Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Berhasil Atau Gagal?



Berhasil Atau Gagal?

2Membran cahaya tipis terlihat menyelimuti tempat di sana dan melingkupi empat prasasti batu raksasa di dalamnya. Atmosfer sunyi senyap memenuhi bagian dalam membran cahaya, sehingga membuat siapapun kesulitan bernapas.     

Namun saat ini, terdapat dua orang di dalam membran cahaya tersebut. Seorang tengah berlatih, sedangkan sisanya adalah seorang pak tua buta yang sudah terbiasa dengan kondisi di sana. Oleh karenanya, tekanan di dalam tempat itu tidak membuat keduanya merasa tidak nyaman.     

Pak tua buta itu mendekap sapu yang terlihat tua dan rusak. Matanya yang berwarna putih keabu-abuan dan tidak memiliki pupil itu agak menunduk. Bahkan suara napasnya sekarang ikut melemah dan tak terdengar. Jika dilihat sekilas, pak tua itu tidak terlihat berbeda dengan pak tua berpenyakitan yang hendak meregang nyawa.     

"Chi!"     

Usai suasana hening itu berlangsung selama setengah hari, Lin Dong yang duduk di hadapan prasasti batu tak jauh dari sana, mendadak bergetar. Ada cahaya tipis yang menyeruak dari permukaan prasasti batu hitam.     

Ketika cahaya itu menyeruak dari prasasti batu, pak tua buta yang menunduk, kini mendadak mendongakkan kepalanya. Badannya bergerak, dan sosoknya muncul dengan cara aneh di hadapan Lin Dong. Padahal dia tidak bergerak sebanyak itu. Tak lama kemudian, ekspresinya berubah serius saat menatap wajah Lin Dong,     

Saat ini, terdapat corak warna abu-abu gelap yang samar di wajah muda Lin Dong. Terlebih lagi, warna abu-abu ini berkumpul di titik di antara alis pemuda tersebut. Garis keabu-abuan sangat tipis rupanya muncul di dahi Lin Dong.     

Garis keabu-abuan itu memiliki bentuk yang tidak pasti. Seakan-akan garis itu tersambung dengan kulit Lin Dong—terlihat seperti cacing ketika menggeliat.     

"Rupanya dia sudah berjumpa dengan 'Huang', huh…"     

Mata pak tua buta itu terfokus lekat pada wajah Lin Dong. Wajah tuanya menegang, dan jari-jari keriputnya sontak saling menggosok. Rupanya, terdapat riak-riak besar dalam emosinya yang stabil.     

Di bawah pengawasan pak tua buta, aura keabu-abuan di wajah Lin Dong kini semakin pekat. Dua jejak darah mendadak mengalir dari sudut mata Lin Dong ketika aura keabu-abuan itu bertambah pekat. Darah itu seperti dua air mata darah dan terlihat sangat mencengangkan.     

"Krak!"     

Meskipun pak tua buta sudah kehilangan indera penglihatannya, tapi dia masih bisa menyaksikan kejadian itu dengan jelas. Ekspresinya segera berubah drastis dan sapu di tangannya langsung hancur menjadi debu.     

Karena sudah pernah berlatih menggunakan 'Desolate Demon Eye', tentu dia sadar kalau terdapat resiko besar ketika menempa ilmu bela diri tersebut. Energi aneh itu sangat mudah meresap masuk ke dalam mata seseorang. Terlebih lagi, jika mata orang itu sampai rusak, maka praktisi tersebut bakal berakhir sepertinya.     

Wajah pak tua buta itu sangat tegang. Tangannya yang keriput tak berhenti terkepal dan merenggang. Seakan-akan dia ragu apakah sebaiknya dia saat ini menarik keluar Lin Dong secara paksa dari dimensi mental atau tidak.     

"Chi! Chi!"     

Ketika pak tua buta itu ragu-ragu, Qi keabu-abuan yang tak biasa di wajah Lin Dong juga semakin pekat. Saat Qi itu berkumpul, garis abu-abu di alis Lin Dong juga semakin jelas. Tapi di waktu yang sama, garis darah di sudut mata Lin Dong terlihat lebih mengerikan. Rupanya, matanya saat ini sudah terkena dampaknya.     

"Ckluk! Ckluk!"     

Pak tua buta itu melangkah perlahan dan maju mundur di hadapan Lin Dong. Sikapnya terus berlanjut selama beberapa menit, dan dia akhirnya menggertakkan giginya dengan keras. Pak tua itu berbalik dan tangan keriputnya menusuk ke arah garis abu-abu yang terdapat di antara alis Lin Dong bagai pedang tajam dengan secepat kilat. Selama benda itu bisa dirusak, bukan mustahil untuk membangunkan Lin Dong.     

Gerakan pak tua buta itu sangat cepat, dan seolah jarinya bisa menusuk ruang hampa. Dalam sekejap, jari-jarinya sudah mendekat di depan dahi Lin Dong. Namun, ketika dia hendak menusukkan jarinya, cahaya putih hangat mendadak menyeruak keluar dari titik di antara alis Lin Dong dan beradu dengan jarinya.     

"Klang!"     

Keduanya beradu, tapi tak ada riak-riak energi yang menyeruak darinya. Cahaya putih itu cuma memblokir serangan jari-jari pak tua buta itu dalam sekejap dan lenyap setelahnya.     

Meskipun cahaya putih itu sudah menghilang, tapi jari-jari pak tua buta rupanya terhenti. Ekspresi tercengang muncul di wajahnya.     

"Rupanya aku tak perlu turun tangan, huh…" Pak tua buta itu terdiam selama sesaat. Dia menganggap kalau cahaya putih itu adalah sesuatu yang dikerahkan oleh Lin Dong secara tidak sadar. Kalau memang demikian, sepertinya Lin Dong tidak ingin menyerah mempelajari 'Desolate Demon Eye'.     

Usai mendapat perlakuan seperti itu dari Lin Dong, kerutan di wajah pak tua buta itu terlihat semakin jelas. Dia berdiri di sana selama beberapa saat, dan akhirnya menggelengkan kepalanya tak berdaya. Rupanya dia sudah meremehkan tekad Lin Dong dalam urusan mempelajari ilmu bela diri. Namun terkadang, sifat keras kepala belum tentu adalah sesuatu yang baik…     

"Kalau begitu, mari kita tunggu lebih lama lagi. Seandainya kondisinya benar-benar tidak baik, aku akan menarikmu paksa. Kau ini benar-benar pemuda yang membuat orang lain cemas saja…" Pak tua buta itu bergumam sendiri. Sesaat kemudian, dia duduk di sisi Lin Dong dan terus mengawasinya dengan hati-hati.     

Saat pak tua itu terus memperhatikannya, akhirnya dia bisa berangsur-angsur rileks. Meskipun jejak darah di sudut mata Lin Dong terus-menerus mengalir, tapi untunglah, tidak ada tanda-tanda kondisinya semakin memburuk.     

Penantian itu berlangsung selama lima hari…     

Lin Dong tak memperlihatkan tanda-tanda bakal mengakhiri penempaan dirinya selama lima hari terakhir. Air mata darah yang mengalir dari sudut matanya sudah mengering menjadi dua gumpalan darah—membuatnya terlihat sangat aneh.     

Selama beberapa saat itu, Qi keabu-abuan di wajah Lin Dong juga semakin pekat, dan tak ada pertanda energi itu bakal melemah. Namun, kejadian itu juga membuat pak tua buta yang mengawasi Lin Dong merasa ragu. Meskipun garis abu-abu di antara alis Lin Dong terus-menerus mengumpulkan Qi keabu-abuan, tidak ada tindakan lainnya yang terjadi di sana. Berdasar pengalaman pak tua itu, garis abu-abu tersebut seharusnya berangsur-angsur memperlihatkan tanda bakal berubah menjadi sebuah mata jika Lin Dong berhasil menguasainya…     

Namun jika gagal, Lin Dong tak akan setenang sekarang. Oleh karenanya, bahkan seseorang yang sudah berpengalaman sepertinya juga agak bingung. Dia tak paham sampai level mana penempaan diri Lin Dong sekarang. Sikap Lin Dong sekarang tidak terlihat berhasil ataupun gagal. Hal tersebut benar-benar membuatnya merasa tak berdaya…     

"Sudah lima hari. Waktumu semakin habis. Sepertinya pemuda ini harus bertarung hari ini melawan Nak Jiang Hao di kompetisi bulanan Aula Desolate…"     

"Pertarungan itu cuma kompetisi antara anggota generasi muda. Berlatih di sini jauh lebih penting … Lupakan, biarkan dia menempa diri. Jika dia sampai melewatkannya, ya sudah…"     

Pak tua buta itu bergumam sendiri. Namun dari sikapnya, jelas dia tidak ingin penempaan diri Lin Dong terganggu karena pertarungannya melawan Jiang Hao. Oleh karenanya, pak tua itu tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal membangunkan Lin Dong.     

"Bzzt! Bzzt!"     

Namun, segala sesuatu di dunia ini bakal selalu mengejutkan siapapun. Sesaat usai pak tua itu bergumam, suara mendesing tiba-tiba terdengar dari prasasti batu. Tak lama kemudian, dia menyaksikan mata hitam di prasasti batu mendadak melontarkan sinar cahaya abu-abu terang. Cahaya itu mengarah pada titik di antara alis Lin Dong dan beradu dengan garis abu-abu di sana.     

Sinar cahaya tersebut menggabungkan titik di antara alis Lin Dong dan prasasti batu. Kulit Lin Dong di titik sana juga mulai berkedut. Garis abu-abu di sana semakin terlihat jelas dan samar-samar mengeluarkan tanda-tanda terbuka. Aura yang gelap, dingin, dan jahat—yang membuat siapapun merasa tak nyaman—samar-samar menguar dari sana.     

"Apa bakal berubah menjadi mata?"     

Badan pak tua buta itu segera kembali tegak ketika menyaksikan kejadian tersebut. Dia menatap lekat pada alis Lin Dong. Namun, di bawah pengawasannya, cahaya abu-abu itu tidak memperlihatkan tanda bakal terbuka meskipun terus-menerus berkedut.     

"Apa yang sebenarnya terjadi…"     

Pak tua buta itu mengernyit erat dan bertanya lirih.     

Saat dia mengernyit, pak tua tersebut tidak menyadari kalau terdapat cahaya putih hangat yang tidak terdeteksi di balik cahaya abu-abu di sana.     

Cahaya yang tersambung dengan alis Lin Dong berangsur-angsur melemah. Sesaat kemudian, cahaya itu akhirnya mengeluarkan suara 'chi' dan menghilang sepenuhnya.     

Ketika cahayanya lenyap, mata Lin Dong yang sudah terpejam selama lima hari, akhirnya perlahan-lahan terbuka.     

Mata Lin Dong yang terbuka sedikit itu terlihat jernih dan tenang, sama seperti kondisinya lima hari yang lalu. Meskipun gumpalan darah di sudut matanya terlihat agak aneh, tapi Lin Dong yang sekarang tidak terlihat berbeda dengan sosoknya pada lima hari sebelumnya.     

Pak tua buta itu sontak tercengang menatap ekspresi tenang Lin Dong ketika pemuda itu membuka matanya. Saat ini, pak tua tersebut tak bisa berkomentar apapun…     

"Sesepuh, terima kasih sudah melindungiku selama aku bertapa…"     

Senyuman segera muncul di wajah Lin Dong. Pemuda itu berdiri dan membungkuk pada pak tua buta tersebut.     

"Bukan masalah. Kalau kau sudah selesai berlatih, sebaiknya kau segera pergi. Hari ini adalah hari kompetisi bulanan Aula Desolate." Pak tua buta itu perlahan-lahan berdiri. Dia lantas mengayunkan tangannya dan berbicara.     

Lin Dong mengangguk. Dia tak mengucapkan apapun lagi, dan berbalik meninggalkan tempat tersebut. Ketika dia hendak keluar dari membran cahaya, pak tua buta itu akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Meskipun aku tak tahu apa kau berhasil menguasainya, sebaiknya kau mencoba menggunakan 'Desolate Demon Eye' sedikit mungkin di masa depan nanti. Ilmu bela diri ini agak tidak biasa dan bakal melukai matamu jika kau menggunakannya terlalu sering."     

Langkah kaki Lin Dong terhenti. Dia segera mengusap titik di antara alisnya. Sudut bibirnya naik membentuk cengiran di sana. Dia juga bisa merasakan sisi gelap 'Desolate Demon Eye' ketika dia berlatih. Namun, kemungkinan ilmu itu tidak akan terlalu membuat masalah dengan adanya Stone Talisman misterius yang menahannya…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.