THE RICHMAN

The Richman - Deep Talk



The Richman - Deep Talk

3Richard meninggalkan Adrianna bersama Zoey dirumah sementara dia menyusul Christabell untuk bergantian berjaga. Malam itu saat Rich masuk ke ruang perawatan isterinya, Bell sudah tampak tertidur. Zoey mengatakan bahwa kondisi Chrisatbell jauh lebih baik setelah mendapatkan penanganan dari tim medis.     

Rich memilih untuk duduk di sofa, menjaga jarak dari Christabell. Meskipun benih yang kini tumbuh dalam rahim isterinya itu adalah benihnya, tapi entah mengapa ada ketidaksiapan dalam diri Richard. Menerima bayi lainnya mengingatkannya pada kehadiran Brandon dalam hidupnya, yang sejujurnya tidak pernah dia ingingkan. Karena setelah kehadiran saudara tirinya, hidup Rich penuh dengan persaingan, kekerasan. Dan itu tampaknya meninggalkan trauma bagi Richard, hingga dia tidak ingin puteri semata wayangnya mengalami hal yang sama, meskipun yang akan lahir kelak adalah saudara atau saudari kandungnya.     

Christabell tampak bergerak di ranjangnya, dan menoleh ke sisi kirinya. Dia melihat Richard duduk di sofa dan tengah menatapnya.     

"Hi..." Sapa Bell lemah. Richard bangkit dan mendekatinya, dia duduk di ranjang tempat Bell berbaring.     

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Rich.     

Christabell berkaca, "Entahlah, aku merasa buruk." Jawabnya dengan suara bergetar. Rahang Rich mengeras sekilas.     

"Aku tidak siap dengan kehamilan ini Rich." Imbuhnya dengan air mata mulai berderai. "Apalagi setelah melihat reaksimu saat dokter mengatakan bahwa aku hamil."     

Richard membeku beberapa saat. "I'm sorry." Bisiknya lirih. Rich menyeka jejak-jejak air mata di wajah Christabell.     

"Aku harus bagaimana? Bayi dalam rahimku juga tidak bersalah atas keberadaannya, ini bukan salahnya."     

Richard meraih tangan isterinya itu dan mengecupnya berkali-kali. "Aku tidak bermaksud menolak bayi itu atau melukai perasaanmu sedikitpun sayang. Aku hanya..." Rich tak sanggup melanjutkan kalimatnya.     

Dia tampak menghela nafas berat sebelum memulai ceritanya. "Aku lahir sebagai anak tunggal sampai aku anak-anak. Aku merasakan banyak cinta dari kedua orang tuaku dan aku bisa memiliki apapun yang kuinginkan. Tapi semua itu berubah setelah saudara tiriku datang. Aku menjadi anak yang selalu mengalah, banyak waktu kami habiskan untuk baku hantam memperebutkan hampir segalahal, dan terakhir dirimu." Rahang Rich mengeras sekali lagi. "Aku tidak ingin Adrianna mengalaminya juga. Aku ingin memberikannya seluruh kasihsayang yang kumiliki dan tidak akan kubagi dengan siapapun." Tutupnya.     

Christabell menjadi paham bahwa dirinya dan suaminya adalah dua orang yang tumbuh dengan latar belakang yang sangat berbeda. Bahkan terlalu berbeda hingga bisa dikatakan bahwa mereka bagaikan bumi dan langit.     

Masa kecil Rich, dia kesulitan menerima hubungan dengan saudara tiri dan berbagi dengannya, hingga perkelahian selalu menjadi jalan terakhir. Sementara Christabell tumbuh dengan banyak saudara yang tidak satupun dari mereka lahir dari rahim yang sama dengannya. Tapi didalam panti, dalam segala keterbatasan yang ada, mereka diajarkan untuk selalu berbagi, itulah yang terjadi sehingga Bell terbiasa membagi segala yang dia miliki. Berbeda dengan Richard yang selama beberapa tahun pertama dalam kehidupannya dia memiliki hampir semua yang dia inginkan tanpa harus mempedulikan orang lain. Saat ada orang asing datang, Rich merasa kenyamanannya terusik. Tampaknya trauma itu yang membuatnya sulit berbagi apapun dengan orang lain, meski seiring dengan pertumbuhan usia Richard mulai bisa menyesuaikan diri. Tapi untuk hal-hal yang mengingatkannya akan trauma masa kecil itu, Rich masih kesulitan untuk menghadapinya.     

Christabell mengusap wajah suaminya itu. "Aku tahu ini berat bagimu. Tapi percayalah, aku tumbuh dengan lebih dari duapuluh anak lainnya dengan berbagai rentang usia dan kami tinggal dalam satu tempat sempit, dengan berbagai keterbatasan mulai dari pakaian hingga makanan. Tapi tidak ada pertengkaran disana karena ibu panti kami mengajarkan bagaimana caranya berbagi tanpa harus melukai satu sama lain Rich." Bell berusaha membesarkan hati suaminya itu.     

"Kita bisa mengajari Adrianna dari nol, siapa dan apa yang tengah bertumbuh di dalam rahimku." Ujar Bell, meski tampak berat dan belum bisa menerima begitu saja tapi Richard tampak tak ingin memperpanjang perdebatan ini. Christabell terlalu lemah untuk memikirkan banyak kerumitan dalam kondisinya saat ini.     

Richard berbaring perlahan dan memeluk isterinya itu. "Apakah Adrianna bisa menerima penjelasan itu nanti?" Tanya Rich lirih.     

"Dia anak yang cerdas, asalkan penjelasan itu bisa diterima olehnya dan masuk akal baginya dia pasti bisa menerimanya." Jawab Bell.     

Richard membenamkan ujung hidungnya di sudut leher isterinya. "Aku tidak ingin melihatmu mengalami banyak kesakitan lagi."     

Christabel mengusap lengan suaminya yang membelitnya. "Aku tahu, sebenarnya kau masih tidak bisa menerima keberadaan bayi ini bukan? Itu sebabnya kau mencari banyak alasan."     

Richard tersenyum. "Aku tidak suka berbagi." Jujurnya, dan itu membuat Christabell tersenyum lebar.     

"Aku tahu persis pria macam apa dirimu Richard Anthony." Jawab Christabell. "Tidak ada pria bodoh yang mengorbankan satu juta dollarnya, demi egonya yang tidak ingin berbagi dengan siapapun."     

Richard tersenyum, "Jika kau bertanya apa aku menyesal sekarang, maka aku akan berkata ya. Jumlah itu terlalu banyak." Seloroh Rich, dan itu membuat Christabell mencubit lengannya.     

"Awww..." Desis Richard.     

"Awas saja Richman, kau tidak akan mendapatkan hakmu mulai sekarang." Canda Christabell.     

"Bukankah setiap ada bayi didalam sana aku praktis akan kehilangan hakku?" Kesal Rich.     

Christabell tersenyum kecut. "Oh Rich malang...." Sekali lagi dia mengusap lengan suaminya itu. "Aku akan berkonsultasi dengan dokter untuk itu." Bell mencoba bernegosiasi.     

"Tidak perlu, karena aku sudah tahu jawabannya." Richard menjawab dengan kesal.     

Christabell menghela nafas dalam, masih terus mengusap-usap lengan suaminya itu. "Awalnya kau juga sulit menerima kehadiran Adrianna, karena bagimu dia adalah pengganggu kecil yang sulit di singkirkan. Dan pada akhirnya kau jatuh cinta padanya hingga tidak bisa jauh darinya barang seharipun. Kalaupun kau tidak begitu pandai mengekspresikan perasaanmu, tapi aku tahu kau menyayangi puterimu lebih dari apapun." Terang Christabell. "So come on, jangan memperalat Adrianna untuk membuatku lemah Rich."     

"Apa maksudmu?"     

"Jangan menjadikan traumamu menjadi trauma puterimu. Biarkan dia tumbuh menjadi pribadi yang penuh cinta, mudah menerima dan berbagi dengan orang lain."     

Richard mendongak menatap isterinya dengan tatapan tidak terima. "Tapi dia puteriku Mrs. Anthony, dia bisa memiliki semuanya tanpa harus berbagi dengan orang lain."     

Christabell mengecup bibir Rich sekilas. "Tapi dia puteriku juga. Dan aku ingin puteriku menjadi pribadi yang baik. Egois dan selfish bukan bagian dari sebuah kepribadian baik dan aku tidak ingin puteriku seperti itu."     

Richard tidak bisa berkutik, dia mengalah dan memilih untuk tertidur di sisi isterinya itu. Terkadang apa yang dikatakan orang tentang "pria yang tak pernah dewasa" itu benar adanya. Setua apapun pria, akan selalu ada sifat kanak-kanak yang melekat dalam diri mereka dan secara tidak sadar timbul, seperti yang terjadi pada Richard Anthony, si pria egois yang baik hati. Meski begitu, bagaikan pisau bermata dua, keegoisan Richard Anthony terkadang justru berbuah manis.     

Akan seperti apa jadinya jika pria yang tak suka berbagi ini harus berbagi perhatian isterinya dengan dua anaknya kelak? Apakah akan terjadi tragedi ayah adalah anak pertama (dan yang paling manja) kemudian Adrianna adalah anak kedua dan si new born adalah anak ketiga? Hingga semuanya membuat Christabell bukan merasa sebagai ibu dari dua anak tapi menadi ibu dari tiga anak sekaligus, karena sang suami menjelma menjadi kekanak-kanakan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.