CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan dua pelayan



Perbincangan dua pelayan

0"Bagaimana keadaanmu, Pangeran Abbash ? Apakah semalam menyenangkan ?" kata Nizam sambil duduk di sofa dan tidak berani masuk karena Ia melihat Lila duduk memunggunginya. Walaupun jaraknya cukup jauh antara ruang duduk dan tempat tidur tetapi tetap saja terlihat walaupun tidak jelas.     

Pangeran Abbash tertawa sambil berjalan melangkah mendekati Nizam. Jalannya seperti jalan seekor harimau yang berjalan dengan anggun dan rasa percaya diri.     

"Anda bisa melihat dari wajahku, bagaimana tentang semalam" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum menawan.     

Mungkin bagi yang lain senyumnya itu memabukan tetapi itu tidak berpengaruh terhadap Nizam. Nizam hanya menatap acuh tak acuh.     

"Ayo kita berbicara di ruanganku. Ada hal penting yang harus kita bicarakan " kata Nizam sambil berdiri kemudian berjalan keluar. Pangeran Abbash mengikuti Nizam.     

"Hey.. kalian mau kemana ?" Kata Alena melihat Nizam dan Pangeran Abbash melangkah pergi.     

"Kau temanilah Lila, Aku akan membawa Pangeran Abbash agar tidak bisa berduaan dengan Lila. Aku khawatir dia gelap mata kembali " Kata Nizam membuat pangeran Abbash tersedak. Alena tertawa geli.     

Mereka kemudian berjalan berdua menuju ruangan Nizam. Para pelayan dan pengawal yang sedang berjalan kalau berpapasan dengan mereka lalu mereka membungkuk dan memberikan hormat. Dua orang pelayan perempuan yang sedang membawa bunga – bunga untuk ditata di pot yang tersebar di seluruh ruangan tampak menganggukan kepalanya dan membungkukkan badannya memberikan hormat.     

Setelah dua orang itu pergi kemudian mulut mereka tidak tahan untuk bergosip,     

"Ya Tuhan kalau Yang Mulia Pangeran Nizam dan pangeran Abbash berjalan berjejeran begitu Aku jadi bingung mau pilih yang mana." Bisik seorang pelayan kepada temannya.     

"Aku sih jelas pilih Yang Mulia Pangeran Nizam. Bagiku Pangeran Nizam begitu gagah dan tampan, jantan dan kekar. Tubuh tegap dan sangat berwibawa. Dia benar – benar seperti Harimau penguasa Hutan. Tetapi kalau melihat Pangeran itu aku melihatnya seperti seekor merak yang begitu cantik dan menawan.     

Menyenangkan dan memabukan untuk di lihat tetapi dia tetap tidak bisa dibandingkan dengan Yang Mulia Nizam secara keseluruhan. Ketampanan mereka berbeda " Kata pelayan itu memberikan penilaian.     

"Kau benar memang Pangeran Nizam menang point dalam segala hal. Aku sangat bangga mengabdi menjadi pelayannya. Jika aku menikah kelak Aku ingin suamiku memiliki sifat seperti Nizam walaupun Cuma setengahnya" Kata Pelayan itu.     

"Tapi Yang Mulia Nizam memiliki kelemahan juga karena dia manusia biasa yang tidak lepas dari memiliki kelemahan. Bukankah di dunia ini tidak ada yang sempurna" Kata pelayan itu sambil tertawa.     

"Hah? Memang apa kelemahannya. Pangeran Nizam adalah putra mahkota, dia begitu tampan, jenius dan kaya. Dia juga begitu tenang dan berwibawa" Kata pelayan lain menyanggah. Dia sangat tidak suka ketika temannya menyebutkan dia memiliki kelemahan. Memangnya apa kelemahan Yang Mulia Pangeran Nizam yang begitu sempuran itu.     

"Yang Mulia sangat posesif. Dia pencemburu dan kalau dia cemburu kadang dia suka lepas kendali. Aku tidak suka kalau memiliki suami pencemburu" Kata pelayan itu.     

"Cemburu itu sebenarnya tanda cinta. Menurutku Pangeran Nizam tidak terlalu pencemburu. Masih dalam taraf wajar. Coba saja kau lihat walaupun Almarhum Edward menjadi saingan cintanya tetapi dia masih tetap berhubungan dengan Almarhum Edward dan semasa hidupnya Ia masih boleh datang ke kediaman Yang Mulia.     

Pangeran Nizam juga menikahkan para lelaki yang mencintai istrinya seperti Tuan Jonathan dan Pangeran abbash. Bukankah kau lihat tadi bagaimana mereka berjalan beriringan padahal waktu itu pangeran Nizam begitu membenci Pangeran Abbash. " Kata pelayan itu.     

"Kau benar, dan itu menunjukkan kalau Pangeran Nizam memang memiliki hati yang begitu luas. Yang Mulia juga tahu mana yang menjadi musuh dan mana yang menjadi teman. Aku pikir Yang Mulia akan menjadi Raja besar."     

"Menjelang kepulangan kita ke Azura yang Aku perkirakan akan segera setelah urusan dengan Pangeran Abbash selesai. Aku malah merasa khawatir dengan para istri Yang Mulia yang berada di harem"     

"Kau pikir apakah Yang Mulia akan bersedia menyentuh istri – istrinya yang lain atau malah membubarkan harem." Kata pelayan itu bertanya kepada temannya. Temannya malah menatap sambil menerawang.     

"Entahlah, semua serba tidak jelas. Ku pikir kuncinya ada di ratu sabrina sebagai kepala Harem. Kalau Ratu Sabrina berani mengembalikan semua putri yang tinggal di harem maka konsekwensinya adalah Ia tidak akan memiliki pendukung di parlemen. Dan mungkin para tetua akan mencari pangeran lain sebagai pengganti Yang Mulia Pangeran Nizam dan kedudukan Ratu Sabrina sebagai Ibu suri akan bergeser. Dan dia kehilangan kehormatan sebagai ratu"     

"Yah.. Aku yakin kalau Pangeran Nizam akan menyerah pada keadaan itu" Kata pelayan itu sambil terus bergosip. Saking asyinya bergosip tiba – tiba sosok tubuh berdiri di hadapan mereka sambil melotot dengan muka merah padam.     

"Nyo..nya Arani.." Pelayan itu terkejut sambil melihat muka Arani dengan pucat pasi.     

Arani tiba – tiba melayangkan tangannya ke depan dan "Plak.. plak " Dua kali tamparan dilayangkan oleh wanita bertangan besi itu ke wajah mereka. Mereka berdiri kaku menerima tamparan Arani. Mereka langsung tertunduk dan tidak berani mengaduh. Mereka langsung tahu apa kesalahan mereka dan mereka sangat menyesal.     

"Berani benar Kalian bergosip terang – terangan di tempat terbuka seperti ini. Kalau sampai ada mata – mata yang mendengar itu sama saja dengan membocorkan kehidupan majikan sendiri. Kalian aku tampar kali ini tetapi lain kali jika kalian lakukan lagi maka Aku akan mencambuk kalian masing – masing sepuluh kali." Kata Arani dengan wajah dingin. Dibelakang Arani ada Jonathan yang berdiri dengan wajah pucat melihat kegalakan istrinya.     

"Ka.. kami mengaku salah, Nyonya. Mohon dimaafkan karena Kami telah membicarakan kehidupan Yang Mulia Pangeran Nizam terang – terangan" Kata seorang pelayan yang tadi berbicara itu meminta maaf dengan hormat kepada Arani dan mengakui kesalahannya.     

"Jangan dibiasakan lagi. Kalian ingat kalau sampai kebiasaan kalian ini berlanjut sampai ke Azura maka ini akan sangat mebahayakan. Di sini kediaman pribadi Yang Mulia dan jauh dari musuh yang ada di Azura. Sehingga keadaan di sini relatif aman. Tetapi jika kalian membicarakan Pangeran Nizam di Azura dan terdengar oleh mata – mata maka kalian akan sangat membahayakan Yang Mulia" Kata Arani sambil tetap menatap mereka dengan pandangan mengancam.     

"Anda benar, kami mengaku salah " Kata dua orang pelayan itu dengan wajah sangat menyesal. Arani kemudian melambaikan tangannya menyuruh mereka pergi.     

"Pergillah ! " Kata Arani sambil kembali berjalan dan Jonathan kemudian mengikutinya dengan cepat.     

"Arani Kau begitu galak, Aku jadi membayangkan Kalau seandainya Aku selingkuh bagaimana ?" kata Jonathan kepada istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.