang ditembak, bukan kepalamu yang tak ada otaknya itu,"jawab salah satu anggota polisi dengan ketus.     

Hugo menaikkan satu alisnya. "Memangnya siapa pria sialan itu, mereka bertiga hanya sekumpulan anak orang kaya bodoh yang…"     

"Jaga ucapanmu, pria yang menembak itu adalah Christian Cyrilo Clarke. Pewaris tunggal dari kerajaan bisnis keluarga Clarke yang sangat disegani pemerintah dan kau dengan bodohnya mencari masalah dengannya serta mengganggu adik kesayangannya itu, siap-siap saja kau dan anak buahmu itu membusuk dipenjara untuk waktu yang sangat lama." Salah seorang polisi berpangkat lebih tinggi tiba-tiba menyela perkataan Hugo.     

"Clarke... Clarke yang itu?"tanya Hugo tergagap.     

Kedua polisi itu tersenyum. "Yes, Clarke yang ada dalam kepalamu saat ini. Makanya lain kali sebelum bertindak berpikir terlebih dahulu, memangnya kau pikir siapa orang yang mampu menyewa area ski ini selama satu hari penuh kalau bukan orang yang memiliki kekayaan tak terbatas. Kau boleh jadi penjahat tapi jangan bodoh."     

Ucapan polisi itu membuat wajah Hugo langsung pucat, tubuhnya terasa lemas seketika saat mengingat siapa keluarga Clarke. Hal yang sama pun nampak ditunjukkan oleh anak buahnya yang sebelumnya sangat arogan ikut memaki Suri dan Asher, para preman itu tertunduk lesu dan tak berani berkata apa-apa lagi kecuali hanya bisa pasrah mendapatkan hukuman yang akan mereka jalani sesaat lagi.     

Sementara itu Christian yang masih memeluk Suri hanya berdiri tanpa suara melihat polisi membawa orang-orang yang sudah mengganggu adiknya, karena merasa belum puas Christian kemudian mengeluarkan ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang yang ia kenal.     

"Aku tidak terlalu suka dengan hukuman yang dibuat polisi, kejar mereka dan dapatkan kembali orang-orang itu. Beri pelajaran mereka seperti yang sudah-sudah,"ucap Christian pelan pada salah satu anak buahnya yang sudah tersambung dengannya di telepon.     

"Christ…"     

Christian langsung menoleh ke arah Asher yang baru saja menyebut namanya. "Jangan ikut campur, Asher. Ini adalah hukuman dariku untuk mereka."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.