I'LL Teach You Marianne

Titik Terang



Titik Terang

0  Saat Anne hampir sampai di depan televisi tiba-tiba saja listrik yang ada di apartemennya padam, sehingga membuat semuanya menjadi gelap gulita seketika. Bukan hanya kamarnya saja yang padam akan tetapi satu gedung, karena Anne tak suka dengan kegelapan ia akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya yang ada dilantai dua. Anne menggunakan lampu dari ponselnya untuk penerangan karana tak memiliki lampu darurat di apartemennya, langkah demi langkah Anne menaiki tangga menuju ranjangnya dengan hati-hati. Meskipun baru pertama kali padam listrik namun Anne tetep saja tak nyaman, karena hari juga sudah malam Anne akhirnya memilih untuk tidur dan berharap listrik akan menyala kembali ketika ia tidur.    

  "Jadi hanya itu tuan rahasianya?"    

  "Sepertinya rahasia sukses anda ini bisa ditiru banyak orang,"    

  "Luar biasa sungguh cara yang sangat jitu,"    

  Berbagai komentar muncul dari para wartawan sehingga membuat Jack tersenyum, ia sebenarnya hanya mengada-ada saja saat bicara seperti itu. Namun para wartawan itu justru percaya dengan perkataannya, tak lama kemudian sesi tanya jawab dengan Jack pun selesai. Empat orang pria berkulit hitam langsung menghampiri tempat Jack berada, mereka pun membentuk barikade untuk sang tuan agar bisa berjalan pergi meninggalkan tempat acara menuju mobil yang sudah terparkir didepan hotel tempatnya mendapatkan penghargaan.    

  Sesampainya di dalam mobil Jack langsung menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan kedua matanya, acara penghargaan seperti ini adalah sebuah acara yang tak pernah ia sukai karena ia pasti akan diwawancarai seperti tadi. Tak muncul di publik selama hampir 1,5 tahun membuatnya menjadi bulan-bulanan para wartawan malam ini dan ini membuatnya jengkel, karena mereka akan memberikan pertanyaan yang sama pada dirinya seperti yang sudah-sudah.    

  "Menjadi wartawan adalah pekerjaan yang paling tak berguna di dunia," umpat Jack kesal sambil membuka kedua matanya perlahan.    

  "Kalau tak ada wartawan maka tak akan ada yang menyajikan berita kabar tuan,�� sahut Erick sang tangan kanan merespon perkataan Jack.    

  "Diam kau, aku tak ingin mendengar masukan darimu," pekik Jack dengan suara meninggi.    

  Erick tertawa terbahak-bahak melihat sang tuan marah, kembali bekerja disamping Jack adalah hal yang sangat ia rindukan setelah 1,5 tahun bekerja sendirian mengurus perusahaan milik Jack.    

  "Apa kau sudah mendapatkan kabar dari Inggris Erick?" tanya Jack lirih.    

  "Nihil tuan," jawab Erick pelan.    

  "Fuck!!!"    

  Jack kembali mengumpat, namun kali ini ia tak memarahi Erick. Ia kesal dengan cara kerja orang-orangnya yang ada di Inggris, yang sudah hampir tiga bulan ini tak berhasil juga menjalankan perintah yang ia berikan. Erick pun memilih diam tak berani bicara lagi, ia tau kalau mood sang tuan benar-benar jelek malam ini. Sejak kembali dari Inggris sikap Jack memang lebih berantakan dari sebelumnya dan bukan hanya Erick saja yang menyadari perubahan sang tuan, banyak orang yang juga menyadari namun tak ada yang berani membuka mulutnya.    

  Walaupun sebenarnya sikap Jack memang dingin dan terkenal tak ramah pada para karyawan sebelumnya, namun kali ini sikap pemerahnya lebih dominan dan sangat terlihat sekali ia lebih sering marah ketimbang sebelum pergi ke Inggris. Banyak staff yang menebak kalau sikap pemarah sang CEO karena ia masih kesal karena perpisahannya dengan sang kekasih yang bernama Shopia Hignis yang memilih berpacaran dengan altet sepak bola yang sedang naik daun, kecantikan Shopia Hignis memang sudah tak diragukan lagi. Apalagi kemampuannya dalam bermain piano yang dapat menyihir siapapun, jadi wajar saja kalau sang CEO sampai saat ini masih memikirkan mantan kekasihnya itu. Hampir semua staff memiliki asumsi seperti itu, Erick yang tau tentang gosip itu hanya bisa diam dan memberikan peringatan pada para bawahannya agar tak berbicara seperti itu saat Jack ada dikantor.    

  "Kapan terakhir kali kau putus Erick?" tanya Jack tiba-tiba dari arah bangku belakang memecah keheningan.    

  "A-apa tuan?" tanya balik Erick tergagap.    

  "Aku tanya kapan terakhir kali putus hubungan," ucap Jack pelan.    

  "Oh itu, aku terakhir pacaran satu minggu lalu,"jawab Erick tanpa rasa bersalah.    

  "Dan kau sesantai ini, kau ini manusia apa bukan Erick!!!" pekik Jack kesal.    

  Erick yang sedang minum hampir tersedak saat mendengar suara teriakan Jack yang sangat memekakan telinganya itu, dengan cepat ia meraih tissu yang ada di laci mobil untuk menyeka mulutnya dan bajunya yang basah terkena air. Melihat Erick berantakan seperti itu sang driver hanya tersenyum tipis tanpa bersuara, ia senang kalau melihat Erick kena marah sang tuan. Pasalnya selama ini Erick selalu sesumbar kalau ia tak pernah terkena marah sang tuan.    

  "Aku yang putus hubungan kenapa anda yang marah Tuan?!" tanya Ercik kesal.    

  "Aku tak marah brengsek, hanya heran saja. Bagaimana bisa kau setenang ini padahal kau baru putus hubungan satu minggu yang lalu," jawab Jack datar.    

  "Ya itu kan masalahku tuan, lalu kenapa anda yang repot memikirkan sikapku," sahut Erick bingung.    

  "Akhhh sudahlah...aku tak mau membahas ini lagi denganmu," ucap Jack pelan mencoba mengakhiri perdebatan sengitnya dengan Erick.    

  Mendengar perkataan sang Tuan membuat Ercik menggelengkan kepalanya perlahan, ia benar-benar tak paham dengan arah pembicaraan sang tuan yang sangat aneh ini. Karena tak mau mencari masalah Erick akhirnya memilih diam, walaupun sebenarnya ia masih sangat kesal dan ingin bicara panjang lebar namun karena tau kalau sang tuan sedang dalam mood yang tak baik akhirnya ia memilih untuk memejamkan kedua matanya saja untuk menenangkan diri.    

  Suasana mobil kembali hening, karena mobil yang membawa Jack adalah jenis mobil range rover yang dapat meminimalisir suara dari luar sehinga keadaan didalam mobil sangat halus sekali dan hampir tak terdengar apapun.    

  "Kalau Erick saja bisa sesantai ini lalu kenapa aku seperti ini, kenapa kau seresah ini. Sebenarnya apa yang terjadi padaku Tuhan," ucap Jack dalam hati sambil membuka kedua matanya secara perlahan menatap ke arah depan.    

  London, Inggris    

  Aaron yang terbangun karena lapar dikagetkan dengan kedatangan Daniel yang membuat keributan di luar kamarnya dengan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya tanpa henti sehingga membuat Aaron terpaksa bangun dari ranjang empuknya, dengan menahan kesal Aaron membuka pintu kamarnya dan memberikan sambutan mematikan untuk Daniel yang tersenyum lebar tanpa merasa bersalah.    

  "Kalau membunuh tak berdosa sudah kubunuh kau sejak lama brengsek!!" ucap Aaron kesal.    

  "Ehh tunggu, kau tak bisa membunuhku tuan. Kau pasti akan senang saat tau berita yang aku bawa ini," sahut Daniel sambil tersenyum lebar.    

  "Aku tak tertarik," jawab Aaron ketus.    

  "Meskipun ini berhubungan dengan seorang gadis yang bernama Anne...."    

  "Said again!!"    

  Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.