THE RICHMAN

The Richman - Decades Later



The Richman - Decades Later

0-10 tahun berlalu-     

Tahun berganti tahun, kehidupan berangsur normal. Richard dan Christabell menikmati hari-harinya membesarkan putera puterinya. Ben sekarang sudah berusia duabelas tahun dan mulai sibuk dengan aktifitasnya di sekolah, begitu juga dengan Adrianna yang mulai beranjak remaja. Adrianna memasuki usia enam belas tahun, dan dia tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan bertalenta. Selain cantik dan terlahir di keluarga kaya-raya, ternyata Adrianna beruntung karena memiliki banyak talenta terutama di bidang musik. Kemampuannya memainkan beberapa jenis alat musik membuatnya cukup dikenal di sekolahnya.     

"Hei …" Sapa seorang remaja pria yang baru saja masuk ke sekolah tempat Adrianna bersekolah.     

"Hi." Balas Adrianna, meskipun memiliki banyak talenta namun sifat pendiam membuat Adrianna tak begitu mencolok diantara teman-temannya. Dia bahkan tidak bergaul dengan banyak remaja layaknya remaja lainnya. Adrianna lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar dan membaca buku dibandingkan hang out di cafeteria bersama teman-teman lainnya.     

"Aku Adrew." Sang remaja pria bermata abu tua yang begitu mempesona itu memperkenalkan diri, dia bahkan mengulurkan tangan untuk mengajak Adrianna berjabat tangan tapi Adrianna tidak melakukannya, dia hanya membalasnya dengan senyuman. Sejurus kemudian Adrianna memasukkan semua barang-barangnya kedalam tas dan keluar dari perpustakaan.     

Melihat buruannya melarikan diri, Javier tidak tinggal diam. Dia segera mengambil tasnya dan menyelempangkannya di bahu sebelum mengejar Adrianna.     

"Jika kau tidak keberatan, aku bisa mengantarmu pulang." Javier mencoba mengambil kesempatan untuk bisa berkomunikasi lebih lanjut dengan Adrianna.     

"Aku dijemput." Jawab Adrianna singkat.     

"Kita berada di kelas yang sama, by the way" Javier masih tidak menyerah.     

"Oh." Adrianna tersenyum sekilas sebelum mempercepat laju langkahnya menuju ruang kelas. Dan segera mengambil tempat duduk yang biasa dia tempati ketika berada di kelas Biologi. Beberapa siswa tampak segera masuk kedalam kelas, sementara lainnya tampak sudah bercanda dalam gerombolan di sudut ruangan.     

Tak berapa lama Javier masuk dan duduk tepat di sisi kiri Adrianna, dia bahkan menoleh jelas kea rah Adrianna sementara gadis itu terus menatap ke depan. Dari sudut-sudut matanya dia bisa menangkap bayangan wajah Javier yang masih memperhatikannya.     

Risih karena terus ditatap seperti itu, Adrianna menoleh ke arah Javier. "Bisakah berhenti menatapku?" Protes Adrianna, dan Javier tampak tidak mempedulikannya. Dia tetap menatap ke arah Adrianna, tapi ketenganan mereda karena Mr. Oswald Wild masuk kedalam kelas dan segera membuat kerumunan di sudut bubar. Semua duduk di meja masing-masing.     

"Ok anak-anak, perkenalkan teman baru kalian, Javier Walton." Ujar Mr. Oswald dan Javier berdiri kemudian memutar tubuhnya menghadap ke teman-temannya, tapi tatapannya jelas tertuju pada Adrianna, hanya sekilas pada teman-teman yang lainnya.     

Beberapa anak perempuan di kelas mulai berbisik membicarakan Jav karena dia jelas menocolok di bandingkan teman-temanya yang lain. Jav terlihat begitu tampan dan modis, dan penampilan menjadi penilaian penting bagi remaja seusia mereka, kecuali Adrianna.     

"Baiklah, kalian bisa melanjutkan mengobrol setelah kelasku berakhir. Sekarang kalian buat kelompok, masing-masing kelompok dua orang. Setelah itu kita akan memulai penelitian beberapa zat yang terkandung dalam makanan dengan berbagai zat penguji." Ujar Mr. Oswald, Jave langsung merapat ke arah Adrianna dan mematahkan hati beberapa gadis terutama Norah, gadis paling eksis di kelas itu. Norah bahkan memiliki beberapa teman yang sangat solid dengannya hingga membentuk sebuah geng yang cukup ditakuti remaja puteri lainnya di sekolah itu.     

"Aku senang kau mau bergabung dengan kelompokku, Mss…" Jav berusaha membuat Adrianna menyebutkan namanya tapi Adrianna hanya tersenyum sekilas, itupun terlihat terpaksa.     

"Kau yang memaksaku menjadi timmu Mr. Walton."     

Jave tersenyum penuh percaya diri, "Kau tidak akan menyesal menjadi anggota timku."     

"Hah." Adrianna memutar matanya. Pembicaraan bisik-bisisk itu berakhir tatkala Mr. Oswald datang menghampiri mereka dan membagikan alat yang bisa mereka gunakan untuk melakukan percobaan hari ini.     

"Kalian bisa berhenti bertengkar dan memulainya." Ujar Mr. Oswald, itu mambuat Jav dan Adrianna tersenyum kikuk.     

"Aku mendengar semua pertengkaran kalian dengan jelas." Ujar Mr. Oswald, "Jav, kau pintar memilih partner, Adrianna adalah gadis paling cerdas di kelas." Imbuhnya.     

"Adrianna hah…" Javier tersenyum lebar penuh kemenagnan, karena Mr. Oswald membocorkan nama Adrianna padanya. Semua anak sibuk melakukan eksperimen termasuk Jav dan Adrianna hingga mereka bersepakat untuk hasil penelitian mereka. Pandangan Adrianna berubah, dia berpikir Jav adalah remaja brandalan yang lebih mengandalkan penampilan dibandingkan otaknya untuk merayu para gadis di kelas, bahkan di sekolah, nyatanya Jav benar-benar cerdas. Dalam hitungan detik dia bisa membuat kesimpulan untuk setiap percobaan yang mereka lakukan.     

"Kau cerdas." Puji Adrianna setengah hati.     

"Terimakasih, pujian itu begitu berarti bagiku. Tapi aku tetap tidak akan lebih cerdas dari gadis paling cerdas di kelas." Jav melempar lelucon tapi Adrianna tampak tak tertawa mendengarnya.     

Kelas berakhir setelah mereka mengumpulkan hasil percobaan hari ini. Adrianna berjalan keluar dari ruang kelas dan menunggu di sekitar tempat parkir. Belum ada tanda-tanda ibunya datang menjemput.     

Adrianna segera menghubungi ibunya dengan ponselnya.     

"Hi mom." Sapanya begitu Christabell sang ibu menerima panggilannya.     

"Halo sayang, maaf mommy sepertinya akan sangat terlambat menjemputmu. Barusan mommy menjemput Ben dan dia mengalami cedera di sekolah saat bermain basket. Aku sekarang bersamanya di rumahsakit." Ujar Christabell. "Aku akan menghubungi Patric untuk menjemputmu."     

"Oh, tidak perlu mom. Aku akan pulang naik taksi saja." Jawab Adrianna.     

"Apa kau yakin?" Tanya Bell cemas.     

"Ya."     

Meskipun lahir dikeluarga kayaraya dan dengan semua fasilitas nomor satu, tapi Adrianna tidak tumbuh menjadi gadis yang manja. Sejak kecil ibunya menjejalinya dengan berbagai cerita dimasalalu ibunya yang penuh kesederhanaan. Nilai-nilai itu juga terus ditanamkan oleh Richard dan Christabell kepada anak-anaknya. Memang sedikti berbeda dengan Adrianna sang kakak, Ben tumbuh lebih bossy dibandingkan kakak perempuannya itu.     

Adrianna berjalan keluar pagar sekolah dan menunggu taksi di sana, tiba-tiba terdengar raungan motor besar yang berhenti di sebelahnya.     

"Hei." Seorang pria yang duduk di atas motor mematikan mesin motornya dan membuka kaca helmnya. Sudah jelas sekali dari tatapan matanya, itu adalah sis ok kenal Javier Walton. Tak berapa lama terdengar klakson dari mobil dibelakangnya. Andrew Rodriges, si anak tengik dari kelas lain yang juga selalu mengejar Adrianna hingga membuat gadis itu jengah. Andrew memamerkan berbagai fasilitas mewah yang dia miliki karena orang tuanya adalah pebisnis dan cukup mampu untuk memfasilitasinya. Andrew selalu berpikir Adrianna akan seperti teman-teman sebayanya yang memutuskan untuk berpacaran dengan seseorang yang memiliki banyak fasilitas mewah untuk bersenang-senang.     

"Adrianna, ibumu tidak menjemputmu?" Andrew membuka kaca mobilnya dan berteriak dari dalam mobil.     

"Berikan aku helm." Ujar Adrianna pada Jav, dengan seringai lebar Jav mengambil helm dari bangku belakang dan memakaikannya ke kepala Adrianna. Dengan cepat Adrianna membonceng dan Jav segera berlalu dari hadapan Andrew. Remaja pria berkulit coklat itu memukul kemudinya dengan kesal.     

Sementara Jav tampak bangga dengan kemenangannya hari ini. Adrianna bertekuk lutut di hari pertama perburuan Jav.     

"Dimana rumahmu?" Tanya Jav.     

"Berhenti di depan, aku akan naik taksi." Jawab Adrianna.     

Jav menggeleng. "Tidak, aku pantang menurunkan gadis di tengah jalan. Jika aku berkata akan mengantarnya maka akan ku antarkan sampai kerumahnya."     

"Jika kau mengantarkanku sampai kerumah, maka ayahku akan membunuhmu ditempat." Ujar Adrianna.     

"Apa ayahmu semengerikan itu?" Tanya Jav.     

"Ya." Angguk Adrianna.     

"Kalau begitu, aku juga adalah orang yang pantang menelan kembali ucapanku. Aku akan menemui ayahmu meski setelah itu aku akan ditembak mati di tempat."     

"Javier Walton." Adrianna memukul Jav hingga membuat motor Jav sedikit bergoyang, dan itu membuat Adrianna mendadak ketakutan hingga memeluk erat Jav agar tak terjatuh. Jav tidak berkata apapun, dia hanya tersenyum lebar dari balik helm yang menutupi seluruh wajahnya.     

"Pegangan yang erat, atau aku benar-benar akan ditembak mati oleh ayahmu jika menjatuhkanmu dari motor." Ujar Javier.     

"Berhenti didepan, aku benar-benar tidak pernah mengajak temanku kerumah." Jujur Adrianna, itu mambuat Jav memelankan laju motornya dan menepi. Dia membuka helmnya dan menoleh ke belakang, sementara Adrianna masih melilitnya dengan kedua lengan cukup erat.     

"Kau bisa melepaskan peganganmu, kecuali kau menikmatinya." Seloroh Jav, dan Adrianna buru-buru melepaskannya. Dia bahkan turun dari tempatnya duduk dan berdiri di sisi Jav.     

"Aku benar-benar ingin berteman denganmu, jika kau tidak keberatan." Ujar Jav.     

Adrianna terdiam beberapa saat. "Ok, kita akan berteman." Angguknya setuju. Jav membantu Adrianna melepaskan helmnya. Pria muda itu bahkan turun dari motornya dan membiarkan si merah kesayangannya terparkir di tepi jalan. Menunggu sampai Adrianna mendapatkan taksi untuk ditumpangi sampai kerumahnya.     

Jav membukakan pintu taksi untuk Adrianna dan menutupnya kembali. "Tolong antar dia sampai kerumah dengan selamat." Ujar Jav pada sang supir taksi dan Adrianna mengangguk dengan senyum malu, wajahnya bahkan memerah begitu saja dibawah tatapan penuh pesona yang dilemparkan Jav padanya.     

"Sampai jumpa besok." Jav berkata pelan tapi masih cukup keras di telinga Adrianna sebelum taksi yang ditumpanginya melaju cepat meninggalkan Jav di kejauhan dengan motornya. Jav segera melanjutkan perjalanan pulangnya sementara Adrianna tidak bisa berhenti tersenyum sendiri didalam taksi sepanjang perjalanan pulangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.