I'LL Teach You Marianne

Epilog 11



Epilog 11

0Darwin, North Australia. 4 PM.     

Setibanya di Darwin, Christian pun bergegas pergi ke pabrik susunya yang merupakan pabrik susu terbesar di kota itu. Christian sengaja tidak memberitahukan perihal kedatangannya kepada siapapun di kota itu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan pabrik susunya yang pernah mendapatkan penghargaan dari Perdana Menteri Inggris itu.     

Sebagai pabrik terbesar yang memiliki nama, Christian tidak mau jika masalah yang terjadi di pabriknya terjadi berlarut-larut. Baginya sekecil apapun masalah harus segera diselesaikan, supaya tidak menjadi masalah besar di kemudian hari.     

"Dua puluh menit lagi kita tiba di pabrik, Tuan," ucap Kainer, tangan kanan kepercayaan Christian sopan.     

"Semuanya sudah siap?     

"Sudah, Tuan."     

Christian tersenyum. "Bagus, ayo lakukan dan jangan buat kesalahan sedikitpun."     

Kainer dan ketiga rekannya kompak menjawab perkataan sang tuan, mereka kemudian berganti pakaian seperti yang sudah direncanakan. Christian memutuskan untuk menyamar, mereka harus membaur dengan pekerja yang lain untuk tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi.     

Supaya tak membuat curiga, mereka turun di area parkir untuk karyawan. Begitu menginjakkan kakinya di area pabrik suara peluit terdengar sangat keras, memberi peringatan pada mereka bertiga untuk segera masuk kedalam pabrik karena jam kerja akan segera dimulai.     

Christian tersenyum pada Kainer, rencananya berjalan mulus. Tidak ada yang mengenali mereka, padahal sebenarnya sosok Christian sangat mudah dikenali. Garis rahangnya yang keras dan maskulin terlihat sempurna dengan ketampanan wajah yang dimilikinya, memiliki warisan gen terbaik dari kedua orang tuanya yang tampan dan cantik membuat Christian menjadi sosok yang mampu membuat semua wanita langsung jatuh cinta saat pertama kali melihatnya.     

Sesampainya di dalam pabrik Christian dikejutkan dengan apa yang dilihatnya, di hadapannya saat ini sudah terjadi tindakan arogan dari salah satu manajer yang tengah marah-marah pada para pekerja yang dinilai lambat dalam bekerja.     

Davin, pria yang usianya sepuluh tahun lebih tuan dari Christian itu memang terkenal paling arogan di pabrik susu milik keluarga Clarke. Namun karena ayahnya adalah orang kepercayaan keluarga Clarke, tidak ada yang berani melawan Davin. Davin selalu seenaknya saja dan pilih kasih, dia akan melarang pekerja wanita yang memiliki wajah cantik bekerja keras dan menggantikannya dengan pekerja yang menurutnya tidak menarik. Dan kejadian inilah yang membuat kesenjangan sosial semakin besar di pabrik, para pekerja wanita berlomba-lomba tampil cantik didepan Davin supaya tidak diberi pekerjaan berat. Masalah inilah yang menyebabkan kualitas susu menjadi menurun akhir-akhir ini, semua orang menjadi tidak fokus bekerja.     

"Tuan Davin, bagaimana dengan warna lipstik ku hari ini? Apa anda suka?"     

"Bagaimana dengan aroma parfumku?"     

"Warna rambutku hari ini bagus tidak, Tuan?"     

"Bagaimana dengan riasan mataku? Apa anda menyukainya?"     

Para pekerja wanita berlomba-lomba menanyakan penampilannya hari ini pada Davin yang sedang duduk di kursi kebanggaannya, sementara para pekerja lainnya yang dianggap tidak menarik oleh Davin terlihat sibuk bekerja dengan para pekerja pria.     

"Damn, aku sudah tidak bersabar lebih lama lagi, Tuan," ucap Kainer pelan dari balik maskernya.     

Christian tersenyum. "Tunggu lebih lama lagi, aku ingin tahu apa yang dikerjakan Marcelo. Biasanya dia akan datang ke pabrik saat hari sudah sore seperti ini."     

Baru saja Christian selesai bicara, orang yang ditunggu datang. Marcelo sang direktur pelaksana yang diperintahkan Jack secara langsung untuk mengurus pabrik datang, pria bertubuh tambun itu berjalan ke tempat sang putra bersantai.     

"Daddy..."     

"Jaga sikapmu, Davin. Kalau kau terus bermain-main seperti ini maka akan terjadi hal buruk dengan perusahaan ini." Marcelo bicara dengan nada tinggi.     

Davin tertawa lebar. "Ayolah, Dad. Jangan diambil hati, toh semuanya baik-baik saja selama aku bekerja, bukan?"     

"Davin!!!"     

"Sudahlah, Dad. Jangan terlalu kaku, semuanya masih dalam kendali. Daddy kembali saja ke kantor, urus saja proses pengambilalihan perusahaan ini. Setelah perusahaan ini menjadi milik kita baru aku akan bekerja dengan baik, menggunakan kemampuanku untuk membuat susu-susu berkualitas lagi," ucap Davin pelan tanpa rasa bersalah.     

Udara di sekitar Kainer dan ketiga bodyguard yang lain tiba-tiba terasa dingin dan menyesakkan, kata-kata yang baru saja diucapkan Davin membuat emosi Christian muncul. Hawa dingin yang keluar dari tubuhnya membuat Kainer dan ketiga bodyguard lainnya merinding, meski sudah mengenal Christian cukup lama namun ketika melihat tuannya kembali marah seperti ini tetap saja mereka sedikit takut.     

"Oh, jadi kalian ingin merusak reputasi perusahaan lalu merebutnya dari keluarga Clarke?"     

Mendengar perkataan Christian membuat Davin dan ayahnya Marcelo langsung menoleh ke arah Christian secara bersamaan, ayah dan anak itu terkejut saat melihat ada seorang pegawai rendahan berani bicara semacam itu pada mereka.     

"Siapa kau berani bicara seperti itu? Sudah bosan bekerja di tempat ini rupanya!!" hardik Davin dengan keras.     

Christian tersenyum, tanpa banyak bicara perlahan Christian membuka masker yang menutupi wajahnya saat berjalan menuju tempat ayah dan anak itu berada.     

"Kalau kau tak mengenalku mungkin ayahmu bisa mengenal ku," ucap Christian pelan, menatap ke arah Marcelo yang wajahnya langsung pucat pasi saat berhasil mengenai Christian.     

Melihat perubahan ekspresi di wajah Marcelo membuat senyum Christian semakin lebar, senyum iblis yang mematikan dan membuat kedua kaki Marcelo langsung lemas.     

Pria berbadan tambun itu pun langsung terjatuh di lantai dalam posisi berlutut tepat di hadapan Christian, kepalanya pun langsung menunduk dalam-dalam.     

"Aku paling tidak suka dengan orang yang cari muka sepertimu, Marcelo. Mulai besok kau tak usah datang lagi ke perusahaan, semua aset perusahaan termasuk mobil, rumah dan kartu kredit akan kutarik saat ini juga. Jadi mulai nanti malam kau dan keluargamu angkat kaki dari rumah itu," ucap Christian dingin.     

Marcelo langsung mengangkat wajahnya menatap Christian dengan mata berkaca-kaca, penuh ketakutan. "Maaf Tuan muda, maafkan kelancangan kami."     

Davin membeliak. "Tuan muda?"     

Marcelo menoleh ke arah putranya dan langsung memukul kakinya dengan kuat. "Cepat berlutut, beliau adalah Tuan muda Christian. Putra pertama Tuan Jack."     

Davin membatu mendengar perkataan ayahnya, ia tak percaya akan bertemu dengan Christian dalam keadaan seperti ini. Sang tuan muda yang terkenal bengis dan kejam yang selama ini hanya ia dengar dari orang lain ternyata kini sudah muncul dihadapannya.     

"Aku tidak butuh hormat dari kalian, sebelum matahari terbit kalian tinggalkan rumah dinas itu beserta semua fasilitas lainnya. Aku akan meminta anak buahku untuk mengawasi kalian."     

Marcelo semakin pucat, karena tidak mau kehilangan tempat tinggal mewahnya pria itu lalu meraih kaki Christian dan memeluknya dengan erat. "Maaf, Tuan muda. Tolong maafkan kelancangan kami, berikanlah kami satu kesempatan lagi."     

Christian tersenyum, tanpa rasa kasihan Christian menarik kakinya dari pelukan Marcelo. "Aku masih berbaik hati pada kalian dengan tidak melaporkan kalian pada polisi atau menuntut kalian saat ini, jadi lebih baik kalian segera pulang dan berkemas."     

Setelah berkata seperti itu Christian lalu berjalan ke arah salah satu pria yang merupakan mandor di pabrik susu. "Mulai hari ini dan seterusnya kau yang akan menggantikan Davin, oh iya siapa namamu?"     

"J-joshua, Tuan."     

"Akh Joshua, baiklah Joshua. Aku sudah memutuskan untuk memberikan posisi Davin padamu mengurus perusahaan ini, apa kau bersedia?"     

wajah Joshua pucat, namun binar di kedua matanya tidak berbohong. "Anda tidak sedang bergurau, Tuan?"     

"Oh jadi kau keberatan, baiklah kalau kau keberatan berarti aku harus..."     

"Tidak Tuan, saya tidak keberatan. Saya bersedia, Tuan," jawab Joshua penuh semangat, menjadi manager adalah mimpinya sejak lama.     

Christian tersenyum. "Baguslah, jadi mulai saat ini kau sudah resmi menjadi manager dan untuk pekerja wanita yang hanya bisa berdandan itu semua aku pecat tanpa terkecuali. Pabrik ini adalah pabrik yang memproduksi susu murni, akan sangat berbahaya kalau para pekerja wanita menggunakan make up. Karena itu aku memperingatkan pada para pekerja yang lain untuk tidak mengikuti apa yang dilakukan para pekerja yang aku pecat itu jika masih ingin bekerja di pabrik ini."     

"Kami masih ingin bekerja di pabrik ini, Tuan muda."     

"Benar Tuan muda, kami masih ingin bekerja di pabrik ini."     

"Kami tidak akan macam-macam, Tuan muda."     

Beberapa pekerja wanita lainnya langsung merespon perkataan Christian, meski mereka masih kaget dan belum tahu apa yang terjadi namun mereka tetap menjawab perkataan Christian dengan penuh semangat.     

Melihat semangat para pekerjanya senyum Christian semakin melebar, tanpa berbicara lagi Christian kemudian berjalan dengan tenang menuju ruangan kerja Davin yang saat ini masih dijaga beberapa pekerja yang nampak shock mengetahui sang tuan muda ada di pabrik. Tak ada yang berani membantah mereka semua lalu menyingkir dari depan pintu, memberi jalan pada Christian agar bisa masuk ke dalam ruangan itu. Sementara Kainer dan ketiga rekannya langsung mengurus Davin dan ayahnya yang diseret paksa dari tempat itu, Christian tak memperdulikan teriakan minta ampun dari Marcelo. Bahkan Davin juga beberapa kali mengingatkan Christian tentang berapa lama keluarganya mengabdi pada keluarga Clarke, namun semua usaha Davin sia-sia karena Christian tak memperdulikan hal itu.     

Yang Christian saat ini lakukan justru memeriksa keuangan perusahaan yang selama ini dikelola Marcelo, entah kenapa Christian merasa kalau keuangan di perusahaan tidak sehat dan benar saja. Apa yang Christian curigai benar, Davin sudah merekayasa laporan keuangan.     

"Cih, benar-benar licik. Berani-beraninya dia menggunakan uang perusahaan untuk keperluannya sendiri," ucap Christian pelan saat melihat tagihan kartu kredit Davin yang jumlahnya fantastis dan semua tagihan itu rata-rata berasal dari bar dan tempat pelacuran.     

Christian meraih ponselnya, kemudian menghubungi Kainer yang sudah berada diluar pabrik dan bersiap membawa Davin dan Marcelo pulang kerumah dinas mereka yang disediakan keluarga Clarke.     

"Siap Tuan."     

"Cancel, aku berubah pikiran. Jangan bawa mereka pulang, bawa mereka ke kantor polisi. Aku ingin membuat perhitungan pada mereka," ucap Christian dingin.     

Kainer yang bisa membaca amarah Christian pun mengangguk cepat. "Siap Tuan, saya akan membawa mereka ke kantor polisi."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.