THE RICHMAN

The Richman - Crash



The Richman - Crash

1Sesampainya dirumahsakit, Christabell bergegas menghampiri meja resepsionis untuk memeriksa apakah nama Richard ada di daftar nama pasien baru di rumahsakit itu, korban kecelakaan beberpa jam lalu.     

"Selamat malam." Bell menggendong Adrianna dan bertanya dengan tergesa-gesa dengan wajah pucat dan tangan gemetaran.     

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu nyonya?"     

"Apakah ada pasien atas nama Richard Anthony? Korban kecelakaan beberapa jam lalu."     

Sang resepsionis memeriksa di daftar nama pasien. "Tunggu sebentar." Dia tampak sedang mengamati layar monitor di hadapannya sambil terus mencari. Beberapa kali dia mencoba berkomunikasi dengan beberapa rekan lainnya dan tidak menemukan nama itu.     

"Tidak ada di rumahsakit ini nyonya." Jawab sang resepsionis.     

Zoey yang berdiri di dekatnya meyakinkan. "Kami menerima panggilan dari rumahsakit."     

"Tapi tidak ada pasien atas nama Richard Anthony."     

"Tolong periksa lagi." Desak Christabell.     

Setelah memeriksa, seorang perawat mengatakan, "Ada pasien kecelakaan mobil yang baru saja ditangani, namun identitasnya masih belum dipastikan. Tidak ditemukan identitas korban di tempat kejadian. Hanya saja dari plat kendaraan yang mengalami kecelakaan, pihak kepolisian mengkonfirmasi bahwa kendaraan tersebut kepemilikannya atas nama Richard Anthony."     

Christabell terhuyung lemas, meski dia masih terus memeluk puterinya yang ada di gendongannya. "Dimana dia sekarang?" Tanya Christabell pada perawat yang baru saja menghampirinya.     

"Masih di ruang operasi nyonya, pasien mengalami luka serius akibat kecelakaan." Ujar sang perawat. "Anda siapa?" Tanya sang perawat.     

"Saya Christabell Anthony, isterinya."     

"Baik, mari ikut saya."     

Langkah Chrsitabell deras mengikuti perawat itu menuju ruang operasi, disusul dengan Zoey yang tampak menggendong baby Ben. Dibelakangnya tampak sang supir yang baru saja masuk setelah memarkirkan kendaraan segera mengikuti langkah majikannya.     

Mereka berhenti di sebuah lorong buntu dengan pintu besar bertuliskan RUANG OPERASI dengan sebuah tanda sedang ada tindakan. Christabell terduduk lemas menunggu di depan ruang operasi itu. Pikirannya begitu kacau, terbersit dalam benaknya, bagaimana seandainya Richard tidak bisa bertahan dalam tindakan operasi itu?     

Seumur hidupnya mengenal Richard Anthony, dia adalah pria yang selalu beruntung. Dia tidak pernah mengalami kecelakaan sefatal ini.     

"Richard, bagaimana jika aku harus hidup tanpamu."Bisik Christabell dalam hati.     

Seorang perawat membuka pintu dan beberapa langsung mendorong pasien menuju ruang perawatan. Kali ini pasien dibawa ke ruangan ICU. Dokter menghampiri Christabell, dan menjelaskan kondisi pasiennya.     

"Pasien mengalami benturan keras di bagian kepala dan juga beberapa anggota tubuh lainnya." Ujar sang dokter.     

"Pasien baru saja menjalani operasi pemasangan platina di kaki-kiri dan juga pemeriksaan melalui MRI di kepala. Ada gumpalan darah dan sudah dilakukan operasi untuk mengeluarkan gumpalan darah itu dari kepala." Ujar sang dokter.     

"Apakah dia akan selamat?" Tanya Christabell.     

"Dia masih dalam masa kritis."     

Dokter dan Christabell berhenti beberapa saat di ruang ICU. Pria yang berbaring di dalam ruangan itu benar-benar sulit dikenali karena hampir seluruh wajahnya menderita lebam. Christabell berderai air mata. Sementara Adrianna dan Ben bersama dengan Zoey dan Clement supirnya berdiri agak jauh. Christabell benar-benar membutuhkan waktu untuk berada di dekat Richard sendiri.     

Christabell melempar pandangannya ke arah anak-anaknya, setelah menatap pria yang berbaring di dalam ruangan, dan itu membuat hatinya semakin hancur. Richard Anthony memang pria kaya raya, meskipun dia meninggal dunia hartanya tidak akan habis dimakan tujuh turunannya. Tapi Christabell benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan tampa Richard di dunia ini. Dirinya begitu bergantung pada sosok Rich. Bahkan pria itu selalu menjadi Problem Solver dalam rumahtangga mereka. Tidak ada satupun masalah yang tidak bisa diatasi Richard.     

Mulai dari mencari uang hingga mengurus semua kebutuhan rumah, membayar semua orang yang ada di rumah, menjalankan berbagai bisnisnya yang tidak pernah diketahui oleh Christabell sedikitpun. Jika Richard meninggalkannya, Bell akan menjalani hidup ini layaknya orang buta. Semuanya menjadi gelap bagi Christabell setelah hari ini.     

Apalagi pembicaraan terakhir tentang Brandon yang masih berkeliaran diluar sana, yang entah akan menyakiti siapa lagi? Dulu Richard pernah menyelamatkan dirinya dua kali dari Brandon, namun jika Rich pergi, dia tidak akan bisa lagi melindungi isterinya itu.     

Saat Christabell tengah sibuk memikirkan berbagai kemungkinan buruk, mendadak terdengar beberapa orang menjerit dan berlarian, bahkan ada suara tembakan yang entah dari mana datangnya. Yang dia ingat langsung Adrianaa dan Ben. Dia berlari ke arah Adrianna dan langsung menggendongnya, begitu juga dengan Zoey. Mereka berlari sementara Clement berusaha melindungi mereka dan menemukan tempat persembunyian. Tampaknya suatu tempat di rumahsakit itu sedang ada penembakan oleh seseorang tak dikenal.     

Tak berapa lama polisi datang, tapi si pria bersenjata membawa sandra. Meski wajahnya mengenakan topeng, tapi perawakannya jelas sekali, dia mirip dengan Brand. Apakah Brand datang untuk menemukan Rich?     

Setengah jam yang mencekam, saat polisi tak lagi bisa melakukan negosiasi, maka penembak jitu disiapkan dari posisi yang strategis untuk menembak sasaran, si pria pembuat kegaduhan.     

Dalam satu tembakan pria itu roboh bersimbah darah dan sang sandra jatuh bersama dirinya. Sandra itu gemetaran tak bisa bergerak karena ketakutan, namun setelah memastikan kondisi aman, polisi membantu mengefakuasinya dan beberapa tenaga medis segera memberikan petolongan. Sementara itu kondisi dinyatakan kembali aman dan pihak kepolisian setempat berjaga ketat di rumahsakit.     

Benar saja, pria itu adalah Brandon Anthony, penderita gangguan kejiwaan yang menyerang sebuah rumahsakit dan mengakibatkan seorang pengunjung rumahsakit menderita luka tembak.     

***     

Christabell bisa bernafas lega meski keadaan itu membingungkan baginya. Di satu sisi pria yang diduga suaminya tengah tergeletak tak berdaya di ruang ICU sementara adik iparnya yang adalah saudara tirinya ditembak mati polisi karena melakukan penembakan brutal di sebuah rumahsakit.     

"Bawa anak-anak pulang." Ujar Christabell pada Zoey dan juga Clement.     

"Bagaimana dengan anda nyonya?" Tanya Zoey.     

"Aku akan baik-baik saja, tolong jaga anak-anak. Aku benar-benar tidak tahu harus meminta tolong pada siapa, kumohon jaga anak-anakku." Christabell berurai air mata memohon pada dua orang yang bekerja pada suaminya itu.     

"Kami akan menjaga mereka nyonya." Ujar Clement.     

"Terimakasih, aku tidak tahu harus membalas kalian dengan cara apa."     

Baik Clement dan Zoey akhirnya pamit undur diri. Clement menggendong Adrianna yang sudah tertidur lelap sementara Zoey menggendong Ben yang justru mulai terbangun. Mereka keluar dari rumahsakit dan membawa anak-anak pulang sementara Christabell duduk berjaga di luar ruang ICU.     

***     

Malam mulai larut dan Christabell masih duduk menunggu diluar. Terdengar langkah kaki berjalan ke arah lorong dan itu jelas membuat Bell waspada. Saat dia menoleh dia melihat sosok suaminya berjalan ke arahnya.     

Christabell terhuyung jatuh ke lantai, dia benar-benar berpikir bahwa itu adalah arwah Richard. Apakah suaminya meninggal di dalam ruangan itu dan arwahnya menghampirinya?     

Sempat tak sadarkan diri, akhirnya Christabell siuman di sebuah ruang perawatan. Matanya mengerjap lemah, dan saat menoleh ke arah tangannya, dia melihat tangan lain menggenggam tangannya itu. Bell berteriak histeris dan Rich segera memeluknya.     

"Sayang, ini aku." Bisik Rich. "Ini aku..." Richard mengulangi kalimatnya berkali-kali hingga Christabell bisa tenang dan menerima kebenaran itu. Bahwa pria yang duduk di sisinya adalah Richard suaminya.     

"Bagaimana mungkin..." Christabell terbata. "Aku melihatmu di ruangan itu..."     

Richard menghela nafas dalam. "Ceritanya panjang." Richard beringsut dan mendekap isterinya itu.     

"Jika bukan kau, siapa pria itu?" Tanya Bell kebingungan.     

Richard mulai menjelaskan. "Patrick mengatakan bahwa dia ada urusan dengan kakaknya yang harus di selesaikan sore tadi. Jadi aku memintanya pulang lebih awal." Richard memulai ceritanya. "Saat aku hendak pulang, kita saling bertukar kabar melalui pesan singkat. Aku lupa meminta kunci mobil itu dari Patrick, jadi aku memilih untuk memakai mobil lain yang ada di kantor dan mampir ke toko coklat membelikanmu oleh-oleh, coklat kesukaanmu. Aku berharap coklat itu bisa mengalihkan perhatianmu dari kepanikan soal Brandon sementara aku mencari tahu keberadaannya. " Ujar Rich. "Saat aku tiba di rumah, mereka bilang kau pergi dengan Zoey dan Clement entah kemana. Dan itu membuatku panik. Aku pikir kalian lari ke suatu tempat untuk bersembunyi dari Brandon. Tapi saat aku mencoba menghubungimu, ponselmu tertinggal dirumah, ponsel Zoey dan Clement juga tak dapat di hubungi. " Richard mengusap lengan isterinya itu.     

"Tak lama petugas keamanan di kantor mengatakan bahwa seseorang mencuri mobilku dan membawanya kabur. Situasi menjadi sedikit rumit karena aku harus kembali ke kantor dan berurusan dengan kepolisian soal pencurian mobil, disusul berita tentang mobil itu yang mengalami kecelakaan parah."     

"Jadi pria itu bukan kau?"     

"Bukan, dia pencuri dan identitasnya belum diketahui."     

"Dan Brandon?" Alis Christabell berkerut. "Apa benar dia tertembak polisi?"     

Wajah Richard menjadi murung, kilat dimatanya meredup. "Iya." Angguknya lemah, dia menggulung isterinya itu lebih dalam kedalam pelukannya.     

"Maafkan aku sayang, aku membuat situasi kalian menjadi sulit. " Ujar Rich.     

"Tolong bawa aku pulang, aku ingin bertemu anak-anak." Bisik Christabell. Setelah memastikan semua keadaan aman, apalagi yang dia harapkan selain bisa bertemu dengan anak-anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.