CINTA SEORANG PANGERAN

Menyapu Kesedihan Lila



Menyapu Kesedihan Lila

3Lila menjadi bergidik geli. Ia sedikit meronta dalam pelukan suaminya tetapi pelukan lengan Pangeran Abbash pada pinggangnya semakin erat. Ia semakin menekankan tubuh Lila pada tubuhnya.     

"Bermurah hatilah pada diriku. Aku sangat menginginkanmu malam ini" Kata Pangeran Abbash sambil mencabut hiasan rambut pada Lila dan melemparnya ke sembarang tempat. Rambut Lilapun tergerai sama indahnya dengan rambut Pangeran Abbash.     

Lila melangkah mundur tetapi Pangeran Abbash malah ikut maju dan kemudian dengan gerakan cepat Pangeran Abbash memangku tubuh Lila dengan gaya bridal dan lalu membaringkannya di tempat tidur. Untaian bunga yang terpasang mengelilingi ranjang bulat itu tampak bergerak karena tersibak oleh tangan Pangeran Abbash.     

"K..kita belum mengenal masing – masing. Apa sebaiknya kita tidak berbincang – bincang dulu ?" Lila menjadi ketakutan dan tubuhnya mengkerut.     

"Kita akan bercinta sambil berkenalan" Kata Pangeran Abbash sambil menyentuhkan hidungnya yang mancung ke pipi Lila.     

Tangan Pangeran Abbash menyentuh kening Lila lalu bergerak ke pipinya dan mengusap dagunya. Lila menatap wajah Pangeran Abbash dengan takjub. Ia sungguh ikhlas berada di bawah himpitan tubuh suaminya. Telunjuk Pangeran Abbash bergerak lembut di pipi Lila.     

"Apakah Kau selalu malu – malu begini. Bukankah ini bukan yang pertama untukmu ?" kata Pangeran Abbash sambil tersenyum.     

"Aku.. " mulut Lila hanya mampu mengucapkan kata itu lalu memejamkan matanya rapat - rapat. Pangeran Abbash kemudian menggenggam tangan Lila dan meremasnya dengan lembut.     

"Kau sangat menggemaskan, Kau seperti kelinci putih yang malu – malu" Kata Pangeran Abbash sambil tertawa. Lila membuka matanya dan wajah Pangeran Abbash begitu dekat di depannya.     

"Kau sangat tampan.. Aku tidak mengira Kau setampan ini" Kata Lila mulai berani menyatakan kekagumannya.     

"Ketampananku tidak akan ada artinya kalau kau terus memejamkan matamu. Bukalah matamu dan nikmatilah ketampanan wajahku" Kata Pangeran Abbash sambil membelai bahu Lila dan kemudian tangannya mulia bergerak mengelus pinggang dan pinggul Lila. Lila mendesah merasakan elusan lembut di pinggulnya.     

"Aku tidak mengerti, mengapa kau mau menikahi janda seperti diriku ?" Kata Lila dengan nafas memburu ketika Pangeran Abbash mulai menarik seleting pakaian dipunggungnya.     

"Memangnya mengapa kalau Janda ?" Bisik pangeran Abbash sambil membangunkan Lila agar Ia dapat melepaskan pakaiannya dengan mudah. Lila sama sekali tidak berdaya ketika ditubuhnya kini tinggal pakaian dalamnya yang berwarna merah yang masih melekat erat.     

"Aku sudah tidak suci lagi. Aku bekas orang lain" Kata Lila sambil menyembunyikan mukanya di leher Pangeran Abbash yang jenjang dan putih. Dan Lila bersumpah kalau Pangeran Abbash sungguh harum membuat Ia menghisap aroma leher Pangeran Abbash dengan kuat. Ini seperti candu yang memabukkan.     

"Kau jangan berkata seperti itu. Karena Aku sendiri sama saja denganmu bahkan lebih parah. Aku melakukan percintaan tanpa ikatan pernikahan. Aku jauh lebih buruk darimu." Kata Pangeran Abbash sambil mengelus tubuh yang menyembul di depannya itu. Lila menjadi menggeletar meresapi belaian tangan Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash tahu benar bagaimana memperlakukan setiap lekuk tubuh Lila. Pengalamannya dengan banyak wanita membuat Ia sangat ahli dalam membuat wanita mengerang. Dan ketika tangan Pangeran Abbash meluncur ke bawah menyelusup dan mulai menggerakan jemarinya bagaikan seorang pemusik yang memainkan alat musik. Jemari itu begitu terlatih memetik dawai gitar dan mengalunkan nada sendu nan merdu. Pakaian yang masih melekat pada tubuh Lila sengaja Ia tidak lepaskan agar Lila tidak terlalu malu.     

Lila mengejangkan tubuhnya ketika jemari itu menerobos masuk ke tubunya. Tubuh Lila melenting dengan nafas memburu. " Yang Mulia.." Lila memekik. Perasaan yang sudah lama Ia tidak rasakan. Seperti ada aliran air yang menyembur kuat dan menyapu semua kabut kesedihan atas perlakuan Edward kepadanya yang begitu menyakitkan.     

Rasa trauma karena Edward seringkali merintih memanggil nama Alena sehingga membuat Lila jarang menikmati kebersamaan dengan Edward. Ia hanya menunaikan tugasnya sebagai seorang istri dan itupun sangat jarang. "Aakh..." Lila memekik kecil ketika Ia merasakan kenikmatan yang diberikan suaminya.     

"Berteriaklah.. kalau kau menginginkannya. Jangan ditahan. Aku suka mendengar teriakanmu" Kata Pangeran Abbash sambil membenamkan mulutnya ke bibir Lila. Bibir Lila yang terbuka lebar langsung terkatup rapat. Dua lidah langsung saling membelit dan menghisap. Tubuh Pangeran Abbash masih mengenakan pakaian tetapi panas tubuh Lila sudah terasa membakar tubuhnya.     

Ketika gerakan jemari Pangeran Abbash semakin cepat Lila sudah tidak tahan lagi. Nafasnya terengah – engah. Matanya tampak mendelik ke atas, tubuhnya basah oleh keringat yang mulai mengalir membasahi tubuhnya. Pangeran Abbash tahu kalau Lila akan mencapai puncaknya makanya Ia segera melepaskan ciumannya. Lila langsung mengerang dengan kuat. Pangeran Abbash tersenyum melihat gadis pemalu itu sekarang mendesah, mengerang dan memekik.     

"A.. ku mau sampai.." Kata Lila yang sudah mengenal apa itu kepuasan sehingga Ia kemudian mencengkram rambut Pangeran Abbash dan tubuhnya melonjak dengan liar. Lila memekik keras seiring dengan terhempas tubuhnya. Ia langsung merasakan lemas.     

"Kau ternyata cukup liar.." Bisik Pangeran Abbash sambil tersenyum Ia memasukan jemari ke dalam mulutnya dan melakukan gerakan erotis dengan menghisap jemarinya dan itu semakin membuat Lila mabuk kepayang.     

Lila menutup wajahnya oleh kedua tangannya Ia membalikkan tubuhnya bertelengkup. Ia tidak ingin menatap wajah tampan suaminya. Ia sangat malu. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Pangeran Abbash tapi bagaimana bisa Ia mengerang begitu hebat. Ia seperti gadis nakal yang tidak tahu malu.     

Melihat Lila bertelengkup malah membuat Pangeran Abbash berkesempatan melepaskan ikatan bra pada tubuh Lila. Lila memekik ketika tubuh bagian atasnya langsung melompat keluar dan Ia semakin memekik ketika kain penutup tubuhnya yang terakhir juga ditarik lepas. Ia kini tidak mengenakan apapun. Lila segera menggapai – gapai mencari selimut tetapi baru saja selimut itu terpegang. Pangeran Abbash menarik selimut itu dari tangan Lila dan melemparkannya. Lila melihat selimut terbang dan lalu terjatuh di lantai.     

Lila melintangkan kedua tangannya menutupi tubuhnya dan Ia lalu menatap Pangeran Abbash yang masih berpakaian lengkap. "Yang Mulia sungguh licik.. Aku tidak mengenakan apa – apa tetapi Yang Mulai berpakaian lengkap " Kata Lila sambil cemberut. Pangeran Abbash langsung meloncat turun dari tempat tidur dan Ia menyuruh Lila duduk di tepi tempat tidur.     

"Bangunlah dan duduk. Kau harus menyaksikan tubuhku dengan jelas " Kata Pangeran Abbash dengan penuh percaya diri akan keindahan tubuhnya. Lalu dengan gerakan indah Ia mulai menarik lepas jubahnya dan juga pakaian dalamnya. Lila menatapnya tanpa berkedip dan Ia langsung ternganga melihat tubuh Pangeran Abbash.     

Bukan keindahan tubuh Pangeran Abbash yang membuatnya tercengang. Mulut Lila terbuka lebar dan Ia lalu menatap wajah Pangeran Abbash dengan pandangan tidak percaya. Pangeran Abbash malah mendekati Lila dan Lila memundurkan tubuhnya dengan muka pucat pasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.