THE RICHMAN

The Richman - Jealous



The Richman - Jealous

2The Secretary     

-Setahun kemudian-     

Setahun berlalu dan Richard tampaknya sangat percaya pada sekretarisnya, Charlos Piere. Dia lebih akrab di sapa Piere. Pria muda berkacamata itu begitu cerdas, dia memiliki ide yang cemerlang dan performa pekerjaannya sangat baik. Selama sepuluh hari terakhir dia harus berkantor di rumah Richard karena bosnya mengalami cidera engkel yang terjadi karena diundang ke sebuah acara charity bertajuk olahraga yang mengharuskannya ikut dalam pertandingan baseball persahabatan.     

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Rich melakukan olahraga semacam itu dan walhasil dia mengalami cidera lutu yang cukup parah karenanya.     

"Aku bisa sendiri." Ujar Richard saat Christabell berniat membantunya bangun dari posisi duduk di tempat tidur.     

"Ok." Christabell menyerah. Sudah lima hari Richard uring-uringan karena kakinya yang tak kunjung sembuh. Dokter mengatakan tidak ada cedera parah, hanya pergeseran lutut yang sudah ditangani dan mungkin butuh waktu beberapa hari untuk menghilangkan nyeri akibat memar. Meski begitu Richard menjadi uring-uringan karena dia sangat merindukan isterinya dan terpaksa berpasrah karena tak bisa menyentuh Christabell dan memuaskan hasratnya.     

Ditambah lagi beberapa hari ini Piere berkantor dirumahnya demi bisa memaksimalkan pekerjaan bosnya dan tentu saja dia bisa memandang isteri sang bos berseliweran di segala tempat karena baby Ben mulai berlatih berjalan.     

Christabell menghela nafas dalam. "Jika kau marah padaku, katakana apa salahku. Dengan begitu mungkin aku bisa memperbaiki diriku." Ujar Christabell putus asa, suaminya ini benar-benar marah tanpa sebab, dan itu membuatnya bingung.     

"Tidak seharusnya kau dekat-dekat dengan Piere."     

"What?" Alis Christabell bekerut dalam, sejurus kemudian dia tertawa terbahak. "Kau cemburu dengan Piere?" Christabell membantu suaminya itu dan memapahnya berjalan ke kamar mandi, sudah beberapa hari terakhir Bell selalu membantunya untuk mandi, pagi atau sore hari. Sementara anak-anaknya di urus oleh pengasuhnya, Christabell sibuk mengurus ayah dari anak-anaknya.     

"Pelankan suaramu atau semua orang akan mendengarnya." Richard terlihat kesal.     

Christabell membantu suaminya melucuti pakaiannya dan duduk di kursi yang sengaja di letakkan di kamarmandi karena Rich belum bisa berdiri terlalu lama. "Kau yang meminta Piere, sekretarismu itu datang ke rumah untuk bekerja denganmu. Dan ini adalah rumah kita, tempatku dan anak-anak tinggal. Jika kau ingin kami pergi saat Piere ada di rumah, kami akan melakukannya." Cirstabell sengaja memperlakukan suaminya dengan tidak lembut sama sekali. Dia juga tampak begitu kesal karena Richard cemburu buta pada pria muda yang mungkin usianya terpaut lima tahun di bawah Christabell.     

"Lagipula aku adalah wanita tua dengan dua anak, mana mungkin aku menarik di mata sekretarismu Rich." Christabell mulai menyalakan shower dan memandikan suaminya itu.     

"Aku tahu caranya menatapmu." Richard mengerucutkan bibirnya. "Dia tampak tertarik."     

"Richard!" Christabell mulai jengah. "Berhenti cemburu seperti itu!" Bentak Bell kesal.     

Rahang Richard mengeras sekilas, "Jika aku mati mendadak, kau pasti akan memilih laki-laki muda yang gagah dan tampan untuk menggantikanku kan?!"     

Christabell mematikan showernya, dua meraih wajah suaminya yang sudah basah kuyup itu dan mencium bibirnya. "Kau tidak akan pergi kemanapun, dan tidak akan ada hal buruk yang menimpamu, jadi berhenti berpikir bodoh seperti itu." Ujar Christabell setelah melepaskan ciumannya.     

Tangan Richard meraih tombol shower dan menyalakan shower utama tepat di atas kepala mereka. Christabell segera melangkahkan kakinya dan duduk di pangkuan Richard sementara posisi lutut Richard berada di tempat yang nyaman. Mereka berciuman dengan penuh hasrat setelah selama beberapa hari terakhir tak saling menyentuh karena Richard tampaknya begitu kesal dengan cedera yang dia alami.     

Mendadak dia merasakan gangguan power sindrom karena tidak bisa menunjukan keperkasaannya dan memuaskan isterinya dengan keadaan cacat meski tidak permanen. Hal itu kontan membuat Richard merasa insecure dan menganggap cideranya sebagai citra awal ketidak berfungsiannya sebagai suami yang mungkin terjadi karena berbagai sebab dan itu memicu kecemburuan tak beralasan darinya.     

Dia bahkan meminta penjaga untuk tidak masuk kedalam rumah, mereka hanya bisa berada di sekitar pagar rumah. Rich juga mengganti chef yang bekerja dirumah dengan chef perempuan. Hingga satu-satunya pria yang berada di rumah adalah dirinya. Namun sayang, banyak hal yang terpaksa harus dibawa oleh Piere dari kantor ke rumah Richard untuk mendapatkan tandatangan otentik dari bosnya itu, hingga mengharuskan Piere bolak balik dari kantor ke rumah Richard.     

Rasa insecure itu muncul kembali tatkala pria muda berwajah tampan dengan kacamata membingkai wajahnya itu. Postur tubuhnya tinggi tegap dan dia adalah orang yang cukup ramah, beberapa kali Richard menangkap pemandangan dimana Piere tak sengaja berpapasan dengan Christabell dan saling menyapa, dan itu langsung membaut Richard merasa cemburu tanpa alasan.     

Tidak suka berbagi adalah sifat dasar yang secara alamiah sudah menjadi tabiat Richard karena masalalu dan masa kecil membentuknya menjadi pribadi yang demikian. Bahkan dengan anak-anaknya Richard sempat mengalami apa yang dia sebut dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan membagi perhatian isterinya itu. Dan masalahnya adalah selalu Christabell, seolah Richard ingin memiliki Christabell seorang diri hingga membuatnya langsung menjadi insecure tatkala Christabell mendapatkan perhatian dari orang lain.     

Hal itu pula yang melatarbelakangi Richard memecat chefnya yang sebelumnya, tepat dua hari setelah Richard mengalami cidera di kakinya dan merasa lemah. Pagi itu sarapan keluarga, Richard duduk di kursi roda setelah dokter menyarankan untuknya menggunakan kursi roda untuk sementara waktu agar membuat cideranya tak semakin parah.     

Saat itu Chefnya menyiapkan sarapan spesial dan saat menghidangkan ke meja, dia sempat menyapa Christabell dengan ramah dan dibalas dengan ramah pula oleh isterinya itu. Richard langsung kehilangan selera makannya dan memecat sang chef tanpa alasan yang jelas. Meski Richard memberikan pesangon yang sangat besar bagi si chef hingga dia tak merasa dirugikan meski Richard mengakhiri hubungan kerjasamanya.     

"Kau bisa sangat mengerikan saat cemburu Rich." Bisik Christabell di sela ciumannya. Gairah panas yang jauh lebih panas saat bertemu dengan derasnya guyuran air hangat dari shower yang membuat mereka tak terhentikan lagi. Meski lututnya terasa ngilu tapi tangan Richard masih sama terampilnya seperti sebelum dirinya sakit. Dengan cepat Richard menyingkap piyama tidur yang masih dikenakan oleh isterinya hingga membuat dirinya leluasa menembus kedalam diri Christabell.     

"Ahhh…."Bell mengerang. Ibu dua anak ini memang masih terlihat begitu mempesona dan sexy sehingga Richard tidak ingin membagi keseksian isterinya itu dengan siapapun.     

Karena tahu bahwa ruang gerak suaminya begitu terbatas Christabell mengambil alih kemudi. Dia yang bergerak dengan cepat hingga membuat suaminya semakin "on". Ditambah dengan ciuman dan sentuhan diarea-area sensitive membuat gairah semakin memuncak. Meski Christabell belum menemukan puncaknya tapi Richard sudah melepaskan miliknya.     

"Sorry…" Sesal Richard.     

"It's OK honey." Ujar Christabell. Baginya kemarahan Richard seperti bisul jerawat yang jika tidak dibiarkan hingga meletus tidak akan segera sembuh. Dan itu yang coba dilakukan Christabell, setelah Richard menemukan pelepasan, segala emosi yang dia pendam akan menguap hilang segera.     

"Apa kau menikmatinya?" Tanya Bell.     

"Ya." Angguk Richard.     

"Aku milikmu Richie, dan akan selalu seperti itu. Jadi berhenti berpikir yang tidak-tidak." Christabell menarik dirinya dan segera melepaskan piyama tidurnya yang sudah basah. Pagi itu agenda memandikan Richard berubah menjadi mandi bersama karena mereka sudah basah kuyup dan menjadi kotor bersama.     

***     

Christabell sudah membuat suaminya terlihat rapi, dan Richard mulai memakai tongkat untuk melatih kakinya menapak seperti sedia kala meski masih dibantu tongkat. Bell membantu suaminya sampai di ruang makan untuk menyantap sarapan paginya. Hari ini Richard memutuskan untuk berangkat ke kantor meski Christabell sudah melarangnya. Tapi Rich bersikukuh karena dia tidak ingin Piere datang lagi kerumahnya.     

"Aku akan berada di kamar saat Piere datang jika itu alasanmu." Christabell tampak mengomel sambil menyeduh kopi untuk suaminya, chef baru yang mereka pekerjakan tak datang hari ini, walhasil Bell harus sibuk menyiapkan makanan dibantu dengan Zoey dan juga Miranda.     

Richard tampak tak menggubris, dia malah langsung berdiri spontan, lupa bahwa lutunya masih rentan, "Aww…" Rich terhuyung dan jatuh terduduk di kursi, sementara Christabell yang semula bersiap untuk meraih suaminya itu tampak berhenti.     

Dia berjalan mendekati suaminya dan mengusap wajahnya, untung saja hanya ada Richard dan Christabell pagi itu di ruang makan, jadi kemesraan seperti apapun tidak jadi masalah.     

"Bisakah kau mendengarkanku kali ini saja?" Ucap Christabell lembut di hadapan wajah suaminya itu. "Aku begitu menghawatirkanmu Richie. Berhenti bersikap kekanak-kanakan."     

Richard tak menjawab. Pria itu terlalu terbiasa menjadi pria sempurnya yang tidak memiliki kekurangan dan tiba-tiba harus pasrah menjadi pria pincang yang bahkan tidak bisa bercinta dengan bebas karena keterbatasannya. Rasa tidak terima dan rasa lemah itu yang membuat Richard menjadi uring-uringan.     

"Kau akan pulih sayang, memang butuh waktu." Bell mencoba menenangkan Richard.     

Rahang Richard mengeras sekilas. "Aku merasa lemah." Jujurnya.     

"Aku tidak merasa seperti itu, bagiku kau tetap suami terhebatku. Kau tetap gagah perkasa, ini hanya luka ringan dan akan sembuh Rich."     

Rich membuang pandangannya. "Aku tidak terbiasa dengan kelemahan semacam ini."     

"Richard Anthony." Christabell menatap suaminya itu dalam-dalam. "Terkadang kau begitu sempurna hingga aku sering mempertanyakan apa fungsiku berada di sisimu, kau memiliki semua yang kau butuhkan. Tapi dengan kejadian ini, aku menjadi lebih dekat denganmu. Aku mengurusmu dari bangun tidur hingga kau bersiap untuk tidur kembali, dan itu membuatku merasa lebih berarti. Bukan maksudku bersyukur untuk kecelakaan yang kau alami, tapi bukankah kita berjanji untu selalu ada dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat maupun sakit?" Christabell menatap suaminya dengan begitu dalam, mengingatkan kembali janji yang mereka buat bertahun-tahun lalu saat mereka mengikatkan diri satu dengan yang lainnya dalam ikatan pernikahan.     

"Itu justru membuatku merasa buruk." Ujar Richard. "Aku tidak pernah bergantung pada siapapun sebelumnya."     

"Dan kau tidak ingin bergantung pada isterimu barang sedikitpun?" Christabell mempertanyakan kalimat suaminya itu.     

Richard menghela nafas dalam. "Kau tahu, aku sempat berpikri bagaimana jika kecelakaan konyol itu membuatku cacat seumur hidup? Bagaimana jika kau meninggalkanku."     

"Richard." Christabell memeluk suaminya itu. "Aku tidak akan meninggalkanmu, apapun yang terjadi." Janjinya.     

Richard membeku, dia tidak semudah itu diyakinkan oleh Christabell. Richard Anthony benar-benar sulit menerima dirinya yang memiliki kekurangan karena hampir seluruh hidupnya hingga detik sebelum kejadian kecelakaan akibat olahraga itu, Rich memiliki semua kesempurnaan yang dibutuhkan seorang pria. Dan ketika ada sedikit cacat yang dia alami meski itu tidak bersifat permanen, kejiwaanya mulai terganggu. Richard menjadi pribadi yang gelisah dan insecure.     

"I love you to the moon and back Rich." Christabell berbisik di telinga suaminya itu dan kembali memeluknya. "I will never leave you what ever happened." Janjinya lagi. "It's my words."     

Dalam diamnya, Richard merasakan kasih sayang isterinya itu, namun tak mengubah apapun selain keinginannya untuk pergi ke kantor hari itu. Rich mengurungkannya dan menghubungi Piere untuk mengirimkan beberapa draft kerjasama yang harus dia tandatangani lewat supirnya.     

"Kau benar-benar tidak ingin Piere datang ke rumah kita?" Christabell tertawa saat Pattric datang dengan stumpuk berkas yang dia ambil dari kantor Richard.     

"Nope." Geleng Rich.     

"Keras kepala." Seloroh Christabell sambil menggendong baby Ben menghampiri ayahnya yang sedang bekerja. "You can call your daddy, stubborn dad." Ledek Christabell, dan itu membuat Richard tersenyum.     

"I just protect what I have, and you have to!" Ujar Rich sambil mencium baby Ben saat Christabell mendekatkan anak laki-laki itu pada ayahnya.     

"Dia akan tumbuh mirip dengan ayahnya, penuh kecemburuan dan persaingan. Dia benar-benar akan mengalami kesulitan berbagi karena aku sudah melihat bibit itu sejak dini." Christabell mengeluh tapi Richard justru mengambil alih baby Ben dan mengangkatnya tinggi-tinggi.     

"Kau harus menjadi seperti daddy, don't share what's yours. OK. Seperti itu daddy mempertahankan your mommy.��� Richard tampak membanggakan dirinya sementara Christabell berdiri dengan melipat tangan dan menggelengkan kepala. Pria akan selalu menjadi kanak-kanak dan itu benar seratus persen. Meskipun Richard Anthony adalah pria dewasa yang berwibawa, tapi dimata Christabell terkadang dia tak ubahnya anak lima tahun yang sering uring-uringan jika diminta berbagi miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.