Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Bertarung



Bertarung

2Atmosfer hening menyelimuti puncak gunung. Berpasang-pasang mata yang tercengang dan tak yakin terlihat dari semua arah. Hingga pada akhirnya, semua pasang mata itu terarah pada pemuda kurus yang sudah melangkah maju.      

"Dik Lin Dong, jangan sembrono!"      

Pang Tong dan para praktisi lainnya terkejut, lalu mereka segera berteriak. Walaupun duel Lin Dong melawan Qing Ye sebelumnya sudah sepenuhnya memenangkan hati mereka, tetapi Wang Yan bukan seseorang yang bisa dibandingkan dengan Qing Ye. Bahkan murid sekuat Ying Xiaoxiao saja dikalahkan oleh pria tersebut. Oleh karena itu, walaupun Lin Dong kuat, apa yang bisa dilakukan olehnya untuk melawan Wang Yan?      

Lin Dong mengedikkan bahunya pada mereka. Dia tidak ingin berduel dengan orang beringas seperti Wang Yan yang juga pernah merasakan berbagai macam pertarungan hidup dan mati. Namun pemuda itu sekarang tak punya pilihan lain.      

Lin Dong tidak bermaksud bersikap sok pahlawan. Namun dia juga merupakan murid Sekte Dao. Dia tidak ingin melihat sekte yang disukainya berakhir kalah telak karena keputusan sembrono Wang Yan. Mungkin … dia tidak ingin melihat gadis muda yang biasanya ceria—gadis menawan yang juga sudah memberi warna pada kehidupan penempaan diri banyak murid yang datar—menjadi sedih sampai membuat hatinya sakit. Tentu saja, Lin Dong tahu kalau dia bukan satu-satunya orang yang berpikiran demikian.     

Di arena yang hancur, Ying Xiaoxiao dan Ying Huanhuan menatap Lin Dong dengan sorot terkejut. Ying Huanhuan menggigit bibirnya dan ragu-ragu sesaat. Dia lantas berkata, "Lin Dong, jangan sembrono … dia sangat kuat."      

"Apa ada cara lain?" Lin Dong menatap ke arah Ying Huanhuan dan tertawa.      

Ying Huanhuan terdiam. Saat ini, Ying Xiaoxiao juga berdiri. Dia lantas menatap lekat pada Lin Dong dan berkata dengan lembut, "Berjuanglah dan berhati-hatilah."     

Wanita itu sadar kalau di antara murid-murid Sekte Dao sekarang, satu-satunya murid selain dirinya yang bisa menghentikan Wang Yan mungkin adalah Lin Dong. Pemuda itu belum memperlihatkan kemampuan tempurnya yang sebenarnya sejak awal. Walaupun dia sadar kalau Wang Yan tergolong beringas, Lin Dong mungkin satu-satunya murid yang bisa menandingi pria tersebut.      

Lin Dong menganggukkan kepalanya perlahan. Sosoknya bergerak dan mendarat di arena. Pandangan matanya langsung menatap ke arah sosok yang memanggul greatsword hitam tak jauh dari sana.      

"Kau bukan tandinganku."     

Langkah kaki Wang Yan saat ini juga terhenti. Namun dia tidak berbalik. Hanya suara serak dan bernada acuh yang terdengar.      

"Meskipun demikian, aku tetap harus mencoba, 'kan?" Lin Dong berkata sambil nyengir.      

Sosok Wang Yan terhenti. Sesaat kemudian, pria itu akhirnya perlahan-lahan berbalik dan menatap lekat ke arah Lin Dong. Pandangan matanya terlihat setajam pedang, sedangkan aura mengerikan dan mengancam kembali menguar dari badannya.      

Akan tetapi ekspresi Lin Dong tak berubah ketika menghadapi aura Wang Yan yang mengerikan. Alih-alih, jejak raut dingin samar-samar muncul di wajahnya yang tersenyum.      

Lin Dong berbeda dengan murid-murid Sekte Dao biasa. Wang Yan mungkin sudah merasakan berbagai macam duel hidup dan mati, tetapi Lin Dong juga pernah merangkak keluar dari tumpukan mayat. Tidak ada yang tahu ada berapa pertarungan hidup dan mati yang pernah dialaminya selama bertahun-tahun terakhir. Oleh karenanya, Wang Yan pasti sudah salah kalau merasa mampu mengintimidasi Lin Dong dengan auranya.     

Wang Yan menatap lurus pada Lin Dong. Raut dingin yang muncul di wajah pemuda itu membuat sorot terkejut terpancar di mata Wang Yan. Pria itu sesaat terdiam, dan akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara, "Karena kau sudah bersikeras, maka kita akan melakukan sesuai idemu. Namun aku akan mengatakan hal yang sama seperti apa yang kuucapkan barusan. Aku tidak akan menahan diri dalam pertarungan ini."     

"Kebetulan sekali, aku juga." Lin Dong nyengir dan berkata. Tak lama kemudian, pandangan matanya dialihkan ke arah tempat duduk di platform tinggi.      

Ketika Lin Dong menoleh ke arah mereka, Chen Zhen, Qi Lei, dan para ketua aula lainnya saling bertukar pandang. Hingga pada akhirnya, mereka memandang ke arah Ying Xuanzi.      

Mata Ying Xuanzi yang setenang lautan menatap ke arah Lin Dong. Sesaat kemudian, pria itu seolah terkekeh pelan dan akhirnya menganggukkan kepalanya perlahan.      

Chen Zhen dan para praktisi lainnya menghela napas lega setelah melihat Ying Xuanzi menganggukkan kepalanya. Ketua Sekte itu berdiri. Pandangannya diedarkan ke seluruh tempat, lalu berkata dengan suara bernada rendah dan dalam, "Duel ini adalah pertarungan terakhir, dan pemenangnya akan menjadi juara final. Di waktu yang bersamaan, murid itu akan memiliki hak memimpin murid-murid selama Kompetisi Sekte Agung.      

"Kalau kalian berdua sudah siap … mari mulai duel ini!"      

Setelah Ying Xuanzi selesai berbicara, atmosfer di tempat itu mendadak membeku!     

"Swuush!"     

Namun atmosfer dingin itu hanya berlangsung selama beberapa kali embusan napas. Tak lama kemudian, aura yang sangat mengejutkan tiba-tiba muncul dari arena. Semua orang melihat sosok Wang Yan berubah menjadi ilusi-ilusi gambar. Dia membawa greatsword, dan badannya melaju ke depan di garis lurus. Wang Yan lantas menusuk secara beringas ke arah tenggorokan Lin Dong dengan secepat kilat.     

Saat Wang Yan bergerak, mata Lin Dong yang menatap waspada kini membeku. Kakinya menapak di tanah, lalu sinar cahaya ajaib menguar dari dalam badannya. Kedua tangannya segera bergetar dan bertransformasi menjadi lengan naga hijau yang ganas dan kuat. Telapak tangan Lin Dong mengepal, kemudian batang pohon hitam seketika muncul di sana. Cahaya hijau menguar di tangannya, dan kekuatan di dalam badannya mengalir keluar. Pada akhirnya, Lin Dong menerjang ke bawah dengan membawa pohon yang seperti metal hitam.      

"Klang!"      

Greatsword dan pohon hitam itu seketika beradu, lantas angin kencang menyapu sekitar.      

Sisik-sisik hijau di lengan Lin Dong bercahaya hebat, menghadang kekuatan yang menjalar di badannya. Sesaat kemudian, sorot matanya mendingin. Kaki kirinya menapak maju dan badannya agak berbalik. Sedangkan kaki kanannya mengayun cepat seperti cambuk.      

"Blaar!"     

Cahaya hijau menguar di kaki Lin Dong saat mengayun seperti cambuk dan bertransformasi menjadi kaki naga hijau. Sambil diiringi kekuatan liar dan ganas yang tidak bisa dideskripsikan, kakinya terayun berigas ke arah dada Wang Yan.      

Kekuatan tendangan Lin Dong sangat mengerikan. Sebelum ini, pertahanan Qing Ye sudah sepenuhnya dihancurkan oleh tendangannya. Bahkan Soul Treasure Tingkat Heavenly milik Qing Ye terhempas paksa kembali ke badannya.      

Jelas terlihat kalau Lin Dong tidak berniat membiarkan duel itu berlangsung lambat. Serangan pertama sudah sangat mengerikan. Dia tahu kalau persiapan atau percobaan di awal adalah sepenuhnya sia-sia jika menghadapi lawan mengerikan seperti Wang Yan.      

Kaki Lin Dong mengayun ke depan. Kekuatan mengerikan itu mencabik udara dan menghambur ke sekitar ketika mengenai dada Wang Yan dengan secepat kilat. Suara angin bernada rendah dan memekakkan telinga bisa terdengar di sana.      

Kilau mengerikan terpancar di mata Wang Yan. Pria itu juga mampu merasakan kekuatan mengerikan dari tendangan Lin Dong dan tidak berniat meremehkannya. Apabila seseorang seperti dirinya berpikir seperti itu, maka kemungkinan Wang Yan sudah berkali-kali kehilangan nyawa.     

"Black Killing Fist!"     

Greatsword Wang Yan menghadang serangan pohon hitam yang menghempas ke arahnya. Sementara itu, tangannya yang berbeda sekarang dikepalkan. Cahaya hitam mendadak menyeruak dari tangannya dan sebuah pukulan diarahkan ke depan!      

"Chi!"     

Pukulan Wang Yan tidak memiliki momentum kuat. Meskipun demikian, kepalan tangannya mengandung niat membunuh yang mengerikan. Hasrat ingin membunuh itu sangat dingin—sampai seakan hidup. Niat itu memenuhi langit ketika pukulan tersebut dikerahkan seperti pukulan Dewa Kematian.      

"Dhuaar!"     

Pukulan bercahaya hitam itu beradu keras dengan kaki naga. Cahaya hijau dan hitam menyapu di waktu yang bersamaan. Mereka seperti dua serigala jahat mengerikan yang mengamuk, berusaha saling memangsa.      

"Dhuaar! Dhuaar! Dhuaar!"      

Tanah di bawah dua orang itu langsung ambles. Retakan-retakan berukuran besar menjalar cepat dari kaki mereka seperti jaring laba-laba. Seluruh arena saat ini hancur dan membuat murid-murid Sekte Dao gemetar ketakutan.      

"Swuush!"      

Pandangan mata Lin Dong sedingin es. Sepasang mata itu terpicing ketika mengetahui serangan mengerikan yang dikerahkan olehnya dihadang oleh Wang Yan. Sesaat kemudian, dia mendadak menarik kembali kakinya. Setelah melakukannya, kaki naga Lin Dong yang beringas dan kuat kembali mendesing. Gerakannya diiringi ilusi-ilusi gambar, lalu ledakan sonik yang memekakkan telinga terdengar ketika menyelimuti sosok Wang Yan dengan secepat kilat.      

Kaki naga hijau yang mengandung kekuatan mengerikan semakin mendekat ke arah Wang Yan. Serangan Lin Dong yang dilakukan secara bertubi-tubi menyebabkan aura ganas menguar dari mata Wang Yan. Pria itu mengepalkan tangan kanannya dengan erat dan tiba-tiba mengarahkannya ke depan.      

"Swuush! Swuush! Swuush!"      

Bayangan-bayangan pukulan memenuhi langit di hadapan Wang Yan. Bayangan serangan itu mengandung cahaya hitam mengerikan sambil diiringi aliran energi yang mencengangkan.      

"Blaar! Blaar! Blaar!"      

Angin yang tercipta karena tendangan dan bayangan-bayangan kepalan itu akhirnya beradu di seluruh area langit. Kekuatan itu tak diragukan lagi mampu menggemparkan langit, dan saat ini seluruh puncak gunung seakan bergetar keras. Arena-arena di sekitar juga hancur menjadi debu karena dampak kekuatan besar yang terjadi.      

Semua murid terperangah ketika memandang ke arah puncak gunung yang hancur. Mereka sama sekali tidak mengira kalau duel di antara dua murid itu bakal sangat mengerikan.      

Ying Xiaoxiao dan Ying Huahuan sudah mendarat di luar arena. Mereka menyaksikan duel di arena dan ekspresi keduanya berubah.      

"Kak, Lin Dong…"      

Ying Huanhuan menarik lengan baju Ying Xiaoxiao. Sorot cemas terlihat di matanya yang lebar. Wanita itu sadar kalau Lin Dong sebenarnya cukup kuat. Namun, bukan berarti pemuda itu bisa menghadapi Wang Yan secara langsung…      

"Jangan khawatir, pemuda itu tahu harus berbuat apa. Dia dan Kak Wang Yan adalah orang yang setipe. Mungkin, demi menaklukkan pria beringas seperti Kak Wang Yan, seseorang harus lebih kejam lagi…" Pandangan mata Ying Xiaoxiao menatap lekat pada arena yang dipenuhi debu dan menjawab dengan lirih.      

Ying Huanhuan mengerucutkan bibirnya dan mengangguk secara perlahan. Dia sudah pernah melihat Lin Dong bertarung sebelumnya. Sisi ganas dan beringasnya tidak akan pernah kalah jika dibandingkan dengan kakak seperguruan Wang Yan.     

Semua pasang mata di sana memperlihatkan sorot amat terkejut ketika mereka menyaksikan arena yang dipenuhi debu. Arena di sana sudah hancur. Angin sepoi-sepoi mencerai-berai debu di sana, lalu suara angin bertiup segera terdengar. Dua sosok terlontar ke belakang dari debu tersebut. Kaki mereka meninggalkan bekas terseret sepanjang 100 meter di tanah.      

"Swuush!"      

Semua orang menoleh ke dua sosok yang terpukul mundur. Tak lama kemudian, suara riuh-rendah terdengar.      

Saat ini, rambut Wang Yan terlihat acak-acakan. Greatsword hitam di tangannya mengarah ke tanah, sementara jejak darah menetes di ujung pedangnya. Siapapun samar-samar bisa melihat beberapa jejak kaki mengerikan di dadanya.      

Di ujung yang berbeda, sayap naga hijau kembali muncul di punggung Lin Dong. Sisik-sisik naga hijau di badan pemuda itu melindunginya seperti armor sisik. Namun meskipun demikian, semua orang masih bisa melihat bekas berdarah di tangannya. Darah segar mengalir di lekuk-lekuk sisik di sana dan menetes ke bawah.      

Mereka berdua baru berduel dalam waktu singkat. Akan tetapi, pergulatan itu sama beringasnya. Dua orang itu saling meninggalkan bekas luka. Duel tersebut benar-benar sangat sengit.      

Saat menatap ke arah dua orang di arena yang saling menatap dengan sorot dingin, napas cukup banyak murid di sana melambat. Mereka berdua seperti dua harimau ganas yang mendominasi padang rumput masing-masing. Ketika keduanya beradu, kondisi itu hanya bisa dideskripsikan dengan kata 'mati-matian'.     

Namun saat ini, tidak ada seorang pun tahu pihak mana yang bakal tertawa di akhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.