Bunga Cinta di Sebuah Desa ( TAMAT)

Jika kau ingin memelukku, aku tidak keberatan.



Jika kau ingin memelukku, aku tidak keberatan.

0  Ardyan terbangun mendengar suara gedoran pintu kamarnya, dengan keadaan masih mengantuk dia membuka pintu kamar itu, ternyata Said yang sedang tersenyum menatapnya.    

  "Ada apa? " Tanya Ian sambil mengucek matanya.     

  "Kok udah tidur sih Mas? kan masih pagi" Tanya Said.     

  "Tenagaku habis terkuras"Jawabnya sambil menutup pintu.     

  Said menahan pintu dengan kakinya, sehingga Ian tidak bisa menutup pintu itu.     

  "Ada apa lagi.... " Tanyanya dengan nada malas.     

  "Beneran gak mau bangun nih? nggak nyesel?" Tanya Said dengan nada menggoda. Ian menjawabnya dengan pandangan heran.     

  "Ada seorang wanita yang mencarimu lho, " Mendengar itu, Iyan mengangkat alisnya seraya berkata.. " Siapa dia? "    

  Said menunjuk kebelakang.. "Tuti? "Tanya Ian kesal. Spontan Said juga menoleh kebelakang karna yang dia maksud bukan Tuti. Lalu Said menarik Ian ke depan, dan akhirnya dia bisa melihat gadis itu yang berdiri disebelah Tuti.     

  Mulut Ian ternganga, dia amat kaget, dengan gugup dia menyebut nama gadis itu, "Vi... na...? " Katanya tak percaya.     

  gadis itu tersenyum, Ian berlari kearah Vina, dan ingin memeluknya, tapi kemudian dia sadar, gadis itu milik seseorang, dia terdiam di hadapan gadis itu. Melihat Ian yang terdiam, Vina melangkah kedepannya dan langsung memeluk Ian. Laki-laki itu tidak paham, dan berdiri terpaku sampai akhirnya dia mendengar bisikan lirih Vina bahwa dia tidak bisa mencintai laki-laki lain, dan berpura-pura menyukainya.     

  Ian langsung membalas pelukan Vina, melihat itu Said berkata..     

  "Gadis kota, " Katanya sambil merangkul bahu Tuti. Ian dan Vina langsung melepas pelukan mereka dan menatap Said "Jika kau juga ingin memelukku, aku tidak tidak keberatan" Kata Said sambil memandang Tuti. Gadis itu baru sadar kalau tangan cowok itu nempel di bahunya, langsung saja dia menjitak jidat Said, kali ini benar-benar sakit.     

  Ian dan Vina tak bisa menahan tawa melihat ulah mereka.     

  "Ayo kita tinggalkan mereka, biar mereka bisa berbicara dengan leluasa, "Kata Tuti sambil menarik tangan Said.     

  "Ooo.. Tidak bisa.. nanti mereka berbuat yang tidak-tidak " Jawab Said sambil melepaskan tangannya dan menyilangkan di dada. Layaknya Bapak-bapak yang sedang mengawasi dua insan remaja yang dimabuk cinta.     

  " Dasar Bocah.. apa katamu?... memangnya apa yang akan kulakukan hah? "Kata Ian kesal sambil menjewer telinga Said.     

  "Adu adu adu... h" Teriak Said sambil melepaskan jeweran Ian. " Kenapa orang begitu tertarik dengan telinga ku? " katanya cemberut karna sering di jewer oleh ibunya, dan sekarang Ian juga sudah ketularan.     

  Akhirnya Said berhasil di usir , dengan wajah cemberut, dia mengikuti Tuti.     

  "Untung Bu Dokter menolaknya, jika tidak, aku pastikan dia saat ini dalam masalah besar". Kata Said kesal.     

  "Hust... diam kau, nanti malah kata-katamu yang menambah masalah mereka. " Kata Tuti memperingatkan.     

  "Nggak kedengaran kok.. kita kan udah jauh.. " Jawab Said.     

  " Ternyata Tuhan sudah mengatur semuanya, ya! Bu Dokter dengan Mas Bayu, Mas Ian menemukan Mbak Vina.. Jangan-jangan... kau di takdirkan untukku.. katanya sambil nyengir.     

  "Sejak kapan kau jadi genit begini? " Tanya Tuti jengkel.     

  .....    

  Ian membawa Vina duduk di sofa, dan bertanya kenapa dia bisa tau bahwa dirinya berada disini.     

  " Ibumu yang memberi tau alamat ini" Jawab Vina.     

  " Lantas kau nyetir sendiriab sejauh ini? " Tanya Ian agak cemas.     

  " Iya, aku nginap malam tadi di perjalanan. kebetulan ada hotel yang berada di tepi jalan itu. Ian bisa mengingat hotel itu, hotel itu cukup bagus juga.     

  " Kenapa... kau mencariku? Bagaimana dengan pacarmu? tanyanya lirih.     

  "Sudah kubilang aku tidak bisa melupakanmu, aku merasa lebih sakit saat jauh darimu, dari pada mendengar kau menyanjung gadis lain di depanku. "    

  Mendengar itu, Ian memeluk Vina, dan berkata.. " Mulai saat ini aku hanya akan menyanjungmu"..Suaranya hampir seperti bisikan, sehingga membuat gadis itu meneteskan air mata karna haru.     

  "Kau menangis? " Kata Ian setelah melepas pelukannya dan melihat pipi Vina yang basah,    

  Gadis itu tersenyum, dan menghapus air matanya, tapi Ian telah lebih dahulu melakukannya.     

  ...    

  Sementara di luar sana, Said dan Tuti terdiam layaknya menunggu pasien yang sedang di operasi, wajah mereka terlihat penasaran.     

  Tiba-tiba Tuti berkata, "Gimana cara Mbak Vina nginap? apa kata orang nanti? bisa-bisa masyarakat sini berfikir yang tidak-tidak. " kata Tuti agak risau, karna mereka hanya berdua di sana.     

  " Apa kamu ingin aku menginap di sini lagi? dan kau bisa menemani Mbak Vina, Jika penduduk berfikiran yang tidak-tidak, aku tak keberatan jika harus dinikahkan denganmu" Kata Said usil. Kemarin dia telah di jemput paksa orang tuanya untuk kembali ke rumah.     

  "Apa katamu..? kapan kau bisa serius? " Kata Tuti kesal sambil menjewer kuping Said.     

  " Aw... " Katanya sambil mengusap kupingnya. "Ternyata benar, kupingku punya pesona tersendiri" katanya kesal.    

  Tak lama kemudian, sebuah mobil memasuki halaman itu, Tuti Tau, itu adalah mobil orang tua Ian.     

  " Tuhan maha penolong. masalahnya sudah selesai. Pulang kau sana, ! Kata Tuti pada Said dan membuat bibir cowok itu mengkerut.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.