THE RICHMAN

The Richman - Aldric Point of View



The Richman - Aldric Point of View

3Casandra, mantan kekasihku kembali setelah sekitar delapan tahun kami berpisah. Dia mengaku mendapatkan kekerasan dalam rumahtangga dengan suaminya. Orang yang dia pilih dan meninggalkanku secara diam-diam saat aku sangat jatuh hati padanya delapan tahun lalu.     

Aku bertemu dengannya dan dia mengatakan bahwa dia tidak punya tempat menginap malam itu. Aku membawanya ke apartmentku dan sialnya aku bertemu dengan Adrianna. Dia tampak baru saja dari apartmentku malam itu. Aku sengaja tidak menegurnya karena aku tidak ingin Casandra tahu bahwa aku menaruh hati pada Adrianna. Casandra bukan wanita yang mudah di beritahu, dia pasti akan usil dan mencoba melakukan hal-hal aneh untuk mengintimidasi Adrianna agar dia menjauhiku.     

Aku menjemputnya malam itu di hotel, dia mengaku dipukuli suaminya tapi saat aku datang dia mengenakan pakaian yang begitu menggoda dan berharap aku jatuh lagi kepelukannya. Tapi aku sudah menetapkan hatiku pada satu gadis, setelah delapan tahun aku berjuang untuk melupakan Casandra.     

"Tunggu sebentar, aku akan keluar sebentar." Kataku pada Casandra setelah berkali-kali aku mencoba menghubungi Adrianna dan tidak diterima. Setelah itu dia justru memblokir nomor ponselku.     

Dengan key card yang kusimpan aku berharap bisa menerobos ke dalam unit apartmentnya dan menjelaskan padanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, tapi Adrianna tak mau mendengar sama sekali. Bahkan saat aku mencoba membuka unit apartmentnya dia sudah mengganti sandi. Benar-benar gadis keraskepala, dia tidak memberiku sedikitpun ruang untuk menjelaskan.     

Aku kembali ke unit apartmentku dan menemui Casandra.     

"Hai…" Dia menghampiriku dan mencoba menyentuhku tapi aku menolaknya.     

"Aku akan mandi." Ujarku sambil berjalan ke arah kamar mandi dan segera mandi. Sementara Casdandra menunggu di kamar lain. Aku sengaja tidak ingin berbagi kamar dengannya. Malam itu juga aku menulis cek untuknya dan memberikan pada wanita itu, karena aku tahu satu-satunya alasannya mencariku adalah untuk meminta uang.     

Aku berdiri mengetuk pintu Casandra, "Hai…" Dia berdiri di ambang pintu dengan kaos milikku yang dia kenakan sebatas pahanya. Tanpa basa-basi kusodorkan check yang sudah kutandatangani.     

"Apa ini?" Tanyanya dan aku tahu dia jelas bersandiwara, yang dia nantikan dariku adalah uang. "Kau tidak perlu memberikanku ini, dengan memberiku tempat tinggal sementara saja sudah cukup."     

Aku menghela nafas dalam, aku tidak akan membiarkannya tinggal di apartmentku dan membuat Adrianna lepas dari pandanganku. "Ambil ini dan pergilah besok. Cari tempat tinggal baru dan mulai kehidupanmu, jangan lagi menghubungiku." Jawabku.     

"Aldric…" Casandra tampak merengek tapi aku mengabaikannya. Aku terus berjalan dan menuju kamarku. Didalam sana aku mulai memikirkan tentang si menggemaskan yang keras kepala, Adrianna Anthony. Dalam hatiku aku marah padanya karena kebodohannya yang langsung menutup diri dan tidak ingin mendengar penjelasanku. Dan yang paling menyedihkan adalah pagi hari headline utama surat kabar adalah tentang niatnya bergabung di perusahaan ayahnya. Saat itu juga aku memutuskan untuk meminta orang-orang kepercayaanku, termasuk konsultan keuangan untuk membeli sebanyak mungkin saham perusahaan ayahnya, itu satu-satunya cara membuatnya bertekuk lutut. Aku bukan ingin menyakitinya, aku hanya ingin membuatnya menjadi milikku, itu saja.     

Saat dia datang padaku aku begitu bahagia, meskipun dia datang dengan bersungut-sungut seolah ingin menelanku bulat-bulat, tapi yang ingin kulakukan saat itu hanyalah memeluknya. Dan akhirnya dia setuju untuk menikah denganku meski hanya di atas kertas. Tapi aku sangat yakin suatu hari dia akan benar-benar mencintaiku.     

Mungkin saat ini dia benar-benar mengutukku dengan berbagai sumpah serapah dan menganggapku sebagai pria paling jahat di muka bumi. Tapi itu bukan masalah bagiku karena aku tahu siapa diriku dan aku tahu apa yang sedang kulakukan saat ini.     

***     

Hari ini aku berjanji untuk bertemu dengannya untuk bersandiwara, menemui ayahnya dan ibunya untuk mengutarakan niat kami menikah. Aku sudah bersiap dan saat ini sudah sampai di rumahnya. Mr. Anthony dan Mrs. Anthony tampaknya juga sudah ada di rumah karena Adrianna sudah membuka sedikit pembicaraan dengan mereka.     

Aku disambut hangat oleh Mrs. Anthony dan Mr. Anthony seperti biasa, meskipun aku tahu Mr. Anthony masih pusing memikirkan soal sahamnya. Aku sebagai pemegang saham terbesar di perusahaan itu menolak untuk menghadiri RUPS LB karena tujuanku bukan mengambil alih perusahaannya, melainkan menginginkan puterinya.     

Kami duduk di ruang tengah apartment mewah milik keluarga Anthony dengan Adrianna di sebelahku. Kuraih tangannya, meskipun aku merasakan penolakan tapi ekspersinya benar-benar bisa menipu orang tuanya, dia bahkan tersenyum menatap ayah dan ibunya.     

"Aku berniat untuk menikahi puteri anda." Ujarku, untuk beberapa saat mereka semua terdiam, tapi Adrianna memastikan bahwa sandiwara kami akan berjalan lancar.     

"Iya dad, mom, aku jatuh cinta pada Aldric." Dia benar-benar pandai mengelabuhi ayah dan ibunya.     

Richard tersenyum menatap isterinya, "Bagaimana menurutmu sayang?" Tanya Mr. Anthony pada Mrs. Anthony.     

"Aku akan mendukung apapun keputusan Adrianna, asalkan kau sudah yakin." Mrs. Anthony menatap puterinya. "Kau tampak terburu-buru sayang, apa ada masalah?"     

"Tidak." Geleng Adrianna cepat, dia bahkan melilitkan tangannya ke lenganku dan menyandarkan kepalanya ke lenganku, matanya menatap mataku dan aku juga sempat tertipu saat dia mengatakan bahwa dia mencintaiku, aku merasa dia mengatakan semua itu dari dalam hatinya.     

Mr. Richard Anthony tampak menghela nafas sebelum menengahi pembicaraan, "Jika kalian serius, maka harus ada pembicaraan dari keduabelah pihak keluarga."     

Aku mengangguk paham, "Aku akan membawa orangtuaku untuk meminta secara resmi."     

"Tidak perlu seperti itu, kita buat saja acara makan malam. Lagipuka aku sudah kenal dekat dengan ayahmu." Ujar Mr. Richard. Semua berjalan mulus, dan lusa kami akan mengadakan jamuan makan malam dimana kedua keluarga akan saling bertemu. Ibu dan ayahku bukan orang yang sulit apalagi soal perniakahanku. Kurasa ini akan menjadi kabar terbaik yang sudah mereka nantikan selama bertahun-tahun, terutama bagi ibuku.     

Setelah aku berjalan keluar dari apartment keluarga Anthony diantarkan oleh Adrianna, dia segera melepaskan tanganku begitu kami terbebas dari pandangan orangtuanya.     

"Kau benar-benar membenciku?" Tanyaku, tapi dia tidak menjawab. Kulihat dia membuang muka. "Aku pergi." Pamitku dan dia masih enggan menatapku. Meskipun dia menolakku dan sangat benci padaku saat ini, tapi yang kurasakan justru sebaliknya. Aku semakin ingin memilikinya. Aku semakin tidak bisa melepaskannya dan tidak akan kutunda lagi.     

Aku masuk ke dalam mobilku dan sebelum aku benar-benar pergi aku segera menghubungi ibuku.     

"Hi mom."     

"Hi… sayang, kupikir mata hari hari ini terbit dari barat karena puteraku meneleponku." Sapanya dengan suara renyah, dia benar-benar selalu ceria dan itu membuatku bahagia setiap kali menghubunginya.     

Aku tersenyum sekilas, dia memang selalu tahu bagaimana cara "Aku akan menikah." Ujarku singkat.     

"WHAT!!!" Dia langsung berteriak girang dan langsung memanggil semua orang yang bekerja di rumah sambil mengatakan itu pada mereka. "Puteraku akan menikah, hei, kau tahu puteraku akan menikah." Hingga akhirnya aku tidak lagi bisa bicara dengannya karena dia sibuk memberitakan kabar itu pada semua orang di rumah. Akhirnya aku mengakhiri panggilan kami dan mengirimkan pesan padanya. "Aku akan menghubungimu lagi nanti."     

Setelah mengatakan berita itu pada ibuku, aku segera kembali ke apartment. Kurasa hidupku setelah ini akan menjadi sangat indah, mencoba menakhlukan si keras kepala Adrianna Anthony dan menjalani hari-hari penuh tantangan dengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.