THE RICHMAN

The Richman - Dinner



The Richman - Dinner

1Malam setelah acara prom, Javier mengantar Adrianna pulang. Dengan begitu Patric terpaksa hanya mengantar Betty dan pulang. Sepanjang perjalanan, getaran cinta memenuhi seluruh ruangan kabin kendaraan yang di tumpangi oleh Javier dan juga Adrianna.     

"Kau yakin akan mengantarku pulang?"     

"Sangat yakin." Jawab Javier.     

"Bagaimana jika reaksi ayahku membuatmu kecewa."Adrianna tampak khawatir, sementara Javier hanya tersenyum, menggenggam tangannya dan mengecup tangan Adrianna singkat.     

"Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja." Jawab Javier menguatkan hati gadis yang dicintainya itu. Sedikit banyak Javier saudah menganalisa sifat-sifat Richard Anthony, ayah Adrianna dan menemukan kemiripan diantara dirinya dan Richard. Jadi Jav tidak perlu terlalu menghawatirkan reaksi Richard, karena pada dasarnya Richard Anthony adalah ayah yang menyayangi puterinya.     

***     

Setibanya di rumah Adrianna turun dari mobil Javier setelah Jav membukakan pintu untuknya. Mereka berdua berjalan menuju pintu depan rumah, dan saat membuka pintu Richard tampak duduk di ruang tamu dengan isterinya dan seorang tamu.     

"Baik, kalau begitu saya permisi Mr dan Mrs. Anthony." Pamitnya. Pria berambut pirang dengan kacamata yang menggantung di ujung hidungnya itu tampak meninggalkan rumah, dan kini tinggalah Richard, Cristabell, Adrianna dan Javier.     

"Oh, kalian sudah pulang." Sapa Christabell mencairkan suasana.     

"Mrs. Anthony." Javier memberikan salam sopan pada calon ibu mertuanya.     

"Javier Walton." Jawab Christabell sambil menjabat tangan pria muda itu. "Kita belum pernah bertatap muka langsung dan mengobrol, silahkan masuk dan duduklah. Anggap saja rumah sendiri." Bell benar-benar menunjukan kehangatan seorang tuan rumah, berbanding terbalik dengan tatapan dingin Richard pada Adrianna dan Javier.     

"Sayang sebaiknya kau mengganti pakaianmu dulu." Christabell membawa Adrianna masuk ke dalam kamar dan memberikan ruang pada Richard dan Javier untuk mengobrol lebih dalam sebagai dua orang pria dewasa.     

"Mommy, mommy membiarkan daddy membunuh Jav?" Adrianna protes begitu mereka masuk ke dalam kamar Adrianna.     

Christabell tersenyum menatap sang puteri, tangan halusnya menyentuh wajah puterinya itu. "Javier bukan anak ingusan yang tidak tahu cara bersosialisasi. Lagipula ayahmu bukan harimau yang sembarangan menerkam mangsanya. Percayalah pada mommy. Ganti pakaianmu dan kita akan menyiapkan makan malam."     

"Selarut ini?" Tanya Adrianna.     

"Ini baru pukul sembilan, prom kalian berakhir pukul delapan karena orang tua murid tidak mengijinkan pesta kalian lebih dari pukul sembilan malam. Jadi kita bisa mengobrol sambil makan malam bersama. "     

"Ok, jika mami menganggap itu yang terbaik." Adrianna berpasrah. Dia mengenakan dress yang lebih santai dibandingkan dengan dress tali satu yang dia kenakan ke acara prom tadi. Pilihan warna yang lebih soft juga membuat Adrianna terlihat cantik dan elegan."     

Sementara itu di ruang tamu, Richard tengah duduk menghadapi Javier.     

"Jadi kalian pindah ke Melbourne?" Tanya Rich.     

"Yes Sir." Angguk Javier. "Perkembangan bisnis di sana cukup menarik dengan biaya produksi yang masih lebih murah dibandikan di Amerika. " Jawab Javier.     

"Apa kau belajar berbisnis dari ayahmu?" Tanya Richard, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Richard, semua masih bersifat terbatas di permukaan.     

Javier mengangguk, "Kami dua bersaudara, kakakku memilih untuk menjadi dokter di salah satu rumahsakit swasta di Singapura, dia menikahi wanita Asia dan menetap di sana sejak tiga tahun terakhir. Ayahku berharap aku bisa meneruskan usahanya."     

"Good." Mata Richard sedikit berbinar. Pola pikir, cara pandang dan gaya bicara mereka berdua benar-benar mirip. "Jadi kau akan sekolah di Amerika atau di Australia?" Tanya Richard lagi, ini penting baginya karena menyangkut masa depan puterinya, Adrianna.     

Javier membasahi bibirnya sekilas sebelum menjawab, "Sayangnya aku harus belajar di Melbourne Sir, karena sedikit banyak aku sudah mulai membantu ayahku di kantornya."     

Richard mengangkat alisnya, dia tampak mengangguk paham. "Tidak masalah, semakin cepat kau belajar maka akan semakin baik bagimu. Bagaimanapun juga yang diperlukan seorang pebisnis bukan hanya kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan sosial dan emosional. Dan dua kecerdasan itu hanya bisa diperoleh dari pengalaman."     

"Terimakasih untuk ilmu yang anda berikan padaku. Meskipun bagi anda ini hanyalah obrolan sederhana tapi aku banyak belajar dari anda Sir." Bukan lagi, Javier memang terkenal pandai memikat hati perempuan, dia juga pandai mencuri hati orang tua dari perempuan yang sedang dia dekat. Bukan hanya Richard, beberapa orang tua mantan pacarnya juga jatuh cinta pada Javier sebelum anak-anak mereka benar-benar menggilainya.     

Christabell tengah sibuk mempersiapkan meja makan bersama dengan Adrianna dan dibantu dengan chef yang menyiapkan menu lezat yang pengolahannya tidak memakan waktu lama. Dari ruang makan terdengar tawa renyah dari Richard dan Javier, entah apa yang mereka bicarakan tapi itu berhasil membuat Adrianna dan Christabell saling menatap kemudian tersenyum lebar.     

"Sepertinya mereka mulai akrab." Ujar Christabell senang dan binar kebahagiaan jelas terpancar di mata Adrianna mendengar ayahnya bisa tertawa sedemikian renyah ketika mengobrol dengan pria yang disukainya.     

Beberapa kali tawa Richard dan Javier meledak-ledak hingga membuat Christabell yang sudah selesai menata meja makan memutuskan untuk mengintip pembicaraan apa yang terjadi diantara mereka. Tampaknya mereka berdua menyukai jenis lelucon yang sama, hingga lagi-lagi tertawa, apalagi setelah Javier menceritakan berbagai hal konyol yang entah dari mana datangnya karena tidak ada habis-habisnya.     

Christabell menyambangi dan mengajak mereka untuk bergerak ke meja makan, "Makanan sudah siap, mari makan malam bersama."     

"Ayo, kau harus mencoba masakan ibunya Adrianna, meski tidak begitu pandai tapi aku menyukai semua masakannya." Ujar Richard, padahal Richard tahu betul semua makanan yang terhidang di atas meja adalah hasil kerja keras chef professional yang di bayar untuk menjadi juru masak di rumah itu.     

Adrianna menatap Jav dari balik bulu matanya, sementara itu Ben tampak menyusul setelah ibunya memanggilnya untuk makan. Hari-hari Ben benar-benar dihabiskan didalam kamar apalagi menjelang libur smester sekolah. Dia menghabiskan berjam-jam di depan PC atau ponselnya.     

"Ayo makan, kalian anak muda harus makan makanan yang bergizi."Ujar Richard, "Terutama kau Ben, berhentilah bermain game atau aku akan memutus saluran listrik ke kamarmu." Imbuhnya.     

"Daddy,…. Kurasa kitas sudah sepakat soal berapa jam aku boleh bermain game." Bantah Ben, "Oh hai, aku Ben. Anak kedua di rumah ini, tapi lebih mirip anak angkat dibandingkan anak kandung." Ben memperkenalkan diri pada Javier dan Jav membalas uluran tangannya hingga mereka berjabat tangan.     

Mendengar cara Ben memperkanlakn diri, Richard menggeleng heran, tapi toh Ben Anthony adalah putera kandungnya, meskipun dia begitu unik Richard tetap menganggapnya putera yang begitu dia cintai. Makan malam berlangsung dengan hangat, mereka masih melanjutkan cerita dan Javier justru berhasil membangun komunikasi yang menarik dengan Ben. Jav bahkan berhasil membuka pola pikir Richard soal game online yang dimainkan puteranya, bukan sekedar hobi tapi juga bisa di sebut dengan olahraga online dan di beberapa negara bahkan sudah dipertandingkan baik secara nasional maupun internasional.     

"Aku berharap ayahku memiliki pemikiran seterbuka dirimu Jav." Puji Ben.     

Richard mengangguk, "Aku mulai berpikir untuk mengembangkan sayap di dunia start up." Jawab Richard, "Kau bisa bergabung di perusahaan Daddy jika kemampuanmu cukup bisa di perhitungkan."     

"Ok tangangan di terima." Seloroh Ben dan semua orang di sekeliling meja tertawa renyah. Meskipun Ben terlihat seperti brandalan yang selalu membantah apa yang dikatakan orangtuanya tapi dibidang ilmu teknologi komputerisasi Ben bisa di bilang sangat mumpuni. Beberapa kali secara diam-diam dia sudah meretas beberapa situs besar yang memiliki tingkat keamanan cukup baik, Richard bahkan tidak mengetahui jika kemampuan meretas Ben cukup layak untuk di perhitungkan.     

"Apapun yang kau lakukan jangan pernah meretas perusahaan milik keluargamu sendiri." Ujar Richard tegas dan Ben tersenyum lebar. "Aku mungkin nakal Dad, tapi aku tidak bodioh. Jawab Ben dan lagi-lagi semua orang tertawa hingga tidak menyadari bahwa kaki Adrianna dan kaki Javier bermain di balik meja.     

Sungguh pasangan yang kasmaran, meskipun tatapan mereka seolah netral dan mengimbangi pembicaraan yang terajdi di atas meja tapi kaki dan tangan mereka saling menyentuh di bawah meja, namun Richard dan Christabell dibuat tak sadar karena mereka benar-benar bisa menguasainya.     

"Oh ya, berapa hari kau akan tinggal?" Tanya Christabell, itu membuat Javier membeku sekilas, dia menoleh ke arah Adrianna dan binar di wajah gadis itu mendadak surut. "Besok aku harus pergi dengan penerbangan pertama." Jawab Jav.     

Christabell mengangguk paham, "Sudah berapa lama kau berada di New York?" Tanyanya.     

"Sore tadi aku mendarat di bandara dan langsung menemui Adrianna di acara prom."     

"Kau benar-bena hanya kembali untuk menemui kakakku dan pulang lagi?' Alis Ben bertaut, dia benar-benar heran jika di dunia nyata seorang pria dan seorang wanita rela melakukan berbagai hal gila demi pasangannya. Selama ini kehidupan Ben terkotak kotak pada kamar tidur, sekolah dan game online juga dunia peretasan internet. Dia bahkan tidak pernah menyukai lawan jenisnya di sekolah meskipun usianya sudah bisa di bilang remaja. Teman-temannya banyak yang sudah jatuh cinta pada lawan jenis, tapi Ben tidak menemukan adanya daya tarik dari gadis seusianya di matanya. Berbeda dengan dunia internet dan game online yang sudah mendarah daging bagi Ben.     

"Ya. "Angguk Richard.     

"Aku masih tidak paham mengapa orang rela melakukan banyak hal untuk orang lain dengan alasan cinta. Is that real?" Ben terkekeh dan itu membuat Christabell menatap suaminya, dan Richard memilih membuang muka.     

***     

Setelah selesai makan malam, Javier berpamitan. Dia harus kembali ke hotel tempatnya menginap karena penerbangan pertama first class esok hari menuntutnya untuk bangun pagi dan tiba di bandara satu jam sebelum penerbangan.     

"Sampai jumpa lagi." Christabell dan Jav melambai ke arah Javier yang berjalan menuju mobilnya diantar oleh Adrianna. Tak berapa lama Christabell dan Richard memilih untuk masuk ke dalam rumah sementara Adrianna tampak begitu sedih harus berpisah lagi dengan Javier setelah bertemu beberapa jam.     

"Kau tidak ingin menginap?" Tanya Adrianna, bahkan lebih terdengar seperti sebuah tawaran dibandingkan pertanyaan.     

Javier menatapnya, satu tangannya menyentuh wajah Adrianna. "Aku akan menginap jika kau mau berbagi ranjang denganku." Selorohnya.     

"Dan saat kau bangun ayahku sudah menodongkan pistol di kepalamu." Adrianna bisa tertawa meski hanya beberapa detik, karena di detik berikutnya wajahnya kembali murung.     

"Aku akan sering mengunjungimu, kita juga bisa saling berbalas pesan atau menelepon." Javier mencoba membesarkan hati Adrianna.     

"Aku akan mengantarmu besok." Rengek Adrianna.     

"Pesawatku sangat pagi, aku akan menghubungimu setelah aku tiba di Melbourne." Jawab Javier. Dia memeluk erat Adrianna sebelum akhirnya berpisah dan meninggalkan halaman besar kediaman keluarga Anthony.     

Mobil yang dikendarainya melaju meninggalkan halaman luas itu dengan menyisakan bayangan Adrianna yang semakin jauh semakin kecil terlihat dari spion mobil yang di kendarai Javier. Sementara itu Adrianna yang berdiri membeku tampak mulai berlinangan air mata, kesedihannya tak lagi terbendung kali ini. Dan bukan hanya Adrianna yang merasakan kesedihan itu, tapi juga Javier. LDR atau long distance relationship bukanlah perkara yang mudah untuk dijalani, tapi tidak ada pilihan lainnya ketika mereka harus berjuang demi masadepan yang diharapkan oleh keluarga masing-masing pihak. Javier dan Adrianna, entah kapan mereka akan bersau kembali dan bahagia menjalani kehidupan mereka setelah ini.     

Setelah mobil Javier benar-benar tak terlihat lagi Adrianna berlari masuk kedalam rumah dan bergegas menuju kamarnya. Di dalam kamar itu dia menangis sejadi-jadinya dalam diam setelah mengunci pintu kamarnya.     

Kehadiran Javier di pesta perpisahan sekolah benar-benar seperti sebuah mimpi indah yang enggan untuk diusik. Sementara itu kepergiannya mala mini setelah makan malam seperti mimpi itu dipaksa untuk berhenti dan Adrianna harus menghadapinya sebagai sebuah kenyataan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.