THE RICHMAN

The Richman - New House



The Richman - New House

1Rumah baru, suasana baru. Setelah seminggu lalu menjadi hari yang berat karena harus mengepak barang-barang mereka dan membawa beberapa ke rumah yang baru, meskipun dibantu oleh jasa professional . Sisanya dihabiskan dengan berbelanja segala kebutuhan untuk mengisi penthouse mereka yang akan mereka tempati hari ini. Dan setelah semua kerepotan yang mereka alami akhirnya hari ini mereka semua benar-benar bisa menempati rumah baru.     

Tidak banyak yang langsung ikut ke rumah baru ini. Beberapa masih tinggal di rumah lama termasuk Zoey untuk memastikan pengepakan barang selesai dilakukan. Tidak semua barang lama dipindahkan ke tempat yang baru. Hanya sekitar duapuluh persen dari barang lama yang dibawa ketempat baru dan itupun rata-rata pakaian Richard, Chrisabell dan anak-anaknya. Sedangkan sisanya adalah furniture baru.     

"Jadi begini rasanya tinggal di rumah baru dan hanya ada kita berempat." Ujar Richard yang tengah sibuk menjaga anak-anak di ruangan dekat dengan dapur modern mereka, tempat dimana isterinya menyiapkan makanan.     

Christabell tersenyum lebar sembari menoleh ke arah Richard yang mulai kewalahan menjaga dua anak. "Apa masa kecilmu seperti itu Rich?" Tanya Christabell.     

"Aku tidak ingat betul, tapi saat aku masih sangat kecil kami tidak tinggal di rumah mewah. Rumah orang tuaku cukup sederhana, hanya ada ibu dan ayahku juga aku."     

"Apa kau serius?" Tanya Chrsitabell setelah mematikan kompor dan menuangkan makanan ke atas piring.     

Richard meninggalkan baby Ben dan membantu Adrianna untuk duduk di salah satu kursi di ruang makan. Meja makan mereka cukup kecil, hanya ada enam kursi dan salah satunya sudah di duduki Adrianna yang tampak sangat kelaparan.     

"Aku sangat lapar mommy." Ujarnya sambil memainkan sendok dan piring.     

Christabell menyeringai lebar sambil menghidangkan daging panggang dan sayuran yang di tumis pada puterinya itu. Sementara dia mengambil makanan khusus bayi yang disiapkan untuk baby Ben. Richard menggendong bayi keduanya dan membawanya duduk di meja makan.     

"Kita melupakan kursi makan Ben." Ujar Richard.     

Christabell mengambil alih untuk memangku baby Ben yang mulai gahar ingin makan sama seperti kakak dan ayahnya. Meskipun sangat kerepotan tapi moment itu begitu berkesan bagi Richard dan Christabell.     

Bahkan setelah makan Richard masih harus bermain bersama anak-anaknya hingga mereka jatuh tertidur karena kelelahan. Baby Ben yang berusia satu tahun juga mulai sangat aktif berlarian kesana kemari dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga kecil itu. Hidup tanpa orang-orang yang selama ini mensupport mereka dan membantu mereka dalam berbagai hal sehari-hari.     

Setelah Adrianna dan Ben tertidur di kamar yang hanya bersekat dinding kaca dengan ayah dan ibunya itu juga pintu yang bisa diakses langsung dari kamar orang tuanya, akhrinya Richard bisa beralih ke pekerjaannya. Meskipun ada ruang kerja lain, tapi Richard memilih untuk membawa laptopnya ke dalam kamar dan mengerjakan pekerjaannya di sofa yang terdapat di kamarnya.     

"Kau ingin dibuatkan kopi?" Tanya Christabell sembari duduk di dekat suaminya yang sibuk dengan laptop dan pekerjaannya.     

"Tidak sayang, tidurlah. Ini sudah larut dan kau terlihat sangat lelah." Richard menghentikan aktifitasnya dan mengusap lengan isterinya itu.     

"Aku akan menunggumu selesai bekerja." Ujar Christabell.     

"Berbaringlah di tempat tidur, aku akan segera menyusul."     

Benar saja, beberapa saat setelah Christabell mulai berbaring namun belum jatuh tertidur, Richard selesai dengan pekerjaannya dan langsung menyusul isterinya itu.     

"Kau belum tidur?" Ujar Rich seraya beringsut dan memeluk pinggang isterinya yang berbaring membelakanginya.     

"Belum." Geleng Chrsitabell.     

"Kau merindukan Zoey?" Seloroh Richard, dan itu membuat Christabell tersenyum lebar. "Aku baru menyadari betapa berjasanya Zoey." Jawab Bell dengan seringai lebar.     

"Ya, aku juga merasa seperti itu. Ternyata bermain bersama anak-anak sepanjang hari lebih sulit dari pada menghasilkan jutaan dolaar dalam seminggu." Ujar Rich.     

Christabell tertawa kecil."Haruskah kita menaikkan gaji Zoey?" Tanya Bell.     

"Akan ku setujui langsung." Richard mengecup pundak isterinya itu.     

"Tapi menghabiskan waktu bersama seperti ini lebih menyenangkan dibandingkan melibatkan terlalu banyak orang di dalam rumah." Ujar Richard kemudian.     

"Aku setuju, aku jadi punya pekerjaan. Aku bisa menyiapkan makanan untukmu dan anak-anak, selain itu aku juga merasa menjadi ibu rumahtangga yang seutuhnya." Ujar Christabell.     

Richard terdiam beberapa saat. "Sayang, kau yakin tak ingin memiliki bisnismu sendiri?" Tanyanya.     

"Kau tahu kan Rich, aku tidak memiliki background pendidikan yang tinggi. Aku takut tidak bisa menjalankan bisnis."     

Richard memeluk isterinya lebih erat, dia bahkan membenamkan hidungnya di leher belakang sang isteri. "Aku tidak ingin kau merasa jenuh dengan semua keadaan ini. Berada di rumah sepanjang hari bersama anak-anak. Mungkin kau ingin seperti banyak perempuan lain diluar sana yang bekerja atau berbisnis. "     

Christabell membalik posisinya hingga bisa bersitatap dengan suaminya itu. "Aku sangat ingin memiliki anak-anak sejak dulu agar aku bisa menjaga dan merawat mereka dengan tanganku sendiri. Aku tidak ingin menjadi ibu yang meninggalkan anak-anakku Rich." Ujarnya.     

"Aku mengerti sayang."     

Christabell mengecup bibir suaminya itu sekilas. "Apa keuanganmu sangat kacau hingga kau meminta isterimu ikut bekerja untuk menghasilkan uang?" Goda Bell dan Richard menggeleng.     

"Meskipun aku jatuh bangkrut, aku tidak akan membiarkanmu menderita karena itu sayang." Ujar Richard.     

"Kalau begitu jangan sampai jatuh bangkrut. Aku tidak bisa lagi hidup menderita setelah beberapa tahun hidup dalam kemewahan bersamamu." Goda Christabell sekali lagi.     

Richard menghela nafas dalam. "Aku memberikanmu semuanya dan kau bahkan tidak bisa menghamburkan uangku. Isteri yang payah."     

Christabell tertawa geli, pembicaraan tidak berbobot yang dilakukan dengan suaminya semacam ini benar-benar membuatnya bahagia.     

"Apa yang harus kita lakukan sepuluh tahun mendatang, saat anak-anak tumbuh dewasa?" Tanya Richard pada isterinya.     

"Mungkin memiliki anak lagi." Jawab Bell spontan.     

Richard mengkerutkan alisnya dalam, "Aku cukup dengan Adrianna dan Ben. Tidak lagi soal tangisan bayi dan popok."     

"Adrianna akan berusia enam belas tahun dan dia akan memulai petualangannya sendiri, sedangkan Ben mungkin akan sibuk dengan dunia olahraga yang disukainya."     

"Kau berharap puteramu menjadi atlet olahraga?"     

"Tidak." Geleng Bell.     

"Pebisnis?" Richard memberikan opsi lainnya.     

"Apapun yang penting dia bahagia dengan pilihannya itu Rich."     

"Ibu yang bijak, lalu bagaimana dengan puterimu?" Richard menawarkan masalah lain pada Christabell. "Em…" Bell mengigit bibirnya.     

"Dia akan bertemu dengan banyak pria yang rela mati untuknya, apa yang akan kau lakukan dengan semua itu?" Tanya Richard.     

Bell tersenyum. "Itu baru akan terjadi sepuluh atau limabelast tahun dari sekarang Rich, jadi untuk apa kau memusingkan semuanya?"     

"Aku senang kita berandai-andai." Jawab Richard.     

"Mungkin aku akan memilih satu pria untuknya."     

Richard menggeleng. "Terdengar seperti ibu yang kolot. " Ledeknya.     

"Kau sendiri sebagai ayahnya, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Christabell.     

"Aku akan bertanya pada mereka, siapa yang rela memberikan satu juta dollar untuk memiliki puteriku." Canda Richard.     

"Kau berencana menjual puterimu sendiri?" Christabell mencubit ujung hidung suaminya itu dan mereka tertawa.     

"Entahlah, terkadang aku merasa tidak siap mengadapi anak-anak yang tumbuh begitu cepat." Ujar Richard.     

"Aku juga." Christabell setuju. "Jika mereka dewasa, mereka akan memiliki kehidupan sendiri dan memilih untuk meninggalkan kita."     

Richard menghela nafas dalam. "Semua orang tua mungkin mencemaskan hal yang sama sayang."     

"Ya." Angguk Christabell.     

"Dan sebaiknya kita tidur, karena anak-anak akan terbangun beberapa jam lagi." Richard tampak mulai sangat mengantuk dan mereka setuju untuk segera tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.