THE RICHMAN

The Richman - Adriana\'s First Kiss



The Richman - Adriana\'s First Kiss

0Kala itu waktunya pulang sekolah hujan begitu lebat mengguyur. Adrianna menunggu ayahnya menjemput dan sudah lebih dari limabelas menit, Richard sang ayah belum juga tampak. Adrianna mulai gelisah, ditambah battery ponselnya tampaknya habis karena semalam terlalu asik berbalas pesan dengan Javier hingga melupakan mengisi daya batterynya. Sekolah mulai kosong, beberapa guru juga sudah tampak meninggalkan sekolah.     

Adrianna berlari kecil untuk menghindari hujan menuju ke halte terdekat dari sekolah untuk menunggu taksi. Tidak biasanya anggota keluarga Anthony terlambat menjemput putera-puteri mereka. Dari kejauhan tiba-tiba sebuah mobil melanju kencang dan berhenti tepat di depan Adrianna duduk. Adrianna tidak berharap bahwa itu ayahnya, karena jelas sekali mobil itu bukan salah satu dari deretan mobil milik keluarganya.     

Pintu mobil terbuka di sisi pengemudi dan Javier Walton turun dengan payung, dia berlari kecil memutari mobilnya dan menghampiri Adrianna, kemudian memayunginya untuk masuk ke dalam mobil.     

"Bukankah kau sudah pulang dari tadi?" Tanya Adrianna, dan Jav tidak menjawab. Hari ini terjadi ketegangan diantara keduanya. Javier mengatakan jika dia tidak suka saat Adrianna dekat dengan si remaja berkacamata bernama Thomas Sean. Meskipun Thomas terlihat sangat ingusan dan juga tidak menarik, tapi itu membuat Javier cemburu.     

"Aku tidak suka kau sering bersama dengan Thom." Ujar Jav saat mereka mengakhiri jam pelajaran matematika mereka.     

Alis Adrianna berkerut. "Kenapa? Thom anak yang baik." Jawab Adrianna lugu.     

Jav menyipitkan matanya ke arah Adrianna, dan berbisik penuh penekanan. "Lihatlah caranya menatapmu."     

"Bagaimana dengan caramu menatapku?" Adrianna setengah meotot ke arah Jav. "Kau lebih berbahaya dari Thomas Sean Jr, Mr. Walton." Adrianna meninggalkan kelas untuk mengikuti ekstrakurikuler sementara Jav memilih untuk pulang.     

Gejolak kawula muda memang seperti itu, sebagai remaja mereka memang masih belum bisa menguasai emosi mereka hingga terkadang terasa seperti saling menyakiti meskipun sejujurnya mereka tidak ingin saling menyakiti.     

Dan sekarang terlihat jelas bahwa Javier Walton begitu perhatian dan peduli pada Adrianna Anthony, hingga dia mengembalikan motor besarnya kerumah dan kembali ke sekolah untuk menjemput Adrianna. Terkhir kali dia menghubungi salah satu informanya di sekolah, teman yang sengaja dibayar untuk memata-matai Adrianna, dan dia mendapatkan informasi bahwa Adrianna belum di jemput oleh ayahnya dan masih di sekolah karena hujan. Mendengar berita itu dari sang informan, Jav segera tancap gas dengan mobil mewah milik kakaknya untuk menjemput Adrianna.     

"Bagaimana kau tahu aku masih di sekolah?" Adrianna memilih pertanyaan lain agar Jav mau membuka mulutnya, dan Jav tampak masih marah, dia tetap membisu.     

Adrianna mengerucutkan bibirnya sekilas, kemudian membuang muka menatap ke luar meski saat itu hujan sangat deras hingga dia tak bisa melihat pemandangan apapun dari dalam mobil.     

"Kau marah padaku karena Thom?" Adrianna bertanya lagi karena beberapa menit setelah mobil yang mereka tumpangi kembali melaju, belum ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Javier.     

Adrianna menghela nafas dalam. "Aku sudah hidup penuh dengan aturan di dalam rumahku, dan aku tidak ingin seperti itu saat aku berada di luar rumah." Ujar Adrianna lirih, mendadak Javier membanting stirnya hingga membuat mobil menepi dengan cepat. Dan saat mobil sudah diam, Jav menarik tuas rem tangan hingga membuat mobil diam tak bergerak meski mesinnya masih menyala. Adrianna sempat ketakutan hingga dia memeluk tasnya kuat-kuat.     

Jav menoleh padanya dan Adrianna tidak berani menatap langsung ke arah mata Jav, dari balik bulumatanya dia melihat wajah Jav semakin mendekat, Adrianna meringkuk, menyembunyikan wajahnya. Tapi tangan Javier menarik dagunya dan dengan cepat dia mencium bibir gadis itu. Adrianna membeku, matanya membulat lebar dan untuk beberapa detik dia menahan nafas hingga Javier melepaskan bibirnya.     

"Aku tidak suka melihatmu dengan pria lain." Ujar Jav. Another possessive man, meskipun tidak memiliki garis keturunan dari Richard Anthony, tapi Javier Anthony sangat mirip dengan pria itu. Baik Rich maupun Jav termasuk kategori pria posesive. Sementara di sudut lain di dalam kabin mobil, Adrianna masih tertunduk, dia masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi padanya. Javier melepas tuas rem dan menekan pedal gas kembali hingga mobil yang mereka tumpangi kembali melaju.     

Tak hanya soal sifat posesif, ternyata Javier juga gemar mencari informasi tentang orang yang sedang berusaha dia kenal. Bahkan tanpa bertanya dia sudah tahu dimana rumah Adrianna.     

"Tidak perlu mengantarku sampai ke rumah." Ujar Adrianna setelah dia bisa menguasai dirinya. Javier tidak menjawab, karena sudah barang tentu dia tetap akan mengantar Adrianna meskipun gadis itu memberontak dan memaksa turun. Meninggalkan gadis yang disukai di tengah jalan dalam keadaan hujan jelas bukan sifat gantleman sama sekali.     

Pada akhirnya Adrianna memberanikan diri untuk menoleh ke arah Javier. Setelah mempertimbangkan hingga seluruh tangannya dingin dan wajahnya berubah menjadi pucat, Adrianna berniat untuk membalas ciuman Jav dengan kecupan di pipi, tapi hal itu justru berubah menjadi ciuman bibir untuk kedua kalinya karena di saat yang bersamaan Javier menoleh ke arah wajah Adrianna yang dengan cepat menuju ke arahnya. Kedua bibir itu bertemu, tapi Adrianna langsung menarik diri. Javier menjadi kikuk dan wajah Adrianna berubah menjadi seperti kepiting rebus karena begitu malu. Si gadis jelas langsung menyembunyikan wajahnya dengan berpura-pura menatap ke luar jendela mobil, sementara Javier mengusap-usap lembut bibirnya dengan telunjuk saat satu sikunya tertumpu pada sisi body mobil, tepat di bawah kaca mobilnya. Satu tangannya memegang erat kendali kendaraannya.     

Hujan deras sore itu menjadi saksi ciuman pertama bagi Adrianna Anthony dan ciuman ke sekian ratus atau bahkan ribu bagi Javier Walton, si pria petualang.     

***     

Setibanya di depan rumah, Adrianna tak langsung turun dari mobil Jav.     

"Thanks." Ucapnya, sekilas saja dia menoleh ke arah Javier. Pasca ciuman tak sengaja itu, justru Adrianna menjadi sangat malu bahkan untuk menatap Jav.     

Javier meraih tangan Adrianna, "Jadi apa hubungan kita lebih dari teman, setelah yang tadi?" Tanyanya. Playboy tahu bagaimana cara menakhlukan hati gadis lugu seperit dirinya dalam hitungan hari, bahkan terkadang jam, atau bahkan menit.     

Adrianna menatap nanar ke arah Jav. "Aku tidak tahu." Jawabnya.     

"Aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman." Javier menyahut.     

"Ayahku tidak akan mengijinkannya." Tolak Adrianna.     

Javier menghala nafas dalam. "Jika begitu kita bisa berjalan di belakangnya."     

Adrianna menunduk. "Aku sudah berjanji pada ayahku, sampai usiaku tujubelas tahun aku tidak akan berpacaran." Ujarnya lirih.     

Javier melepaskan tangannya, dan Adrianna segera membuka pintu mobil kemudian keluar dari mobil, menutup pintu mobil Jav di belakangnya. Setelah itu dia berlari kecil ke rumah dan Javier segera memundurkan mobilnya, kemudian memutar untuk keluar dari pagar. Naas memang, di saat yang bersamaan mobil yang di tumpangi oleh Jav berpapasang dengan mobil Richard, yang baru saja masuk kedalam rumah.     

Richard yang terlambat setengah jam karena meeting terpaksa harus pulang dengan tangan kosong karena Adrianna sudah pulang diantar oleh temannya. Rich segera memarkirkan kendaraannya dan masuk kedalam rumah. Disambut oleh Christabell isterinya, Rich segera mengeringkan diri karena sempat basah-basahan mencari puterinya di sekolah.     

"Mengapa kau basah kuyup?" Tanya Christabell sambil menghanduki rambut suaminya yang basah.     

"Aku mencari Adrianna di sekolah dan dia sudah pulang dengan anak laki-laki itu." Ujar Richard kesal. Tapi Chrstabell bukan tipe orang yang bisa menjustifikasi setelah mendengar cerita hanya dari satu pihak.     

"Adrianna bilang kau terlambat menjemputnya dan ada temannya yang memberi tumpangan." Jawab Christabell. Beberapa menit sebelum Richard masuk ke dalam rumah, dia sempat berbicara singkat dengan puterinya itu.     

Richard akhirnya mengaku salah. "Aku ada meeting dengan Klien dari Asia, dan memakan waktu lebih dari yang ku bayangkan. Saat kucoba menghubungi Adrianna ponselnya mati." Jujurnya.     

"Kalau begitu, kesalahan ada padamu Rich. Jangan memperpanjang masalah ini dengan Adrianna." Christabell mengambil handuk yang baru dan menyerahkannya pada sang suami. "Pergilah mandi sekarang." Ujarnya. Rich tak tampak protes, dia bergegas masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya, sementara itu Christabell berjalan ke arah kamar puterinya.     

Tok Tok, Chrsitabell mengetuk pintu meskipun kamar puterinya terlihat setengah terbuka.     

"Apa aku boleh masuk?" Tanya Christabell dan Adrianna mengangguk. Dia yang sebelumnya tengkurap kini duduk memegangi guling, sementara Christabell dengan hati-hati duduk di tepi ranjang dan menatap puterinya. Bell mengawali pembicaraan dengan puterinya itu dengan senyuman.     

"Kenapa Mommy tersenyum?" Tanya Adrianna.     

Christabell meraih tangan puterinya itu, "Aku tahu kau sudah tumbuh dewasa, terkadang aku masih mengingatmu sebagai anak-anak." Bell membuka pembicaraan, tapi Adrianna tampak memasang kuda-kuda dan bersiap untuk menyembunyikan segala hal dari ibunya.     

"Siapa pria itu?" Tanya Christabell dengan hati-hati, Adrianna seperti kura-kura, jika didekati mendadak dia akan menyembunyikan dirinya di balik cangkang. Tapi jika secara perlahan-lahan, mungkin dia akan sedikit terbuka.     

"Daddy meminta mommy menginterogasiku?" Tanya Adrianna kesal.     

Chrstabell tersenyum, "Ini rahasia kita, aku janji tidak akan mengatakan apapun pada ayahmu."     

Adrianna menyipitkan matanya ke arah sang ibu. " Are you sure?"     

"Yes, I promises." Jawab Christabell.     

"Javier Walton." Adrianna akhirnya mempercayai sang ibu. "Daddy berkenalan dengannya pagi tadi." Imbuhnya.     

"Oh wow… dia cukup berani tampaknya." Puji Christabell dengan senyum mengembang penuh di wajahnya. "Tidak banyak yang berani menghadapi ayahmu sayang, good luck for Javier." Christabell menepuk-nepuk lembut tangan puterinya.     

"Mommy mendukungku?" Tanya Adrianna ragu.     

Mata Christabell melebar mendengarnya. "Apa maksudmu soal mendukungmu sayang?" Tanya Bell.     

Adrianna bergidik cepat. "Tidak, maksudku mommy akan membelaku jika daddy marah soal aku diantar Javier."     

Alis Christabell berkerut, dia menyipitkan matanya ke arah Adrianna, "Apa kau yakin tidak terjadi apapun diantara kau dan Javier tadi?"     

Adrianna menelan ludah, benar-benar insting seorang ibu tidak bisa dibohongi. "Tidak." Gelengnya cepat.     

"Ok." Christabell menyimpan tandatanya besar, tapi dia memberik waktu untuk puterinya menjernihkan pikirannya sampai berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Bell bukan tipe ibu yang selalu ingin tahu, dia adalah ibu yang memberi kebebasan tapi mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap jujur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.