THE RICHMAN

The Richman - Shopping



The Richman - Shopping

3Pernikahan Paul Stell dan Eleonora Anthony akhirnya dilangsungkan, usia tua tidak menghalangi niat mereka untuk saling memiliki. Meskipun tidak dilakukan dengan pesta dan juga undangan, tapi Richard dan Christabell hadir di moment penting kedua orangtuanya itu. Bahkan setelah melangsungkan pernikahan, Paul Stell langsung memboyong Eleonora pulang ke rumahnya. Rumah yang sebenarnya sudah berpuluh-puluh tahun dia sewakan. Saat membeli rumah itu, Paul berharap bisa menempatinya dengan isteri dan anak-anaknya, kala itu Paul begitu jatuh hati pada Layla Stone. Namun kini Eleonora lah yang beruntung bisa menempati rumah itu bersama Paul.     

Melepas mereka berdua, air mata Christabell bercucuran. Meskipun Eleonora bukanlah ibu kandungnya juga bukan ibu kandung dari suaminya, tapi dia menikah dengan ayah biologisnya dan yang semula ibu mertua kini menjadi ibu tirinya. Sebuah silsilah yang rumit, tapi toh keluarga tak melulu soal hubungan darah.     

"Kami akan berkunjung." Ujar Christabell.     

"Tentu sayang, datanglah sesering mungkin dan bawa cucu-cucu kami." Jawab Eleonora. Perpisahan memang selalu menyisakan air mata, bahkan saat Richard dan Christabell berada di dalam mobil, sesekali air mata Bell masih menetes. Richard meraih tangannya dan menggengamnya.     

"Mereka bahagia dengan apa yang mereka lakukan sayang, jangan menangisi itu." Ujar Richard, sementara Bell berusaha tersenyum. Kebersamaan dengan orang tua begitu berarti baginya, dan sekarang harus berpisah lagi. Pertemuannya dengan sang ibu dan harus berpisah karena kematian, sekarang dia juga harus berpisah dengan ayahnya meski bukan karena kematian, tapi perpisahan selalu tidak mudah dilewati oleh Christabell.     

Richard memutar mobilnya dan memilih jalanan yang sangat jarang mereka lalui. "Kemana kita akan pergi?"     

Richard tersenyum lebar. "Berbelanja."     

"What?" Alis Christabell mengkerut dalam.     

"Kita sangat jarang melakukan ini bukan?" Tanya Rich.     

Christabell masih tidak paham tentang ide gila suaminya itu. Selama ini semua urusan rumah sudah di handle oleh orang-orang yang bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing, dan untuk urusan pakaian mereka terkadang mengunjungi butik tertentu untuk berbelanja. Dan sekarang Richard ingin mengajaknya berbelanja?     

"Apa yang ingin kau beli Rich?" Tanya Christabell.     

"Kita lihat saja nanti." Richard masih menyimpan ini semua sebagai sebuah teka-teki. Christabell sama sekali tidak memahami apa yang ada di dalam benak suaminya itu.     

"Bagaimana jika kita pindah ke apartment?" Tanya Richard mendadak.     

Christabell mengkerutkan alisnya semakin dalam. "Apartment?"     

"Ya." Angguk Richard. "Rumah itu terlalu luas untuk kita tempati, terlalu banyak orang." Jawab Richard.     

"Jadi kau ingin kita pindah ke apartment yang lebih kecil?"     

"Ya." Angguknya.     

Sesuatu yang buruk sempat terlintas di benak Chrisatbell. "Apa ada masalah sayang?" Tanya Christabell pada suaminya itu.     

"Tidak." Geleng Richard.     

"Kau kehabisan uang? Atau terlilit hutang? Usahamu bangkrut Rich?" Chrisatbell mendadak menjadi panic, dia memutar wajahnya menatap suaminya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi, Richard Anthony jatuh bangkrut. Bukannya menjawab Richard justru tertawa terbahak.     

"Jadi kau berpikir suamimu ini bangkrut?"     

"Richard, aku serius soal ini." Christabell terlihat kesal sekarang, sementara Richard masih tersenyum untuk dirinya sendiri.     

"Baiklah, kita lihat saja apakah suamimu ini bangkrut hingga harus menjual rumah dan mengajak anak dan isterinya pindah ke apartment." Ujar Rich sambil menekan pedal gas semakin dalam dan membuat mobil mewahnya melesat semakin cepat.     

Perjalanan mereka berhenti di sebuah parking area apartment mewah di kota itu, 432 Park Avenue. Sesampai di tempat itu, Richard sudah di tunggu oleh seorang pria berkaca mata.     

"Mr. Anthony." Sapa sang pria berkacamata itu dengan ramah Sambil mengulurkan tangannya.     

Richard juga membalas sapaan pria itu dengan sama ramahnya, dan membalas menjabat tangannya. "Mr. Brook."     

Sang pria berkaca mata mengalihkan pandangan ke arah Christabell, "Ini isteriku Christabell."     

"Senang bertemu dengan anda Mrs. Anthony." Sang pria berkaca mata     

"Panggil saja Christabell." Bel membalas jabat tangan itu dengan sopan.     

Mereka segera menuju lift dan berhenti, di sebuah unit, tampak seperti penthouse. Unit itu kosong tanpa furniture dan sangat luas. Memiliki enam kamar tidur dan tujuh kamar mandi lengkap dengan walking closet.     

Richard mengajak Chrsitabell berkeliling menikmati pemandangan di masing-masing ruangan. Terlihat jelas pemandangan kota New York dari ketinggian apartment tempat mereka berada sekarang. Dinding kacanya menampakkan pemandangan yang sungguh menakjubkan, ditambah langit senja yang begitu indah.     

"Ini indah sekali Rich." Ujar Christabell.     

"Ya." Angguk Richard. Setelah puas berkeliling Richard dan Christabell menghampiri si pria berkacamata dan sang pria menyodorkan sebuah berkas dalam map untuk ditandatangani. Setelah itu mereka berjabat tangan, dan si pria berkacamata meninggalkan Richard dan Chrsitabell setelah mereka berada di dekat mobil mereka yang terparkir di area parkir eksklusif. Karena hanya ada mobil mereka saja meskipun banyak tempat parkir kosong.     

"Ok, mari kita pulang." Ujar Richard pada isterinya itu.     

Christabell yang sedari tadi menahan diri untuk tidak bertanya akhirnya menumpahkan pertanyaan besar yang sejak beberapa menit lalu bersarang di kepalanya. "Jadi apa ini maksudmu berbelanja?" Tanya Christabell pada suaminya itu.     

Richard tersenyum sekilas dang mengangguk sebelum menyalakan mesin mobil dan memutar keluar mobilnya hingga kembali melanju di jalan raya.     

"Kau baru saja membeli apartment mewah itu Rich?" Mata Christabell membulat menatap suaminya.     

Richard mengangkat bahunya, "Hanya itu satu-satunya cara untuk meyakinkan isteriku bahwa suaminya tidak bangkrut."     

"Crazy Richie."Christabell menggeleng tak percaya. Entah sudah berapa puluh asset tak bergerak yang dibeli suaminya dengan alasan investasi.     

"Kita akan pindah ke sana minggu depan." Ujar Richard.     

Mata Christabell kembali membulat mendengar hal itu. "Secepat itu?"     

"Tunggu apa lagi sayang, kita butuh tempat tinggal yang baru."     

"Tapi rumah yang kita tinggali baik-baik saja."     

Richard mengkerutkan bibirnya. "Rumah itu sudah cukup tua sayang, perlu renovasi. Jadi aku sudah mengatur semuanya agar kita bisa pindah minggu depan dan membiarkan rumah tua itu direnovasi."     

"Ok." Christabell tidak pernah bisa membantah apa yang menjadi keputusan Richard apalagi soal tempat tinggal. Sebagai kepala keluarga Richard tahu betul apa yang terbaik bagi isteri dan anak-anaknya. Dia pria yang bertanggung jawab dan memegang penuh komitmen untuk menjadi ayah dan suami yang baik bagi anak-anak dan juga isterinya. Berhubung hari ini Richard dan Christabell menyewa jasa professional untuk mengawasi anak-anaknya di rumah selain Zoey dan Miranda, jadi Rich punya banyak waktu yang bisa dia habiskan bersama dengan isterinya itu.     

"Kita punya banyak waktu untuk dihabiskan malam ini." Ujar Richard.     

"Apa maksudmu? Kita meninggalkan anak-anak di rumah." Christabell tampaknya tak begitu setuju dengan pernyataan sang suami.     

"Mereka di tangan orang-orang yang tepat sayang." Richard meyakinkan isterinya itu. "Apa yang ingin kau lakukan sekarang?" Tanya Richard.     

"Terakhir kali kita bercinta di mobil aku merasakan ada masalah dengan pinggangku, jadi aku tidak ingin mengulanginya. "Jujur Christabell, dan itu membuat Richard menyeringai lebar. "Kau tidak mengatakan itu padaku." Ujarnya.     

"Aku malu." Christabell mengigit bibirnya.     

Richard meraih tangan isterinya itu dan menciumnya. "Aku bersyukur memilikimu sayang." Ucapnya. "Terimakasih sudah tetap berdiri di sisiku."     

"Entah apa jadinya aku tanpamu Rich." Jawab Christabell.     

Richard dan Christabell memang pasangan yang saling membutuhkan hingga jika salah satu harus kehilangan yang lain, mereka mungkin tidak akan bertahan hidup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.