I'LL Teach You Marianne

Epilog 6



Epilog 6

0Suri hampir berteriak saat melihat kosongnya area ski yang ada didepan matanya, ia tak menyangka sang kakak melakukan hal gila seperti ini untuknya. Meski saat ini bukan salju pertamanya akan tetapi Suri menjadi satu-satunya orang yang ada di area ski itu bersama kedua kakak yang sangat memanjakannya.     

Melihat ekspresi wajah Suri membuat Christian tersenyum lebar. "Bagaimana, apa kau menyukainya?"     

Suri langsung menoleh ke arah sang kakak dengan cepat. "Apa aku boleh menangis?"     

"Tidak!"Christian dan Asher menjawab kompak pertanyaan yang diberikan Suri.     

"Kau tak punya alasan untuk menangis, Queen,"imbuh Asher kembali.     

Suri menarik nafas dalam-dalam dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. "Aku terharu, kau benar-benar melakukan ini untukku, Christ?"     

Christian tersenyum. "It's not a big deal, baby."     

Asher menelan ludahnya dengan cepat mendengar perkataan Christian, keduanya matanya menyipit menatap kakak angkatnya itu. Sepertinya hanya Christian Clarke saja yang akan mengatakan menyewa area ski raksasa terbaik di Swiss dengan kata bukan hal besar.     

Suri yang cengeng sudah menempel pada Christian, gadis itu menangis sampai sesegukan di pelukan kakaknya karena terharu. Ia benar-benar sangat bahagia saat ini karena mimpinya untuk bisa bermain di area ski tanpa gangguan siapapun akhirnya terkabul.     

Suri melepaskan pelukannya dari tubuh sang kakak saat dua orang petugas datang, kedua orang pria itu kemudian memberikan sambutan pada ketiga orang pengunjung eksklusif mereka hari ini dengan sangat sopan dan penuh kehati-hatian. Begitu mendengar nama tuan muda Clarke sudah menyewa area ski mereka untuk satu hari ini semua orang langsung bersiap pada posisinya masing-masing terutama para staf wanita yang langsung memakai make up yang lebih tebal dari biasanya, jangan lupakan juga aroma parfum yang melekat pada tubuh mereka saat ini.     

"Jadi kita perlu naik kereta gantung untuk menuju puncak yang ada di-"     

"Kami sudah tahu, kau tak perlu menjelaskan sampai sedetail ini."Suri langsung memotong perkataan petugas itu dengan ketus.     

"Queen."Christian mencoba memperingatkan adiknya.     

Suri mengendikkan bahunya. "Salahku dimana? Toh yang aku katakan tadi benar, kita sudah tahu kan kalau untuk menuju area ski kita harus menggunakan kereta gantung. Lalu untuk apa dijelaskan lagi, kita buka pemain ski baru."     

Wajah kedua petugas area ski itu langsung memerah menahan malu mendengar perkataan Suri.     

"Iya sayang, tapi tidak ada salahnya jika kita mendengarkan penjelasan mereka lagi, kan? Informasi yang mereka berikan pasti akan berguna untuk kita, sayang,"ucap Chrsitian kembali dengan lembut, Christian tahu adiknya itu sudah sangat tidak sabar.     

Suri yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah puncak gunung yang menjadi titik start mereka untuk bermain kembali menatap kedua orang petugas yang masih berdiri dihadapan mereka. "Ok jelaskan lagi, aku akan mendengarnya."     

"A-anda yakin, Nona?"     

Suri langsung mengibaskan tangannya diudara. "Nope, time up. Kalian terlalu lambat, ya sudah ayo kita pergi ke tempat kereta gantung saja kalau begitu." Suri menjawab dengan ketus seraya melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mereka akan menaiki kereta gantung.     

Asher menggelangkan kepalanya melihat tingkah Suri yang tak terbantahkan itu, sementara Christian nampak menepuk pundak kedua orang petugas itu secara bersamaan. Karena tak mau membuat Suri semakin marah, Christian lalu mempercepat langkah kakinya berusaha menyusul Suri yang sudah menghantak-hentakkan kakinya di lantai memberi kode pada kakaknya untuk segera menyusulnya.     

Begitu tiba di area kereta gantung Suri langsung memilih di bangku paling depan, seorang diri tak mau ditemani siapapun termasuk sang kakak. Suri yang sudah terbiasa dengan area dingin seperti ini benar-benar sudah tak sabar ingin segera berseluncur di salju, setelah Christian dan Asher duduk kereta pun mulai dijalankan. Tepat dibelakang Suri yang berada di kursi paling depan Christian dan Asher tersenyum melihat kaki Suri yang bergerak kedepan-belakang persis seperti anak keci.     

"Suriku belum berubah, masih sama seperti lima belas tahun yang lalu,"gumam Christian lirih.     

"Dia tak akan dewasa jika kalu terus memanjakannya seperti ini, Christ."Asher langsung mengomentari perkataan Christian dengan cepat.     

"Dia adikku satu-satunya, Asher." Christian tersenyum tipis.     

"Ya aku tahu, tapi..akh sudahlah aku tak mau membahasnya,"ucap Asher dengan cepat membatalkan niatnya untuk membahas Suri.     

Christian hanya tersenyum mendengar perkataan Asher, selama ini memang yang menjaga Suri jika Christian sedang berada di Luksemburg atau sedang bepergian untuk bekerja adalah Asher. Karena itu Christian tak marah jika Asher berbicara hal yang kurang mengenakkan tentang Suri, bagi Christian seorang Suri adalah segalanya dan semua orang tahu itu termasuk kedua orangtuanya yang kadang-kadang juga memperingatkannya untuk tak terlalu memanjakan Suri.     

"Hati-hati, Suri!!"jerit Christian dengan keras saat melihat Suri langsung melompat dari kereta gantungnya.     

Suri yang sudah berdiri dengan tegap tersenyum pada sang kakak yang masih duduk di keretanya. "I'm fine."     

Christian mendengus, begitu keretanya berhenti dan sabuk pengamannya terlepas pria itu langsung mendekati Suri.     

"Kau bisa terluka jika melompat seperti tadi,"sungut Christian kesal yang membuat senyum Suri semakin lebar.     

"But i'm fine, Christ. Look..."     

"Sekali lagi kau berbuat seperti itu lagi maka uang jajanmu akan aku potong dan yang jelas aku tak akan mau pulang lagi seperti saat ini."     

Manik biru langit Suri langsung berkaca-kaca mendengar ancaman sang kakak, kedua pipinya yang sudah merah karena dingin semakin merah karena menahan tangis. Christian memang akan seperti ini jika Suri melakukan hal-hal yang membahayakan, ia akan tegas dan tak terbantahkan jika sudah menyangkut keselamatan sang adik. Menyadari keadaan yang tak baik Asher langsung mendekati Suri, meski disaat-saat tertentu Asher kewalahan menghadapi tingkah Suri namun disaat seperti ini ia pasti akan menjadi penyelamat untuk Suri.     

"Ayo kita bersiap, kau ingin menggunakan seluncur berwarna pink, kan?"Asher mencoba mengalihkan pembicaraan saat mengajak Suri menjauh dari Christian.     

"Memangnya ada peluncur yang berwarna pink?"     

Asher mengangguk dengan cepat. "Tentu saja ada, aku sudah meminta mereka menyiapkannya untukmu."     

"Kau yang terbaik, Asher,"pekik Suri spontan.     

Mendapat pujian seperti itu membuat Asher tertawa lebar, berbeda dengan eskpresi datar yang ditunjukkan Christian saat ini. Dengan wajah tanpa ekspresi seperti saat ini membuat Christian terlihat semakin dingin dan tak tersentuh, kedua alis hitam yang membingkai wajahnya dengan indah itu semakin membuat orang-orang tak berani mengganggunya.     

Well, si tak jarang jika Christian mendapat julukan pangeran es dari beberapa wanita cantik yang ia kenal.     

****     

Setelah puas bermain ski selama hampir dua jam Asher mengajak Suri untuk beristirahat, ia tak tega melihat pipi Suri yang semakin merah karena menahan dingin. Menjadi satu-satunya orang yang menikmati area ski yang dingin dan besar itu membuat Suri bebas melakukan apapun.     

"Coklat hangat dengan taburan cinamon kesukaanmu,"ucap Asher pelan saat meletakkan minuman kesukaan Suri diatas meja.     

Suri tersenyum lebar. "Thanks, Asher."     

Detik selanjutnya dengan cepat Suri meraih cangkir coklat panasnya dan langsung menikmatinya dengan bahagia, melihat cara Suri minum membuat Asher tertawa terbahak-bahak. Gadis itu tak pernah berubah, masih sama seperti Suri yang ia kenal sejak pertama kali ia masuk ke keluarga Clarke pasca kakak dan neneknya yang ada di London meninggal. Menjadi bagian dari keluarga Clarke adalah sebuah hal yang tak pernah berani Asher mimpikan.     

"Suri, perhatian pipimu. Lihatlah coklatnya kemana-mana."     

Suri yang sedang menempelkan bibirnya pada pinggiran cangkir hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Asher, bukannya berhenti Suri justru semakin membuat dirinya kotor dengan lelehan coklat yang semakin mengotori bibirnya.     

"Jesus..."     

Ucapan Asher terhenti karena tiba-tiba Christian yang duduk beda meja dengan mereka langsung sigap datang pada Suri dan langsung menyeka wajah adik kesayangannya itu menggunakan sapu tangan yang ia keluarkan dari saku celananya. Saat Christian menyeka wajahnya Suri hanya diam, ia tak merespon apapun seperti biasanya jika sang kakak sudah turun tangan seperti ini.     

"Kau bukan anak kecil, Suri,"dengus Christian kesal.     

Suri menatap kakaknya dengan aura permusuhan yang kental. "I know, karena itu aku akan segera mencari laki-laki yang akan bisa menikahiku dan.."     

"In your fucking dream!"sahut Christian dengan cepat. "Tak akan ada laki-laki yang bisa menikahimu tanpa seleksi ketat dan izin dariku."     

Wajah jahil Suri langsung berubah pucat dan Asher yang menyadari hal itu langsung bangun untuk melindungi Suri dari tatapan mematikan Christian. "Suri hanya bergurau, Christ. Jangan serius seperti ini."     

Christian menatap wajah Asher yang sudah menjadi pelindung Suri yang sudang nampak sangat shock mendapat umpatan kasar dari sang kakak.     

"I hope so dan lebih baik kau teruskan saja permainan ini karena aku sudah kehilangan mood, aku akan kembali ke hotel,"ucap Christian dingin, kedua matanya masih nampak sangat jelas menunjukkan kemarahan yang sangat besar saat ini.     

Detik yang sama setelah Christian selesai bicara ia langsung membalik tubuhnya dan segera pergi dari tempat itu tanpa menoleh ke belakang lagi, Christian tak menjawab sapaan yang diberikan padanya. Yang ia lakukan hanya terus berjalan dengan memakai jaket tebalnya dan mengabaikan semua orang, tujuannya adalah ranjang saat ini. Ketika sedang kesal tidur adalah pelampiasan terbaiknya.     

Begitu Christian tak terlihat suara isak tangis Suri dapat Asher dengar dengan jelas, seketika Asher pun membalik tubuhnya dan langsung berlutut dihadapan Suri yang sudah tertunduk dalam.     

"Christ tidak benar-benar marah padamu, kau tak perlu menangis, Suri."Asher mencoba menenangkan Suri dengan caranya seperti biasa ketika gadis itu sedang sedih seperti ini.     

"Kau juga melihat tatapan matanya, kan? Sudah sangat jelas kalau Christ marah padaku, Asher."     

Asher menghela nafas panjang, tangannya langsung meraih sapu tangan milik Christian yang sudah kotor dengan coklat diatas meja. Ia lalu melipatnya dan membuat bagian kotor ada didalam, perlahan Asher meraih dagu Suri agar terangkat. Dengan penuh kasih Asher menyeka air mata Suri yang sudah menganak sungai.     

"Christ hanya terlalu menyayangimu, kau tahu itu kan? Maka dari itu sikapnya seperti tadi, seharusnya kau sudah hafal dengan itu, sayang."     

Suri meraih sapu tangan Christian yang ada ditangan Asher dan langsung menyeka air matanya sediri. "Lagipula aku hanya bergurau tadi, kenapa si pangeran es itu tidak bisa diajak bergurau!"     

"Caramu menggodanya salah, Suri."     

Suri mencebikkan bibirnya. "Tapi itu hanya sebuah gurauan, Asher. Lagipula aku juga belum mau menikah, aku kan masih kecil."     

Asher terkekeh geli mendengar ucapan Suri yang menggemaskan. "Iya kau masih kecil, memangnya ada laki-laki yang mau menikahi anak kecil sepertimu."     

Bukannya marah dengan ucapan Asher yang menggodanya Suri justru langsung melipat kedua tangannya di dada, kedua matanya masih menatap ke arah sang kakak yang sudah semakin menjauh dari tempat mereka berada saat ini.     

Karena Suri sudah tenang Asher pun kembali duduk dikursinya semula, menikmati coklat hangat yang sedikit pait kesukaannya sembari sesekali menggoda Suri yang masih sedikit membicarakan Christian. Baik Suri atau Christian keduanya akan sering marah tanpa sebab jika salah satu dari mereka ada yang menyinggung soal pernikahan, padahal diusia Chrsitian yang sudah menginjak 27 tahun ini seharusnya ia sudah mulai memikirkan pasangan tapi yang ada dalam pikiran Christian hanyalah bekerja, bekerja, keluarga dan Suri.     

Saat Suri dan Asher menikmati waktu bersantai mereka tiba-tiba diluar restoran terjadi keributan, awalnya baik Suri ataupun Asher tak memperdulikan hal itu namun karena suara berisik itu semakin terdengar dengan jelas alhasil Suri langsung meraih tangan Asher dan menggenggamnya erat, ketakutan.     

"Asher.."     

"It's ok, i'm here."     

Suri yang tak pernah mendapatkan kalimat kasar dalam hidupnya langsung menciut saat mendengar suara teriakan itu semakin mendekati mereka, secara tidak sadar Suri langsung bangun dari tempat duduknya dan berlindung dibawah Asher.     

Brak     

"Cepat tunjukkan padaku siapa orang arogan yang sudah sok kaya menyewa area ini untuk dirinya sendiri!!"     

Teriakan dari seorang pria tak dikenal langsung memenuhi restoran tempat Asher dan Suri duduk, mendengar teriakan pria itu langsung membuat seluruh tubuh Suri bergetar. Asher yang merasakan ketakutan mendalam dari Suri mencoba tetap tenang, tangan kirinya langsung tertuju pada pistol kecil yang berada di pinggangnya.     

"Maaf Tuan, restoran ini sudah di booking. Lebih baik anda..."     

"Fuck off, pergi kau pelayan rendahan!" Seorang pria lainnya langsung mendorong pelayan itu kebelakang dengan kasar sehingga membuat pelayan kecil itu jatuh.     

Melihat kekerasan seperti itu membuat cengkraman Suri dipundak Asher semakin kuat, gadis itu benar-benar ketakutan.     

"Huan, lihat. Sepertinya kita mendapatkan orang yang kita cari,"ucap salah seorang wanita dari rombongan pengacau itu menunjuk Suri dan Asher yang berada di ruangan itu.     

Pria yang dipanggil Huan langsung mengalihkan pandangannya menatap Suri dan Asher. "Ck, seorang gadis cantik."     

"Jangan tergoda Huan, dia perempuan rendahan,"celetuk gadis lainnya menghina Suri.     

"Tenang guys, kita tak boleh asal bicara. Gadis bermata biru dengan rambut emas seperti ini adalah favoritku, biasanya teriakannya akan sangat keras jika aku menidurinya. Kalian tak boleh bicara seperti itu atau dia akan ketakutan." Pria bernama Huan itu bicara dengan sangat tidak sopan, ia bahkan sempat membasahi bibirnya dengan lidahnya menunjukan kalau ia sangat tertarik pada gadis cantik yang ada dihadapannya.     

"Daddy.."Suri menyebut nama sang ayah dengan suara bergetar.     

Asher yang sudah bisa merasakan ketakutan Suri langsung bangun dari kursinya dan meraih Suri kedalam pelukannya yang langsung Suri balas dengan cengkraman erat di baju Asher.     

"Well...sepertinya akan menarik-"     

"Stop, jangan berani mendekat lagi jika kalian masih mau hidup,"hardik Asher dengan keras.     

Hugo dan teman-temannya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Asher yang dianggap tidak serius itu, mereka tak menyadari keberadaan pistol yang ada dibalik ikat pinggang Asher.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.