THE RICHMAN

The Richman - Prom Night



The Richman - Prom Night

2-Tiga Bulan Kemudian-     

Ujian berlalu dan hasil yang dicapai Adrianna tentu saja sempurna. Dia tidak pernah mengecewakan orangtuanya jika menyangkut soal nilai akademis. Dan malam ini adalah malam perpisahan sekolah, atau populer di sebut dengan Promt Night. Semua anak-anak berbahagia menyambut malam ini, kecuali Adrianna. Sejak tiga bulan yang lalu dia seolah kehilangan hasrat hidupnya, atau berpura-pura tetap hidup tapi jiwanya kosong. Tampaknya Javier Walton terlalu membekas di benak dan di hati Adrianna.     

"Sayang... kau cantik sekali." Puji Christabell pada sang puteri. "Kau sungguh tidak ingin mommy antar?" Tanya Bell lagi.     

"Tidak." Geleng Adrianna. "Aku akan pergi bersama Betty, dia akan datang sebentar lagi. Biarkan Patric saja yang mengantar kami." Ujar Adrianna. Betty adalah satu-satunya teman yang sering dia ajak bicara setelah kepergian Jeavier Walton. Dan malam ini Adrianna tetap akan menghadiri acara promt meskipun sebenarnya dia enggan. Dia hanya ingin memberikan support pada Betty karena malam ini Jhon mengajaknya berdansa dan mereka masuk nominasi sebagai ratu dan raja promt.     

Christabell merasa begitu prihatin pada puterinya itu. Dia benar-benar berharap Adrianna bisa menikmati pesta promt seperti yang dilakukan anak-anak seusianya. Bahkan Noura akhirnya membentuk aliansi dengan Adnrew atas nama cinta dan ikut berkompetisi dalam memperebutkan crown raja dan ratu promt malam ini.     

"Kau siap berangkat, sepertinya Betty sudah sampai." Ujar Christabell, Adrianna mengangguk, dia memberikan pelukan singkat pada puterinya. Dan saat berjalan keluar dari kamarnya dan turun melalui tangga, secara kebetulan mereka berpapasan dengan sang ayah. Richard terpaku menatap sang puteri, seolah dia baru sadar bahwa puterinya itu kini tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik.     

"Kau cantik sekali sayang. " Puji Richard.     

"Thanks Dad." Adrianna tersenyum sekilas, lebih seperti senyum basa-basi.     

Richard menangkap kode dari Chrsitabell dan akhirnya memilih menyerah dengan memberikan pelukan singkat pada puterinya itu, "Nikmati malammu sayang." Ujarnya melepas sang puteri. Richard dan Christabell berdampingan menatap puteri mereka meninggalkan rumah.     

"Dia tampak kehilangan semangat hidup." Ujar Richard prihatin, "Ya." Angguk Christabell.     

"Aku akan menghubungi sibocah tengik itu dan memintanya datang untuk menemui puteri kita." Rahang Richard mengeras sekilas, dan itu justru membuat Christabell tersenyum lebar. "Mereka bukan lagi anak kecil yang bisa kita atur sayang, biarkan waktu menyembuhkan Adrianna."     

"Aku tidak bisa melihat puteriku seperti mayat hidup."     

"Aku juga, tapi toh kita pernah muda. Kita tahu rasanya, dan cinta akan menemukan jalannya sendiri. Biarkan Adrianna menikmati proses kehidupannya tanpa campur tangan kita terlalu dalam. Dia berhak merasakan setiap emosi yang ada dalam kehidupan, sedih, bahagia, gugup. "     

"Ok Mrs. Richard Anthony." Richard mengecup bibir isterinya itu sekilas, tepat saat Christabell mendongak menatapnya. "Mengapa kita tidak melakukan pesta promt kita sendiri setelah aku mandi." Goda Richard.     

Richard menyipitkan matanya, "Biar kutebak, kau tidak datang ke promt di sekolahmu dulu?"     

Christabell menggeleng, "Tidak ada yang mengajakku."     

Richard menekuk lututnya, "Would you be my promt?" Tanyanya dan sialnya Ben tiba-tiba melintas. "Apa yang kalian lakukan?" Ujar Ben dengan tatapan jijik pada kelakuan kedua orang tuanya.     

"Berhenti main game Ben, atau matamu akan rusak!" Richard segera bangkit berdiri dan justru mengganti topik pembicaraan, dia berlagak marah pada Ben agar tidak kehilangan wibawa. Tapi seperit biasa, Ben tak pernah menghiraukan apa yang dikatakan oleh ayahnya itu. Dia berjalan ke arah dapur, mengambil cemilan kemudian membawanya ke dalam kamar.     

"Jangan terlalu keras pada Ben." Protes Christabell.     

"Dia benar-benar membautku hiang kesabaran."     

Bell mencubit lengan Richard, "Dia puteraku."     

"Ok." Richard mengangkat tangannya dan mereka memilih masuk kedalam kamar.     

***     

"Thanks." Betty memeluk Adrianna sekilas sebelum meninggalkan Adrianna dan naik ke atas panggung bersama dengan Jhon pasangan promt-nya. Sementara itu beberapa pasang muda-mudi lainnya juga naik ke atas panggung. Mereka menikmati berbagai permainan yang disiapkan oleh panitia acara untuk menentukan pemenang acara promt malam ini. Beberapa sesi bahkan dilalui termasuk sesi dansa bersama pasangan.     

Adrianna memilih menepi dan berdiri diantara beberapa lainnya yang tidak berdansa. Beberapa asik berbincang, beberapa asik menikmati kudapan dan Adrianna asik dengan kesendiriannya, menikmati kesepian dan ingatannya tentang Javier Walton.     

"Would you be my promt?" Suara seseorang membuyarkan lamunannya. Adrianna mengangkat wajahnya melihat ke arah pria yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya membeku, seolah waktu berhenti berputar untuk beberapa saat tatkala mereka bersitatap.     

Mata Adrianna berkaca-kaca tak bisa menahan keharuan. "Javier?" Meski terbata, kata itu akhirnya keluar dari bibir Adrianna.     

"Mau berdansa denganku?" Tanya Javier begitu alunan musik lembut terdengar dan beberapa orang mulai berdansa. Dengan tangan gemetaran Adrianna menyambut tangan Javier yang terulur padanya. Javier menuntun Adrianna menepi, jauh dari kerumunan lain, dekat dengan taman yang dihias dengan lampu-lampu yang berkerlip indah. Alunan musik yang sayup-sayup membuat mereka leluasa untuk berdansa sambil saling bicara.     

"Bagaimana mungkin kau tiba-tiba datang kemari?" Tanya Adrianna, sementara tubuh mereka seolah sudah menemukan harmoni satu sama lain hingga tak perlu aba-aba lagi untuk melangkah dalam alunan musik. Dansa yang sangat intim terjalin diantara mereka, dipadu dengan musik lembut dan temaram suasana di taman, beberapa meter dari arena promt tempat krumunan juga berdansa.     

Javier tersenyum. "Aku punya informan yang masih berada di sini dan selalu memberikan semua informasi yang kuperlukan." Jawab Jav.     

"Maksudmu kau membayar orang untuk menjadi mata-mata di sekolah?" Protes Adrianna, mendongak menatap Javier. Jav mengangguk, "Dia butuh uang untuk membiayai sekolah super mahal yang di huni oleh anak-anak konglomerat. Kami hanya bekerjasama, semacam simbiosis mutualisme." Jav membela diri.     

"Kau pandai berkelit Jav." Adrianna tersenyum, dengan ragu-ragu dia menempelkan wajahnya ke sisi wajah Jav, meski dia tak sama tinggi dengan Javier, tapi dia bisa merasakan hembusan nafas Javier Walton menerpa wajahnya.     

"Selamat ya." Ujar Jav memecah keheningan diantara mereka.     

"Untuk apa?" Tanya Adrianna, dia menikmati bersandar pada pria gagah itu. Beberapa bulan tak bertemu, tampaknya Javier mendadak berubah menjadi sangat atletis.     

"Kau mendapatkan peringkat tertinggi di sekolah untuk nilai ujian akhirmu." Jawabnya.     

Adrianna tersenyum untuk dirinya sendiri, "Kau mendapatkan informasi itu dari informanmu?" Tanya Adrianna.     

"Ya, aku bahkan memiliki ratusan fotomu dalam berbagai ekspresi selama tiga bulan terakhir." Ujarnya, dan itu membuat mata Adrianna membulat menatap Javier. Pria itu terkekeh, "Kau tahu, aku harus membayar seratus dollar untuk satu foto, dan aku punya ratusan. Entah sudah berapa ratus ribu dollar yang ku habiskan untuk mendapatkan fotomu"     

"Itu pelanggaran hukum Javier Walton." Protes Adrianna.     

Javier mengarik bibirnya dalam satu garis, "Aku sempat berpikir, mungkin lebih baik tidak pernah menghubungimu dan tidak mencari tahu apapun tentangmu." Jujurnya, tatapannya begitu dalam pada Adrianna.     

"Dan mengapa kau melakukan sebaliknya?"     

Javier menghela nafas dalam, "Mungkin kau akan menganggapku berlebihan, but I feel dying thinking of you every single time."     

Mata Adrianna berkaca menatap Javier dan mendengar pengakuan itu dari bibirnya, "Me too." Dia mengigit bibirnya, berusaha menahan getaran dalam dirinya agar tidak menangis malam ini.     

"Ini hanya soal jarak, dan aku bisa terus hidup hanya dengan menerima kiriman fotomu dan mentransfer ribuan dollar di akhir pekan untuk membayar informanku. Aku tidak peduli apakah kau sudah bahagia dengan pria lain di sini." Pengakuan mengejutkan keluar dari bibir Javier. Remaja yang tampak siap menjalani masa kedewasaannya, yang semula senang berganti pasangan dan menikmati gaya hidup bebas penuh kemewahan dengan harta yang dimiliki orangtuanya kini tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab dan berpikiran matang.     

"Kau bernar-benar terlihat sepuluh tahun lebih tua dari usiamu." Adrianna tersenyum meski matanya masih berkaca. "Bagaimana aku bisa memikirkan orang lain, setiap kali aku menutup mataku, wajahmu yang selalu muncul."     

"Can I kiss you now?" Jav meminta ijin dan Adrianna mengangguk. Dengan lembut Javier merundukkan wajahnya hingga bibirnya menemukan hangat dan lembutnya bibir Adrianna. Jav menikmati sensasi yang ditimbulkan dari sentuhan antara bibirnya dan bibir Adrianna. Ciuman itu semakin dalam hingga menghanyutkan keduanya. Mereka tidak lagi peduli dengan hiruk pikuk di atas panggung dimana teman-teman mereka tengah sibuk menyoraki para nominator ratu dan raja promt.     

"I will find the way..." Javier mengucapkan janjina pada Adrianna untuk menemukan jalan menyatukan cinta mereka. Meskipun terlihat bagaikan cinta monyet yang dialami anak-anak remaja seusia mereka, tapi ini lebih dalam dari itu. Bagi Adrianna dan juga bagi Javier, ini jauh lebih dalam.     

"Bagaimana jika nanti kau bertemu dengan gadis lain yang lebih menarik dariku di Melbourne?" Adrianna mendadak melemparkan pertanyaan konyol itu pada Jav.     

"Aku akan mengatakan jika aku pria beristeri." Jawab Jav dan itu membuat Adrianna tertawa geli. "Bagaimana denganmu?"     

Adrianna mengrenyitkan alisnya, bibirnya mengerucut sekilas seolah memikirkan jawaban paling baik, "Aku akan bilang aku wanita bersuami dengan tiga anak di rumah."     

Javier mengecup bibir manis Adrianna sekali lagi. "Kau harus ceria seperti ini, aku tidak bisa hidup tenang melihatmu hidup seperti mayat hidup."     

"Tunggu, informanmu mengatakan semua itu?"     

"Fotomu mengatakan semua padaku. Aku punya ratusan fotomu dan tidak ada satupun yang tersenyum." Alis Javier mengkerut, "Apa kau secinta itu padaku?"     

"Tidak." Geleng Adrianna cepat.     

"Sekali lagi kau mengatakan tidak, aku akan menciummu." Ujar Jav.     

"Tidak, tidak, tidak, tidak..." Geleng Adrianna dan Jav mendaratkan bibirnya ke bibir Adrianna. Malam ini benar-benar menjadi malam terbaik dalam sejarah kehidupan Adrianna. Seolah sebuah keajaiban karena Javier tiba-tiba datang tanpa pesan dan membuat kejutan super manis seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.