THE RICHMAN

The Richman - 4 Years Later



The Richman - 4 Years Later

3Empat Tahun Kemudian     

Enam bulan setela perpisahan Adrianna dan Javier di bandara, asalnya komunikasi diantara mereka berjalan dengan lancar, namun di bulan-bulan terakhir komunikasi mereka sedikit demi sedikit menurun intensitasnya dan akhirnya benar-benar hilang. Berbeda dengan perpisahan di bandara, rasa kehilangan yang kali ini tidak begitu terasa bagi Adrianna karena dia sudah sangat sibuk dengan perkuliahannya. Beberapa temannya juga membuat harinya begitu berwarna.     

Dan sekarang empat tahun berlalu begitu saja, tanpa terasa hari ini Adrianna menghadiri wisudanya. Dia menjadi perwakilan dari angkatannya untuk memberikan pidato perpisahan karena seperti biasanya dia begitu mencolok diantara teman-temannya. Richard dan Christabell hadir diacara wisuda puterinya itu. Tak hanya Adrianna, Ben pun berubah setelah empat tahun. Dia tumbuh menjadi remaja SMA yang bertubuh atletis karena hobi olahraganya semakin menggila saat dia memasuki bangku SMA. Dia tak lagi gemar memainkan game online, namun hoby lainnya ternyata tetap sama, yang terkait dengan piranti computer. Richard mendukungnya, bahkan Ben bersama lima temannya merintis perusahaan startup kecil-kecilan. Mereka tengah mengembangkan produk-produk digital yang bisa diakses disabilitas, hal ini sejalan dengan yayasan yang didirikan oleh ibunya. Mereka merintis produk digital sensor benda yang bisa digunakan oleh penyandang disabilitas terutama tunanetra untuk bsia mengenali benda-benda di sekitarnya hanya dengan mengarahkan alat tersebut.     

"Congratulation Dear." Chrisatbell memberikan pelukan hangat dan ciuman di pipi pada Adrianna begitu mereka bisa bertemu di luar hall acara wisuda, diantara ratusan orang tua dan para lulusan yang menikmati pesta kelulusan. Richard juga memberikan pelukan dan ucapan selamat disusul dengan Ben.     

"Selamat datang penderitaan." Goda Ben pada sang kakak, bagaimana tidak, Rich tidak akan lagi membebaskan Adrianna, kali ini dia benar-benar akan membuat puterinya itu langsung terjun ke perusahaan.     

"Kita akan makan siang bersama." Ujar Richard, dia sudah menyiapkan pesta perayaan kelulusan untuk puterinya itu.     

"Wow, ini kejutan." Christabell juga tampak terkejut. Benar saja, rupanya semua pesta itu dirancang sendiri oleh Richard tanpa melibatkan isterinya itu. Richard mengendarai SUV mewah miliknya sendiri dan membawa keluarganya ke salah satu restoran terbaik di pusat kota. Setibanya di sana mereka bertemu dengan seorang manager restoran yang langsung mengarahkan mereka ke meja yang sudah dipesan oleh Richard. Tak berapa lama setelah mereka duduk, seorang pria muda datang menghampiri mereka.     

Pria itu tampak melipis mengenakan blazer rapi.     

"Mr. Anthony." Sapanya ramah pada Richard, dan Rich segera menyambutnya dengan menjabat tangan dan memeluknya erat.     

"Wow, kau tumbuh begitu tampan nak." Richard jarang sekali memuji, tapi kali ini dia memuji si pria misterius itu. Adrianna dan Christabell saling tatap, Christabell juga tak tahu siapa pria muda itu.     

"Ini isteriku Christabell, puteriku yang baru saja lulus Adrianna, dan puteraku Ben."     

"Oh ya." Pria muda itu mengulurkan tangan dengan senyum ramah pada Christabell, Adrianna dan Ben secara bergantian. Dia meperkenalkan dirinya sebagai Channing Bloom. Sesuai dengan arti namanya, Channing, dia benar-benar tampan, terlihat berwibawa dan soal kebijaksanaan masih perlu di uji lebih lanjut.     

"Begabunglah dengan kami jika kau ada waktu." Richard menawarkan pria itu untuk ikut bergabung makan siang keluarga, berarti Aldric Bloom bukanlah orang sembarangan. Bahkan jika dibandingkan dengan Javier Walton, perlakuan Rich jauh lebih hangat pada Aldric.     

"Tentu, ini sebuah kehormatan." Jawab Richard memberikan ruang pada pria muda misterius itu tepat di sebelah Adrianna.     

"Oh ya, puteriku baru saja wisuda hari ini." Richard dengan sangat bangga mengatakan hal itu.     

"Oh selama atas wisudamu." Aldric mengulurkan tangan sekali lagi dan disambut oleh Adrianna meskipun setengah hati.     

Richard tersenyum menyaksikan semua itu, seolah kemenangan sempurna sudah ditangannya. "Aku kemarin menghubungi ayahmu." Richard mulai berbicara lagi setelah mereka mulai makan. "Aku berencana menitipkan Adrianna untuk magang di perusahaan kalian." Ujar Richard, mata Adrianna membulat menatap ayahnya itu, kemudian beralih ke arah pria bernama Adric karena dia menyambut kalimat Richard dengan senyum lebar.     

"Ya, kami sudah membicarakannya. Di perusahaan yang kutangani saat ini sedang ada posisi kosong, asisten direktur. Mungkin Mss. Adrianna Anthony bisa belajar banyak di sana sebelum memegang posisi direktur di perusahaan ayahnya." Ujarnya tampak sangat setuju.     

Richard tertawa lepas, disambut dengan senyum Christabell yang ragu-ragu karena ekspresi Adrianna benar-benar seperti baru saja menelan sebatang sendok utuh dan tersangkut di tenggorokannya. "Itu akan sangat baik untuk Adrianna, dia memang sangat cerdas secara akademis tapi dia perlu pengalaman. Dan aku percaya kau bisa memberikan banyak pengalaman untuk puteriku."     

"Sebuah kehormatan bisa bekerjasama dengan puteri anda, Sir." Aldric tersenyum lebar sekali lagi.     

Adrianna hanya bisa menelan bulat-bulat kekecewaannya. Makan siang ini memang sengaja di rencanakan oleh ayahnya dan Aldric Bloom adalah bagian dari rencananya. Dan kian sempurna karena tidak ada satupun yang bisa menerka hal itu. Richard Anthony, semakin tua dia juga berubah menjadi semakin misterius. Rancangan-rancangannya terkadang benar-benar diluar dugaan. Isteri dan anak-anankya terkadang juga kebingungan dengan apa yang terkadang ada di kepalanya. Bahkan soal Richard yang menjadi pemodal utama di bisnis start up yang dibangun oleh Ben di usianya yang ke 16 tahun sebagai kado ulang tahun juga begitu mengejutkan bagi Bell, Adrianna dan Ben sendiri.     

Dan kini dia memiliki rencana untuk membiarkan puterinya magang di perusahaan rekannya bukannya langsung memberikan kursi kedudukan di perusahaan yang dimiliki ayahnya sendiri. Apa yang sebenarnya sedang diagendakan oleh Richard Anthony, apakah ada agenda perjodohan dibalik semua ini? Perjodohan antara Adrianna Anthony dan Aldric Blom?     

"Jika tidak keberatan aku bisa mengajak puteri anda untuk melihat-lihat kantor, kebetulan hari ini masih ada satu janji temu dengan salah satu kolega perusahaan, jika anda mengijinkan, mungkin Mss. Adrianna bisa memulai magangnya hari ini."     

"Bagaimana sayang?" Tanya Richard paga Bell, jelas saja Christabell tidak berani membantah apa yang menjadi kehendak suaminya.     

"Jika Adrianna tidak keberatan ini akan jadi kesempatan yang baik untuk belajar." Jawaban diplomatis juga diungkapkan Christabell.     

"Bagaimana pendapatmu sayang?" Tanya Rich.     

Adrianna tidak bisa menolak juga, "Ok." Angguknya malu-malu. Dia benar-benar baru saja tersihir ketampanan Adric rupanya, karena jawaban OK itu keluar tanpa adanya perdebatan dan usaha untuk membantah sedikitpun dari Adrianna. Dia menjawab dibawah tatapan Aldric lengkap dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.     

"Good." Adric menyambutnya dengan senang hati.     

***     

Makan siang itu berakhir dan kini Adrianna harus berpisah dengan orangtua dan adiknya karena dia ikut dengan mobil Aldric untuk mengunjungi tempat bekerja pria tampan itu.     

"Aku sudah lama mendengar tentangmu." Ujar Aldric begitu mobil yang dikendarainya melaju di jalanan. Adrianna bergeming, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, tapi satu hal yang pasti adalah dia harus mencari tahu apakah semua yang terjadi hari ini adalah bagian dari rencana besar ayahnya untuknya.     

"Apa yang kau dengar tentangku?" Tanya Adrianna kemudian.     

Adric menoleh sekilas padanya, "Ayahmu sering membicarakanmu saat dia bertemu dengan ayahku."     

Adrianna menyipitkan mata ke arah Aldric, "Apa kau sengaja datang unutk makan siang karena undangan ayahku?" Tanyanya penuh selidik, Aldric tersenyum dibuatnya. "Em… Tidak sepenuhnya seperti itu." Jawabnya. Adrianna melipat tangannya di dada, tanda bahwa dia tidak percaya pada jawaban Aldric.     

"Jadi kau menuduhku berkomplot merencanakan semua ini bersama ayahmu?" Tanya Adric.     

"Ya." Tukas Adrianna tegas.     

Aldric mengerucutkan bibirnya sekilas. "Dalam hubungan bisnis terkadang ada ikatan yang harus dibuat lebih kuat agar urusan bisnis bisa lancar, mungkin kita sedang menjadi bagian dari ikatan yang coba di bangun oleh ayahku dan ayahmu." Ungkapnya, dia terdengar begitu bijaksana dalam mengungkapkannya. Dia bukan pria yang menggebu-gebu dan emosional, seolah semua kata-katanya dan tindak-tanduknya mencerminkan kemapanan dan kedewasaan.     

Adrianna menautkan alisnya, dia menatap ke arah Aldric, "Dan kau setuju dengan perjodohan itu?" Tanya Adrianna bingung.     

Aldric tersenyum sekilas, "Awalnya aku keberatan, tapi setelah melihatmu kurasa itu sebuah keuntungan." Selorohnya dan entah mengapa reflek Adrianna menepuk lengan Aldirc.     

"Kita harus berkerjasama untuk menghentikan rencana perjodohan konyol ini." Ujar Adrianna dengan wajah serius. Bukannya menjawab, Aldric justru balik bertanya, "Mengapa? Kau sudah menjalin hubungan dengan orang lain?" Tanyanya.     

Selintas nama Javier Walton masih samar terdengar dalam hatinya, seolah ada yang berbisik di dalam sana. "Ya." Jawab Adrianna singkat.     

Aldric menarik bibirnya dalam sebuah garis, "Aku bukan pria yang tidak punya etika. Aku tidak akan mendekati gadis yang sudah menjalin hubungan dengan seorang pria lainnya."     

"Bagus." Angguk Adrianna setuju. Mendadak percakapan diantara mereka menjadi dingin, meski semula semuanya terasa begitu mudah mengalir dan hangat.     

"Aku akan memperlakukanmu secara professional saat kau magang di kantor."     

"Ok." Jawab Adrianna singkat.     

Aldric memutar mobilnya menuju salah satu gedung pencakar langit yang berada di pusat kota, tempat dirinya berkantor, sementara Adrianna mengekor tanpa banyak bertanya. Aldric masuk kedalam ruangan besar dengan design minimalis miliknya dan mendadak wibawanya bertambah ribuan kali lipat saat dia mulai duduk dibalik mejanya.     

"Duduklah sebentar, aku akan memperkenalkanmu pad Tim." Ujar Aldric, dan Adrianna memilih untuk duduk di sofa ruangan kerja Aldric. Pria itu menghubungi sekretarisnya untuk mempersiapkan meeting jajaran top management.     

"Kita ke ruang meeting." Ujarnya sambil mengulurkan tangan pada Adrianna, gadis itu menelan ludah menatapnya, jantungnya berdebar kencang seolah Aldric memintanya berdansa.     

"Adrianna." Aldric menyebut nama Adrianna dan membuat lamunan gadis itu buyar, "Ya." Jawabnya cepat.     

"Kita keruang meeting." Aldric sudah menarik tangannya dan menyakukannya di saku celana. Setelah itu mereka berjalan keluar dari ruangan dengan cepat. Adrianna berusaha mengimbangi langkah panjang Aldric yang berbelok menuju sebuah ruangan rapat yang sudah dihadiri oleh beberapa orang.     

Aldric mengambil posisi di ujung meja sementara Adrianna duduk di dekatnya.     

"Perkenalkan Mss. Adrianna Anthony, puteri dari Richard Anthony salah satu kolega terbesar dari induk perusahaan kita. Dia akan magang di sini untuk beberapa waktu. Aku berharap kalian bisa bekerjasama dengan baik dengannya." Ujar Aldric singkat, padat dan sangat jelas. Adrianna bangkit berdiri dan menunduk sekilas, dia menghias wajahnya dengan senyum lebar saat sekitar tujuh atau delapan orang di ruangan itu menatapnya.     

"Kita akan lanjutkan agenda meeting hari ini." Richard memulai acara utama rapat hari ini selain memperkenalkan Adrianna di awal rapat. Dan semua tampak memperhatikan, kali ini pesona dan wibawa Aldric seribu kali lipat bertambah setelah dia memimpin rapat dan mengutarakan berbagai ide strategis setelelah mendapatkan umpan-umpan dari beberapa orang di top management dibawah naungannya.     

Setelah rapat selesai Aldric kembali ke ruangannya. "Aku belum menyiapkan ruangan untukmu." Ujarnya karena Adrianna masih berada di dalam ruangan Aldric.     

"It's ok." Jawab Adrianna singkat.     

"Sebenarnya posisi direktur keuangan tidak kosong, dan ayahku membuatnya sengaja akan dikosongkan untukmu. Tapi aku masih mengajukan pertimbangan karena posisi itu terlalu riskan jika diganti begitu mendadak." Ujar Aldric. "Bukan maksudku mendiskreditkan kemampuanmu." Ujarnya sopan, meski penjelasan itu terkesan menyedihkan tapi Adrianna menerimanya sebagai sebuah kebijakan yang bisa dipertanggungjawabkan. Seorang direktur utama, CEO dari salah satu perusahaan besar yang sahamnya sudah di perdagangkan di Wall Street tidak bisa sembarangan mengganti posisi direktur keuangan dimana jantung perusahaan itu berdetak.     

"Jika tidak keberatan, aku akan menawarkan posisi lain untukmu." Ujar Aldric.     

Adrianna menatapnya serius, "Apa?" Tanyanya.     

"Personal Asisten."     

Alis Adrianna berkerut, "Presonal asisten direktur keuangan?" Tanyanya.     

"Personal Asistance-ku." Aldric mengkoreksi.     

"Kau yakin?" Adrianna tampak tidak yakin dengan tawaran itu, tapi Aldric memiliki jawaban yang logis untuk tawarannya. "Dengan menjadi personal asisten kau bisa mempelajari lebih dekat tentang bagaimana aku bekerja, bagaimana caraku berpikir, dan bagaimana kita sebagai seroang pemimpin di sebuah perusahaan dalam mengambil berbagai keputusan atau menentukan langkah kita untuk mempertahankan perusahaan berada di posisi yang baik di segala aspek, penjualan, keuangan, oprasional dan lainnya."     

Adrianna menelan ludah, "Kau tahu, aku sebenarnya tidak pernah siap memimpin perusahaan. Aku hanya berharap Ben lebih tua dariku jadi beban itu akan otomatis dibebankan padanya." Adrianna berujar penuh kejujuran, dan itu membuat Aldric tersenyum.     

"Kau akan jatuh cinta setelah kau mengenalnya." Ujarnya.     

"Hah?" Adrianna mengira Aldric tengah mengalihkan subjek pembicaraan.     

"Perusahaan bagiku seperti seorang gadis, dia harus di jaga dengan seluruh kekuatan kita untuk membuatnya tetap develop dan cantik hingga banyak investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Perusahaan juga harus dirawat seperti layaknya tanaman, dari biji yang sangat kecil dan kita rawat hingga tumbuh menjadi pohon yang kokoh tempat banyak orang bergantung dan bernaung dari buah yang dia hasilkan."     

Adrianna tersenyum mendengar semua yang dikatakan Aldric, "Apa kau jatuh cinta saat pertama kali terjun ke perusahaan ayahmu?" Tanyanya penasaran.     

"Ayahku memberikan biji sekecil ini." Aldric menunjukannya dengan menyatukan jari telunjuk dan ibujarinya. "Aku merawatnya hingga sekarang, dan aku jatuh cinta padanya."     

"Pada perusahaan ini?"     

"Ya." Angguk Aldric. "Saat apa yang kau jaga dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan tumbuh besar, yang kau inginkan setelah itu hanyalah membuatnya semakin besar dan semakin besar lagi, sisanya kau bisa menjaganya." Tutup Aldric. "Aku akan mengantarmu pulang." Ujar Aldric.     

"Aku bisa menunggu sampai kau selesai dengan pekerjaanmu." Jawab Adrianna.     

"Kau yakin?" Alis Aldric bertaut.     

"Ya." Angguk Arianna.     

"Ok, aku akan memeriksa beberapa laporan. Kau bisa membantuku jika kau mau." Ujar pria muda itu, dia menyodorkan beberapa map ke hadapan Adrianna. "Kau bisa memulainya dengan itu."     

"Ok boss." Adrianna tersenyum dan dibalas dengan senyuman Aldric.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.