Bunga Cinta di Sebuah Desa ( TAMAT)

Panggil saja saya Bayu!



Panggil saja saya Bayu!

0  Pak Karman, salah seorang penduduk desa ini sedang berjalan tergesa-gesa, wajahnya tampak cemas dan panik, pandangannya terlihat tidak fokus, seolah olah mengambang entah kemana.    

  "Bapak, mau kemana buru buru malam malam begini? "sapa seorang pemuda yang sedang berdiri di teras rumahnya. Pak Karman terhenti dan menoleh, Ia melihat seorang pemuda yang berpenampilan rapi, meski hanya memakai baju kaus dan celana jeans biasa, dia terlihat sangat tampan terkena cahaya bulan purnama, rambut tertata rapi, kulit bersih meskipun tidak begitu putih, membuat dia berbeda dari kebanyakan pria di desa ini, tubuhnya yang tinggi dan atletis membuat dia menjadi idola di desa ini, tapi sayang... tak ada yang berani mengungkapkan perasaan mereka, gadis gadis itu hanya bisa menyimpan perasaan itu dihati mereka, dan mengubur cinta itu dalam dalam.     

  "Oh, Pak Kades, saya mau ke tempat buk dokter, anak saya sakit, muda mudahan bu dokter mau kerumah saya untuk mengobatinya, soalnya saya tidak bisa membawanya keluar. "jawab Pak Karman dengan nada cemas.     

  "Tempat Bu Dokter? "batin Kades muda tersebut, "akan saya antar pak, kan masih jauh, "    

  "nggak usah pak, saya takut merepotkan"    

  "Tidak apa-apa Pak, tidak merepotkan", katanya sambil mengeluarkan sepeda motornya.     

  Dalam perjalanan, mereka ngobrol cukup banyak, salah satu permintaan Pak Kades adalah agar Pak Karman memanggil namanya saja, jangan panggil Pak Kades."Pak Karman, panggil saja saya Bayu, jangan panggil Pak Kades segala"    

  "Waduh Pak Kades, rasanya gak sopan, jika saya cuma panggil nama aja. "    

  "Gak apa-apa Pak, pokoknya jangan sampai Bu Dokter tau aja dulu, nanti bapak sebut nama saya aja ya! "    

  "Baik Pak Kades, eh, nak Bayu.. " jawab Pak Karman agak canggung.     

  Tampa terasa mereka sudah tiba di puskesmas ini, sebenarnya ini hanya Puskesmas Pembantu, Puskesmas induk, berada di pusat kecamatan, yang berjarak hampir 10 km dari Pustu ini. Berkat bantuan dari Bayu, waktu tempuh menjadi lebih cepat 15 menit. dengan tergesa, Pak Karman masuk kedalam, sementara Bayu mengikutinya dari belakang, setelah memarkir motor nya. dari jauh dia dapat melihat gadis cantik dalam ruangan itu, dengan sungguh-sungguh mendengarkan penjelasan Pak Karman, gadis cantik dengan senyuman yang lembut, ditambah lesung pipit kecil yang membayang di pipinya, entah kenapa hatinya berdebar, dia sering melihat gadis cantik waktu kuliah dulu, tapi dokter muda ini begitu berbeda, senyum tulus, yang menghiasi bibir mungilnya menambah kecantikannya, rambut hitam sepanjang pinggang yang di ikat ekor kuda, menambah imut wajahnya, tubuh tinggi dan langsing membuat dia seperti seorang model, mata Bayu berbinar menatap gadis itu ya g sedang sibuk menyiapkan peralatan yang akan di bawanya, sampai-sampai dia tidak sadar Pak Karman yang telah berdiri disampingnya dan memperhatikan wajah kades mudanya ini.     

  dalam hati Pak Karman tersenyum.. dan berfikir, ternyata kades mereka masih sama seperti pria lainnya yang bisa tepesona pada wanita.     

  begitu Claudy keluar, dia kaget, ternyata Pak Karman tidak sendiri, ada seseorang yang menemaninya, hatinya sedikit bergetar, karna melihat pria ini, bukan karna wajahnya yang tampan, tapi karna ada wibawa dalam diri pria itu, entah itu berasal dari mana. Lagi pula dia baru pertama kali melihat laki-laki itu, karna pria didepannya ini tidak pernah menjadi pasien gadungannya seperti beberapa hari belakangan ini.     

  "Pak, siapa dia? apa putra bapak? "Tanya Claudy sopan.    

  "O.. Bukan bu Dokter dia kan ka... "perkataan Pak Karman terputus karna Bayu memotong pembicaraannya.     

  "Saya Bayu, tetangga Pak Karman".jawab Bayu tenang sambil tersenyum tipis, tapi senyuman itu dapat tertangkap oleh mata Claudy dan membuat hatinya semakin berdebar.     

  "Nak Bayu, biar Bapak jalan kaki saja, tolong antar Bu dokter kerumah Bapak"    

  "oh, jangan Pak! biar saya naik sepeda, lagi pula sepedanya mempunyai lampu kok"Tolak Claudy.     

  "Gini aja, biar bapak yang bawa sepeda, Bu Dokter, dengan Nak Bayu, kan bisa cepat memeriksa anak Bapak, soalnya Bapak Khawatir... "kata pak Karman mulai cemas.     

  "Baiklah kalau begitu Pak, kami duluan. yuk Bay..! ajak Claudy pada bayu, mendengar ajakan itu, dia sedikit merona, karna tak ada gadis di desa ini yang mau memanggil namanya seperti itu. Akhirnya mereka berjalan lebih dulu agar lebih cepat sampai di rumah Pak Karman.     

  Dalam hati.. Kades muda itu bergumam sambil tersenyum . Pak "Karman pengertian juga"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.