THE RICHMAN

The Richman - Dating



The Richman - Dating

2Charlotte sedang menemani Christabell mengurus baby Ben, sementara suaminya tampak sibuk bermain dengan Adrianna di luar. Tampak Paul dan Eleonora menikmati teh bersama di dekat tempat Adrianna dan Mark, suami Charlotte bermain.     

"Apa yang berubah setelah kau memiliki anak?" Tanya Charlotte pada Christabell, sementara ibu dua anak itu tersenyum lebar. "Everything." Jawabnya singkat.     

"Lebih baik atau lebih buruk?" Charlotte semakin penasaran. Dirinya dan Mark sempat berpikir untuk tidak memiliki keturunan karena mereka tidak ingin rasa cinta diantara mereka berubah karena kehadiran oran lain dalam keluarganya.     

"Em…" Chrisabell tampak mengerucutkan bibirnya sekilas. Sementara tangannya tetap bekerja, memakaikan pakaian pada putera kesayangannya itu. "Sebenarnya tidak bisa dikatakan baik atau buruk, hanya saja beberapa hal harus benar-benar bisa saling memahami agar tidak terjadi pertengkaran diantara suami dan isteri."     

Alis Charlotte berkerut semakin dalam. "Contohnya?"     

"Dimulai dari hal-hal paling kecil, terkadang suami merasa cukup sat dia sudah bekerja dan menghasilkan uang. Sementara dia tidak peduli dengan isterinya yang seharian berada di rumah dan menghabiskan waktu bersama anak-anaknya."     

Charlotte. "Kau bosan bersama anak-anak terus?"     

Christabell tersenyum lebar sekali lagi. "Terkadang aku juga merasa butuh me time."     

"Biar ku tebak, kau tidak bisa mendapatkan me time mu itu?"     

Christabell mengangguk cepat. "Terkadang menjadi begitu sulit untuk sekedar berada di kamar mandi cukup lama, hanya menikmati berendam air hangat saja sulit."     

Charlotte terkikik geli. "Kurasa keputusanku sudah benar soal anak-anak." Ujarnya.     

"Kau sudah memutuskan untuk memiliki bayi dengan Mark?" Tanya Bell penasaran.     

"Em… em…"Geleng Charlotte. "Kami memilih untuk tidak memiliki anak."     

"Why?"     

Charlotte mulai menjelaskan. "Aku cukup sibuk dengan pekerjaanku begitu juga Mark. Dia seorang dokter dan jarang sekali punya waktu untuk keluarga. Bahkan kami cukup sulit bertemu jika dia tidak sedang mengambil cuti panjang. "     

"Jadi itu alasannya?"     

"Aku tidak ingin membesarkan anak dengan terpaksa, aku tidak ingin melahirkan mereka hanya untuk kusia-siakan."     

"Tapi kalian saling mencintai, dan kurasa kalian akan menemukan jalannya nanti."     

"Entahlah, tapi melihatmu selama dua hari menginap di sini bersama anak-anakmu meskipun ada dua pengasuh dan kau tetap terlihat repot mengurus anak-anakmu."     

Christabell terkikik geli. "Itu karena aku ingin mengurus mereka sendiri. Rich yang selalu memintaku untuk melibatkan pengasuh. Jadi mereka hanya akan kuperlukan saat aku benar-benar sibuk."     

"Apa kau tidak rindu menghabiskan waktu berdua saja dengan Richard, tanpa anak-anak?" Charlotte mengambil alih baby Ben setelah dia bersih, dan wangi. Sementara Christabell membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk mendandani pangeran mungilnya itu.     

Bell menghela nafas dalam, "Terkadang aku ingin, tapi cukup rasional untuk mengatakan pada diriku sendiri bahwa situasi sudah berubah."     

"Dan kau selalu berkompromi untuk itu?" Charlotte membawa Ben berkeliling kamar sambil melihat berbagai benda di dalam kamar, sementara dia juga asik menikmati bicara dengan Christabell dari hati ke hati.     

"Tidak ada pilihan lain." Bell menggangkat bahunya.     

Charlotte berjalan ke arahnya dan menatapnya dalam. "Apa yang benar-benar ingin kau lakukan jika kau punya kesempatan pergi berdua saja dengan Richard tanpa anak-anak."     

"Em… aku tak punya ide."     

"Come on Christabell." Charlotte memutar matanya. "Pikirakna sesuatu." Tuntutnya.     

"Mungkin sekedar menonton bioskop berdua, karena kami tidak pernah melakukannya. "     

"Seriously?!" Charlotte tampak begitu terkejut dengan pengakuan Christabell.     

"Never." Geleng Bell.     

Disanalah Charlotte menemukan ide untuk kejutan Bell. Bagaimanapun seorang ibu tetap layak mendapatkan perhatian khusus. Memang mengasuh anak adalah kewajibannya, tapi dia juga berhak mendapatkan metime dan juga kejutan-kejutan kecil agar tetap bahagia. Karena ibu bahagia adalah kunci dari kehangatan sebuah rumahtangga.     

Setelah mengobrol panjang dan lebar, akhrinya sesi curhat berakhir. Charlotte meninggalkan kamar Chrisabell dan berjalan keluar untuk bermain dengan Adrianna sekilas. Setelah itu mengobrol dengan Paul dan Eleonora juga Mark disusul dengan menikmati makan siang.     

Keisengan Charlotte di mulai saat makan siang, dia mengirim pesan singkat pada Richard yang isinya adalah potongan rekaman suara Christabell. Pembicaraan dirinya dan Bell tentang keinginan Christabell yang sederhana yang belum pernah dia lakukan hanya berdua dengan Richard tanpa anak-anak, dan Chrsitabell menjawab "menonton bioskop"     

Richard membalas pesan suara itu dengan pesan singkat pada Charlotte, "Bantu aku mewujudkannya untuk Christabell."     

"Ok." Jawab Charlotte.     

Richardpun bergerak cepat, dia segera menghubungi salah satu bioskop yang akan menayangkan film premier Disney. Meskipun terlihat biasa saja, tapi Christabell adalah penggemar berat tokoh-tokoh princess Disney. Dia suka Chinderella, Ariel, Rapunzel dan lainnya. Dan mala mini Rich membooking satu studio untuk menonton berdua dengan isterinya itu tanpa sepengetahuan Christabell.     

"Pukul tujuh, bisakah kau mengatur agar kami bisa bertemu di bioskop?" Tanya Richard melalui pesan singkat. Charlotte adalah seorang wedding organizer, dia mahir mengorganize berbagai acara termasuk acara kencan. Dan bukan kali pertama dia mebantu sepasang kekasih atau suami isteri untuk memberikan kejutan pada pasangannya.     

Dengan mudah Charlotte mengiyakan permintaan Richard itu. Setelah pukul tiga sore dia berbciara lagi dengan Christabell.     

"Bagaimana jika kita melakukan me time." Ujar Charlotte.     

"What?" Christabell tampak terkejut. "Sekarang?"     

"Ya." Angguknya. "Anak-anakmu tidak akan mencarimu, lagipula di rumah ini ada begitu banyak orang sampai-sampai Adriannapun tidak akan tahu jika ibunya pergi beberapa waktu."     

Christabell tampak mulai memperhitungkan rencana Charlotte itu, tapi dia masih ragu karena belum meminta ijin pada Richard. "Aku harus meminta ijin pada Rich." Ujarnya.     

"Ya, itu ide yang bagus." Charlotte menunggu di tempat sementara Christabell tampak menghubungi suaminya itu melalui sambungan telepon.     

"Hi sayang. "Sapa Richard dari seberang.     

"Hi. Apa kau sibuk?" Pertanyaan pertama yang harus selalu di lontarkan Christabell saat menghubungi suaminya melalui sambungan telepon. Hal itu dia lakukan agar sebisa mungkin tidak mengganggu jam sibuk suaminya untuk membciarakan hal-hal yang sifatnya kurang urgent.     

"Tidak, katakan, apa ada masalah?" Tanya Rich, sebenarnya Richard sudah tahu bahwa isterinya pasti akan menghubunginya lebih dulu jika dia akan pergi meninggalkan rumah. Memang beberapa kali Christabell absen tidak melakukannya, tapi jika untuk sesuatu yang tak terlalu mendesak, sebisa mungkin Christabell tetap menghubungi suaminya lebih dulu.     

"Charlotte dan aku akan pergi beberap waktu tanpa anak-anak, apa kau akan mengijinkannya?" Tanya Bell ragu-ragu.     

Richard bukan pria bodoh, dia bahkan cukup mahir melakukan sandiwara. "Kalian akan pergi kemana?" Tanya Richard, pura-pura tidak tahu. Dan tampaknya itu berhasil.     

"Jika kau keberatan aku tidak akan melakukannya." Christabell buru-buru mengkoreksi.     

"Aku bukan keberatan sayang, aku hanya bertanya tujuan kalian kemana." Richard menjelaskan.     

Christabell menatap ke arah Charlotte dengan tatapan khawatir, dia sudah terlihat sangat pesimis dengan jawaban yang mungkin dia terima dari Ricahard, tapi Charlotte terus menyemangati dengan bahasa isyarat.     

"Kami hanya akan jalan-jalan. Mungkin semacam girls time." Ujar Christabell semakin ragu.     

Richard menghela nafas dalam, "Ok, aku akan pulang lebih cepat malam ini. Serahkan anak-anak padaku." Ujar Rich.     

"Tidak harus seperti itu sayang, kami tidak akan lama. " Christabell mengkoreksi lagi.     

Richard tersenyum lebar, isterinya memang selalu seperti itu. "Pergilah, kau butuh waktu untuk dirimu sendiri sayang." Ujar Richard. "Aku ada meeting lima menit lagi, kita lanjutkan nanti."     

"Ok, thanks."     

"Nikmati waktumu sayang, girls time." Goda Richard dan Chrisatbell mengakhiri panggilan itu. Dia menoleh ke arah Charlotte dan senyum mengembang di wajahnya. "Richard mengijinkanku."     

"Yess!!" Charlotte terlihat girang. "Pakailah pakaian ternyamanmu, berpenampilan seperti kau masih gadis berumur tujuh belas tahun. Berhenti terlihat tua untuk kali ini saja." Goda Charlotte. "Kita akan pergi pukul enam."     

"Ok." Angguk Christabell setuju.     

Dan benar saja, setengah ena, setelah semua anak-anaknya sudah dibereskan, Christabell memilih pakaian untuknya sendiri. Dia tampak sudah mandi dan bersiap untuk hang out bersama Charlotte sepupu suaminya. Girls time, itu julukan yang mereka pakai.     

Bell memilih mengenakan celana jeans, jenis pakaian yang sudah lama sekali tak dia kenakan. Atasan tanktop dengan outer berbentuk blazer dengan warna nude. Rambut ekor kuda menjadi pilihan untuk terlihat sepuluh tahun lebih muda, lagipula riasan yang soft justru membuat Christabell terlihat jauh lebih segar.     

Setelah meminta ijin pada Adrianna dan juga Paul dan Eleonora, mereka berdua akhirnya pergi dengan mobil Christabell yang di kendarai olehnya.     

"Wow, kau benar-benar bisa menipu dengan penampilanmu yang seperti ini Bell." Puji Charlotte.     

"Apa maksudmu?"     

"Kau terlihat seperti gadis sembilan belas tahun."     

"Jangan berlebihan, kau juga keren dengan pilihan gayamu." Puji Bell balik, kali ini Charlotte memilih atasan dengan model kaos dan juga celana jeans, ripped jeans. Rambut dengan model bob berwarna coklat tanah dengan highlight juga membuatnya tampak begitu muda dan segar.     

Mereka menuju ke sebuah bioskop, sesuai arahan dari Charlotte.     

"Wait, bioskop?" Tanya Christabell bingung.     

"Ya." Angguk Charlotte.     

"We're dating?" Christabell terbahak, dia benar-benar tertawa lepas, karena pergi ke bioskop dengan sesame wanita terasa sangat menggelikan. Meski begitu Christabell tetap memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil.     

"Oh shit!" Charlotte tampak mencari sesuatu saat mereka turun dari mobil dan bersiap mengantri tiket. "Ponselku tertinggal di mobil." Ujarnya. "Bisakah aku meminjam kunci mobilmu?" Tanya Charlotte dan Bell segera memberikan kunci mobilnya itu.     

"Masuklah dulu, aku akan menyusul."     

"Ok." Angguk Christabell. Sedikit curiga tapi Bell mencoba mengabaikannya. Dia memang sudah lama sekali tidak pergi ke bioskop, jadi mungkin tak akan jadi masalah jika dia menonton layar lebar di waktu me time seperti ini, meskipun dengan Charlotte.     

Bell membeli tiket kemudian masuk kedalam ruangan besar itu. Tampak sepi, dan itu membuat Christabell celingukan. "Mengapa tidak ada orang?" Meski begitu dia tetap mengikuti arahan petugas penjaga.     

"Kursi anda di deretan ini." Ujarnya sebelum berjalan meninggalkan Christabell. Benar benar duduk sendiri ditengah ruangan bioskop yang kosong. Bell merasa aneh, padahal tadi dia sempat mengantri cukup panjang untuk mendapatkan tiket, lalu kemana perginya semua orang? Apa mereka memilih judul film yang berbeda dengan dirinya? Mengapa tidak ada orang yang memiliki selera sama dengan dirinya.     

Christabell sudah duduk sekitar lima menit dan film mulai di putar. Kali ini judulnya Beauty and the Beast. Bell celingukan, bagaimana mungkin Charlotte begitu lama jika dia hanya mengambil ponsel?     

Mendadak seseorang masuk dan duduk di sebelah Christabell. Untung saja ada orang lain, batin Bell sedikit lebih tenang. Dalam kegelapan Bell tak bisa melihat dengan jelas wajah pria yang duduk di sebelahnya. Dia tampak mengenakan atasan berbahan denim berwarna biru. Sepertinya dia adalah pria muda yang salah memilih judul Film, batin Bell lagi.     

"Popcorn." Pria itu menyodorkan popcorn pada Bell dan wanita itu menolaknya. Dia berpikir apa jadinya jika suaminya tahu bahwa dia menonton film layar lebar di sebuah bioskop hanya dengan seorang pria muda asing yang tak di kenalnya.     

Sepuluh menit berlalu dan si pria asing itu tampak sedikit kurangajar karena dengan sengaja memegang jemari Christabell. Reflek Christabell menarik tangannya dan hampir memukul pria kurang ajar itu, namun dia segera megurungkan niat saat sorot cahaya menerpa wajah si pria dan dilihatnya itu suaminya.     

"Richardi?" Mata Christabell membulat, dia tidak percaya apa yang dilihatnya.     

Richard tersenyum lebar. "Would you be my date Mrs. Anthony?" Richard tersenyum lebar.     

"Oh my God, apakah ini ide Charlotte?" Tanya Bell tak percaya.     

"Ya, kita harus berterimakasih padanya. Jika tidak, kita tidak akan pernah memiliki kenangan berkencan seperti anak muda." Seloroh Rich, dia meraih tangan isterinya itu dan meremasnya, kemudian diantara remang suasana bioskop Richard mencium bibir Christabell.     

"Apa sudah mirip seperti yang kau bayangkan, berciuman di bioskop seperti yang dilakukan banyak remaja."     

Christabell tertawa kecil. "Aku merasa seperti remaja saat ini."     

"Aku juga. Dan ini menyenangkan."     

Mereka benar-benar melakukan kencan remedial, untuk menciptakan moment-moment yang banyak dilakukan pasangan muda saat pertama kali mereka berkenalan, kemudian berkencan.     

"What's next?" Tanya Bell penasaran.     

"We'll see." Richard memunculkan teka-teki yang membuat Christabell begitu penasaran dengan kencan mereka setelah dari bioskop. Rich mengatakan bahwa mereka akan pulang larut, layaknya remaja kasmaran yang menghabsikan akhir pekan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.