THE RICHMAN

The Richman - The Jerk Comeback



The Richman - The Jerk Comeback

0Richard sedang sibuk dengan meeting paginya bersama dengan beberapa koleganya saat panggilan masuk dari nomor baru tak dikenal masuk ke ponselnya. Rich melirik sekilas dan mengabaikannya. Dua kali panggilan itu masuk dan Rich masih mengabaikannya. Baginya panggilan dari nomor yang sama sekali tidak dia kenal tidak akan diangkat kecuali orang tersebut meninggalkan pesan. Dan benar saja, si penelepon tak di kenal itu megirim pesan gambar. Richard melihat sekilas dan yang dia tangkap dari foto tersebut adalah Chrsitabell yang tengah keluar dari mobilnya sementara di sisi lain si kecil Adriannat tersenyum ke arahnya.     

Richard langsung menginterupsi meeting dan meminta waktu untuk kembali ke ruangannya. Foto ini jelas di ambil oleh seseorang dari jarak kurang lebih lima meter dari tempat isteri dan puterinya berada. Dan foto itu jelas sekali di kirimkan padanya sebagai sebuah bentuk ancaman untuk Richard. Dengan gelisah Richard menghubungi Christabell, tapi tampaknya ibu itu sibuk sekali pagi ini hingga lupa mengisi daya battery ponselnya hingga terlalu lemah dan sebelum sempat menerima panggilan dari suaminya ponselnya sudah mati.     

"Who's calling mom?" Tanya Adrianna ingin tahu, karena saat ponselnya mati, Christabell terlihat cukup gelisah.     

"Daddy sayang." Jawba Bell cepat.     

"Mama lupa membawa charger dan lupa mengisi daya batterynya tadi pagi." Sesal Bell.     

"Kita akan menghubungi daddy setelah sampai di rumah. Oh ya, kau ingin membeli sesuatu sebelum kita pulang?" Christabell tampaknya tak ambil pusing soal missed call barusan. Namun si sisi lain Richard cemas setengah mati, dia bergegas menghubungi penjaga di rumah dan mereka mengatakan bahwa Chrsitabell pergi sendiri dengan mobilnya untuk menjemput Adrianna dan sampai pada saat Richard menghubungi, Christabell dan Adrianna belum tiba di rumah.     

Tidak ada pilihan lagi selain menghubungi si pengirim foto dan menanyakan maksud orang tersebut mengirimkan foto isteri dan anaknya. Panggilan tersambung dan dalam beberapa kali nada tunggu seseorang menyahut di seberang.     

"Richard Anthony." Suara itu bertimbre berat, tampaknya seorang laki-laki.     

"Siapa anda?" Tanya Richard.     

Pria di seberang tertawa renyah. "Kau masih sama seperti dulu, selalu terburu-buru dan tidak sabaran." Ujar pria itu seolah sangat mengenal Richard.     

"Apa maksudmu mengirim foto itu padaku?" Richard tampak enggan berbasabasi dengan pria tak dikenal yang menghubunginya itu.     

"Hanya mengingatkanmu, bahwa itu isteri dan anakmu."     

Richard mendengus kesal, seseorang di luar sana sedang mencoba untuk mempermainkan dirinya. "Apa yang benar-benar kau harapkan dariku?" Tanyanya.     

"Easy Rich…" Timpal pria itu dengan begitu santainya. "Kau benar-benar ingin tahu siapa aku?" Tanya pria itu, dan Richard tampak enggan bicara pada orang yang tak dikenalnya. Rich langsung mengakhiri panggilan itu. Instingnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres, seseorang yang mungkin adalah musuhnya di masa lalu mungkin kembali untuk menuntut balas.     

Orang pertama yang harus dipastikan keberadaannya adalah adik tirinya, Brandon. Dia adalah musuh yang paling berbahaya bagi Richard, bagaimana tidak, Brandon mengalami kondisi kejiwaan yang labil, hingga sangat berbahaya sekali jika dia bisa berkeliaran diluar. Brandong mungkin saja membahayakan nyawa semua orang termasuk keluarga Rich, isteri dan anak-anaknya.     

Richard segera menghubungi rumahsakit tempat Brandon dirawat dan perawat disana mengatakan bahwa setahun terakhir Brandon sudah pulang kerumahnya karena kondisinya yang semakin membaik. Richard yg mendengar jawaban itu dari perawat langsung menjatuhkan tubuhnya di sandaran kursi.     

"So you come back?!" Desisnya dengan tatapan jauh menerawang.     

Sejurus kemudian Richard menghubungi Christabell kembali dan hasilnya masih nihil, Rich kemudian menghubungi penjaga di rumah untuk memperketat penjagaan, memaksimalkan semua kamera pengaman dan membatasi akses penguhni rumah untuk keluar dan masuk rumah.     

Baru saja hendak memutuskan sambungan teleponnya, mobil Christabell melintas masuk kedalam rumah dan sang penjaga menginformasikan itu pada Richard. Pria itu bisa sedikit bernafas lega, setidaknya isteri dan anaknya berada dalam keadaan yang baik-baik saja dan sudah berada di tempat yang tepat.     

Richard bisa kembali keruang meeting dengan lebih tenang untuk melanjutkan pekerjaannya. Hari ini menjadi penentuan karena perjanjian kerjasama yang baru akan ditandatangani dengan kolega dari jepang.     

***     

Menjelang pukul tujuh malam Richard menghubungi isterinya.     

"Halo sayang…" Christabell menyahut saat Richard menyapanya.     

"Apa ada masalah? Penjagaan dirumah diperketat dan kami dilarang keluar masuk rumah?" Tanya Bell.     

Richard menekan pangkal hidungnya, sela-sela diantara kedua alisnya. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan bahwa sibrengsek Brandon saat ini berkeliaran diluar dan mungkin bisa datang kerumah itu kapan saja.     

"Tidak, aku hanya melihat perkembangan berita baru-baru ini dan menjadi lebih waspada." Jawab Richard, jelas sekali dia berbohong dan Christabell bisa merasakan bahwa suaminya itu sedang membohongi dirinya.     

"Rich, kumohon katakana yang sebenarnya."     

Richard menghela nafas dalam. "Brandong keluar dari rumahsakit setahun lalu dan aku tidak menerima pemberitahuan. Siang tadi dia menerorku dengan mengirim fotomu dan Adrianna di sekolah, aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir sayang." Ujar Rich.     

Christabell mengigit bibirnya, tatapannya berubah menjadi tatapan kekhawatiran. "Aku akan membawa Ben dan Adrianna masuk ke dalam kamar." Bisiknya. Christabell tidak bisa mempercayai siapapun bahkan orang-orang di dalam rumah yang bekerja padanya. Hingga akhirnya Bell meminta Ben dari gendongan Zoey dan mengajak Adrianna masuk kedalam kamarnya.     

"Kami akan bermain di dalam kamar, kau bisa istirahat Zoey." Ujar Bell. Zoey tampak tesenyum dan paham. Setelah masuk bersama dengan Ben dalam dekapannya dan Adrianna digandeng olehnya, Christabell mengunci pintu kamarnya dan tetap berada di dalam kamar sampai suaminya kembali ke rumah.     

Christabell menghubungi Richard kembali melalui pesan singkat. "Rich, aku sudah membawa anak-anak bersamaku di dalam kamar dan mengunci semua pintu." Tulisnya.     

Richard menjawab singkat. " Aku dalam perjalanan pulang."     

***     

Brandon berada di dalam mobil sedan berwarna gelap dengan plat nomor palsu. Pria itu memegang revolver di tangannya sementara satu tangan lainnya memegang kendali. Bibirnya komat-kamit, dia tampak berbicara pada dirinya sendiri. Mobil itu berada tepat di sisi kiri jalan dekat dengan pintu keluar dari area gedung kantor Richard. Begitu dia melihat mobil mewah Rihard keluar dari gedung, mobil yang dikendarai Brandon langsung melesat mengikutinya. Bahkan Brandon tak memberi jarak terlalu jauh karena dia tidak ingin kehilangan jejak.     

Setelah jalanan agak sepi Brandon menginjak pedal gasnya semakin dalam hingga memperpendek jarak diantara mobilnya dan mobil mewah Rich. "Jika kau tidak mau melepaskan apa yang kau miliki dan memberikannya padaku maka aku akan membantumu melepaskan semuanya Richard Anthony." Senyum Brandon terangkat ke satu sisi wajahnya. Dia benar-benar terlihat mengerikan.     

"Mari kita buat ini menjadi mudah Richard." Brandon menekan pedal gas lebih dalam hingga mobil yang dikendarainya berada sejajar dengan mobil yang dikendarai Richard. Seketika Brandon menurunkan kaca mobilnya dan menembak keluar ke arah mobil Rich hingga mobil itu terpelanting keluar jalur dan terguling berkali-kali. Seluruh kacanya berhamburan keluar mengiringi debam keras saat mobil itu menghantam pembatas jalan.     

Mobil yang dikendarai oleh Brandon menyalip dengan mulus dan melesat cepat. Sementara itu didalam kendaraannya Brandon tertawa renyah bahkan dia berteriak-teriak senang untuk apa yang baru saja dia lihat.     

"Kau lihat Richard, setelah selama enam tahun kau mengurungku di dalam penjara yang disebut rumahsaki itu, kini semua penderitaanku terbayar lunas." Teriaknya.     

"Kau tidak lagi bisa mempertahankan apa-apa Richard, kau harus melepaskan semuanya. Semua yang kau miliki!" Teriak Brandon disusul dengan tawa yang mengerikan. Tampaknya kondisi kejiwaannya tidak pernah membaik.     

***     

Christabell memeluk Adrianna dengan erat sementara baby Ben berada di pangkuannya.     

"Mommy, is everything ok?"     

"Ya sayang." Angguk Christabell.     

"Tapi mommy terlihat cemas, dan mengapa kita duduk di ranjang seperti ini?" Mata bening Adrianna saat bertanya tentang hal itu membuat hati Christabell seperti disayat sembilu. Entah bagaimana caranya menjelaskan pada puterinya tentang bahaya yang mungkin datang dari paman tirinya, pria yang belum pernah dia temui.     

Adrianna beringsut. "Bolehkah aku bermain dengan Zoey diluar?" Rengeknya.     

"Tunggu sampai daddy pulang ya." Adrianna berusaha menenangkannya. Meski demikian hatinya sendiri tidak tenang. Jantungnya terus berdebar cepat, seolah sesuatu yang buruk sedang mengintai.     

Di ruas jalan tampak ambulance langsung datang dan mengevakuasi korban kecelakaan, Petugas kepolisian juga tampak lansung melakukan investigasi dan olah tempat kejadian perkara. Darah berhamburan di ruas jalan dan keadaan mobil yang rusak parah membuat orang-orang yang berkerumun menyaksikan kejadian itu tampak bergidik ngeri.     

Sementara didalam ambulance tampak seorang pria dengan wajah berlumuran darah yang sulit dikenali lagi karena begitu banyak darah yang menutupi wajahnya. Petugas segera melakukan berbagai pertolongan pertama yang bisa dilakukan. Sesampai dirumahsakit pria itu segera mendapatkan perawatan hingga ke tahap yang lebih serius, prosedur operasi untuk beberapa tulang di tubuhnya yang patah akbiat kerasnya mobil itu menghantam aspal jalan hingga membuatnya berguling berkali-kali.     

Satu setengah jam kemudian pintu kamar Chrisatbell diketuk, tampak Zoey berdiri di ambang pintu. Bell membaringkan Ben dan juga Adrianna di atas ranjang.     

"Ada apa Zoey?" Tanya Christabell cemas.     

"Seseorang dari rumahsakit menghubungi, mobil Mr. Anthony mengalami kecelakaan nyonya." Ujar Zoey. Seketika Christabell membeku, dia tidak bisa berpikir apa-apa saat mendengar berita itu.     

"Nyonya…" Zoey berusaha membuatnya menyahut, dengan mengguncangkan lengan Bell.     

"Hah…" Bell segera meraih ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi Richard, Tersambung namun tidak ada yang mengangkat panggilan telepon itu. Dengan lutut yang mendadak menjadi lemas, Christabell berjalan kembali ke arah ranjang disusul dengan Zoey. Gadis muda itu menggendong Adrianna sementara Bell membawa baby Ben dalam dekapannya.     

"Minta supir membawa kita kerumahsakit." Ujarnya.     

Untung saja ada Clement yang sigap dan segera membawa mereka ke rumahsakit untuk memastikan kondisi Ricahard. Sepanjang jalan Adrianna tampak kebingungan karena ibunya terus berurai airmata.     

"Mommy are you ok?" Tanyanya polos, Bell mengangguk dan memeluknya dengan erat. Sementara baby Ben tampak tertidur pulas di pangkuan Zoey.     

Christabell juga tidak bisa menghubungi Patric sang supir untuk menanyakan keadaan mereka berdua. Apakah mereka bedua mengalami luka parah? Apakah mereka berdua berhasil selamat dari kecelakaan itu? Begitu banyak tanda tanya yang berhamburan di benak Christabell menuntut untuk mendapatkan kejelasan. Namun di sisi lain, dia benar-benar tidak siap untuk apa yang mungkin dia lihat di sana nanti.     

Adrianna memeluk ibunya dan mengusap wajah ibunya itu, tatapannya yang samar karena cahaya di dalam kabin yang gelap, namun Bell bisa merasakan kegelisahan yang dialami oleh puterinya itu.     

"Apa kita akan kerumahsakit?" Tanya Adrianna, meskipun masih sangat kecil dan polos, sedikit banyak dia tahu dari apa yang dia dengar. Zoey dan ibunya tadi membahas soal kecelakaan dan rumahsakit.     

"Iya sayang." Jawab Christabell dengan suara bergetar.     

"Apa daddy baik-baik saja mommy?" Imbuhnya, membuat hati Bell semakin kecut.     

"Mommy berharap seperti itu sayang, daddy pasti akan baik-baik saja." Bell mencium kening puterinya itu. Christabell tidak bisa membayangkan apa jadinya jika Richard meninggalkan dirinya dendan dua anak, sementara hampir selama tujuh tahun mereka berumahtangga, Christabell tergantung pada Richard seratus persen. JIka Rich meninggalkannya secara mendadak, Christabell akan hancur seketika itu juga.     

"Richard, kumohon, jangan tinggalkan aku." Batin Christabell menjerit, berharap Rich dimanapun dia berada bisa mendengarnya.     

Perjalanan menuju rumahsakit semakin dramatis karena Christabell melewati tempat tergulingnya mobil mewah milik suaminya itu. Bahkan bangkai mobil masih tampak berad di tepi jalan dengan pecahan kaca yang masih berhamburan. Air mata Bell semakin membanjir, tangannya semakin dingin, dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana keadan pengendara dan juga penumpang mobil itu, mengingat kondisi mobil yang rusak parah.     

Adrianna memegangi tangan ibunya. "Mommy, I'm here with you."     

"Yes honey, I know. Thank you…" Bisik Christabell ditengah isakan.     

"Tetaplah hidup Richard, please." Bisik Christabell dalam hati. Setengah kesadarannya meyakini bahwa dengan kondisi kendaraan sedemikian parah, pengemudinya mungkin saja meninggal di tempat kejadian atau dalam perjalanan menuju rumahsakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.