Cinta yang salah

Part 9



Part 9

0  Keesokan harinya.    

  Malam ini aku berencana untuk melabrak Putra di tempat dia biasa nongkrong.    

  Kini aku benar benar muak dengan tingkahnya.    

  Aku tak habis pikir dengan apa yang dia lakukan padaku.    

  Jika memang dia mencintaiku mana mungkin dia tega melukaiku.    

  Bukankah cinta tak harus memiliki?    

  Sesampai di tempat nongkrong Putra.    

  Dia menyambutku dengan senyuman.    

  "Hai sayangku, lama tak bertemu."    

  "Aku merindukanmu." Ujarnya sambil memelukku.    

  "Behentilah bersandiwara Putra, aku benar benar muak." Jawabku jengkel.    

  "Kenapa? Ohya bagaimana hubungan mu dengan banci itu?" Tanya Randi.    

  "Bukankah berjalan seperti yang kau rencanakan, membuat kak Krisna menjauh dariku?" Tanya balikku.    

  "Hahaha, apakah berhasil? Lalu mana pahlawanmu si Kelvin?"    

  "Jangan sangkut pautkan Kelvin. Dia laki laki baik, namanya tak pantas di sebut laki laki pengecut sepertimu." Ujarku jengkel.    

  Disini hanya ada aku dan Randi.    

  Entah kemana hilangnya teman teman Putra nongkrong tadi.    

  Tiba tiba Putra memelukku dan berbisik.    

  "Cobalah bersamaku Ran, ku jamin kau akan ketagihan."    

  "Lupakan pasanganmu yang tak berguna itu." Rayu Putra.    

  "Aku muak dengan laki laki sepertimu." Tanganku menepis tangan Putra.    

  Putra menamparku dan memakiku habis habisan.    

  Aku hanya menangis tak bisa melawan.    

  Bahkan air mataku tak mampu menghentikan makian dan pukulan yang dilayangkan Putra padaku.    

  Aku tak tau dia ini laki laki seperti apa.    

  Yang aku tau dia adalah bajing*an.    

  Kini Putra memegang daguku dengan kuat.    

  "Apa kau benar benar menolakku wanita jal*ng?" Tanya Putra seraya memperkuat pegangan di daguku.    

  "Ya aku gak akan menerimamu, bahkan sampai kapanpun." Ujarku seraya meringis kesakitan.    

  "Baiklah mau tak mau aku harus lakukan ini." Ujarnya.    

  Aku tak tau apa yang akan di lakukannya padaku.    

  Aku tak tau harus meminta bantuan siapa.    

  Kini Putra melepaskan cengkraman kuat di daguku dan mulai mengekuarkan ponselnya.    

  Dia menunjukkan videokku berciuman dengan kak Krisna.    

  "Apa kau yakin tak mau bersamaku? Apa kau mau membuat Krisna di keluarkan dari sekolahnya? Dan kamu akan mempermalukan keluargamu?" Tanya Putra berturut turut padaku.    

  Aku hanya diam keheranan, bagaimana mungkin dia mendapat video itu?    

  'Apakah kak Krisna merekamnya tanpa sepengetahuanku dan memberikan ke Putra?' batinku.    

  Tapi gak mungkin kak Krisna seperti itu.    

  Aku merampas ponsel Putra dan membantingnya sampai hancur dan masukke dalam saluran pembuangan air.    

  Aku mulai merasa aman dengan hancurnya ponsel Putra.    

  "Apa kau senang?" Tanya Putra padaku.    

  "Kamu berhasil menghilangkan bukti itu. Tapi kau hanya sendiri disini."    

  "Aku bisa lakukan apa yang di lakukan Krisna sampai kau mendesis dengan hebat." Ujarnya.    

  Aku hanya belotot melihat ke arahnya.    

  'Bagaimana dia bisa tau, kak Krisna yang bercerita atau dia menguntitku ?    

  Bagaimana bisa? Aku tak pernah melihatnya.' batinku.    

  'Kak Krisna, apakah kau benar benar bercerita semua ini kak?' gumamku dalam hati.    

  Aku melihat di sisi sebelah kiriku ada botol kaca bekas minuman.    

  Aku berlari menuju botol itu, dan aku memecahkannya.    

  "Jangan mendekat Putra."    

  "Atau ku goreskan pecahan botol ini di leherku, aku mohon Putra berhenti mengangguku." Lanjutku.    

  "Lakukan saja Rania, aku gak yakin kau berani." Remehnya.    

  Aku mulai menggoreskan pecahan botol itu di tanganku.    

  Dan meninggalkan robekan yang cukup membuatku meringis kesakitan.    

  "Apa kau masih belum yakin kalau aku berani lakukan ini." Tanya ku pada Putra.    

  Dia tak menjawab dia hanya melihatku dengan mata yang hampir keluar dari posisinya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.