Teror Rumah Hantu

Naiklah ke dalam Bus



Naiklah ke dalam Bus

1Ruang di dalam bus menjadi dingin dan tertekan, seperti ada sesuatu yang berdiri di sebelah Chen Ge, namun ia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Wanita paruh baya perlahan mengeluarkan tangannya dari saku, dan tubuhnya bergetar. Tanpa menunggu perintah lain dari Chen Ge, ia memindahkan bocah itu ke kursi di sebelah lorong bus.     

Chen Ge menggendong bocah itu dari kursi. Bocah tersebut masih terasa hangat, dan Chen Ge bisa mendengar suara detak jantungnya. Ia masih hidup.     

Mengapa wanita tadi membawa anak laki-laki ini ke Jiujiang Timur? Apakah karena mereka yakin bahwa seorang anak lebih mudah menjadi pendorong pintu?     

Setelah menyaksikan banyak tragedi di Jiujiang Timur, Chen Ge menyadari bahwa karakter utama dari semua cerita tragis ini kebanyakan adalah anak-anak, namun ia masih belum tahu alasannya.     

Chen Ge berjalan ke pintu belakang. Ia tidak turun dan tidak menyerahkan anak laki-laki itu kepada wanita yang mengenakan jas hujan secara langsung. Ia telah mendengar perkataan Fan Chong bahwa salah satu akhir permainannya adalah Xiao Bu dibawa oleh wanita yang mengenakan jas hujan merah. Wanita itu bukan ibu Xiao Bu, namun ia masih membawa Xiao Bu dan memperlakukan Xiao Bu sebagai pengganti anaknya.     

Chen Ge tidak yakin apakah akhir ceritanya akan baik atau buruk. Dibandingkan dengan kematian, akhir ceritanya cukup baik, namun tidak adil untuk Xiao Bu. Situasi yang dihadapinya mirip dengan situasi Xiao Bu dalam permainan. Bocah itu tidak sadarkan diri, dan tidak ada yang tahu apakah ia adalah anak arwah wanita yang mengenakan jas hujan merah. Jika ia menyerahkan anak laki-laki ini pada wanita yang mengenakan jas hujan, wanita itu tidak akan menolaknya dan mungkin akan memperlakukan anak laki-laki ini sebagai pengganti anaknya.     

Menyentuh wajah bocah itu, Chen Ge bertanya pada wanita di luar, "Apakah dia anakmu?"     

Tatapan wanita itu melembut. Ia tidak menjawab pertanyaan Chen Ge, namun maju selangkah.     

"Sepertinya dia bukan anakmu." Chen Ge menatap wanita itu. Seorang ibu yang berdiri di tengah hujan lebat untuk menunggu anaknya pasti tidak akan bersikap tenang jika anaknya yang hilang ditemukan. Chen Ge mundur satu langkah, dan menempatkan anak itu di atas kursi di sampingnya.     

Ketika wanita yang mengenakan jas hujan merah melihat tindakannya, mulutnya yang dijahit dengan benang merah mulai mengeluarkan suara geraman. Kelembutan di matanya menghilang seketika, dan darah mengalir keluar dari matanya. Ia tampak sangat menakutkan.     

"Aku hanya berjanji untuk membantumu menemukan anakmu. Aku tidak mengatakan aku akan memberimu anak orang lain." Jika mengalami kejadian ini satu bulan yang lalu, Chen Ge pasti tidak akan cukup berani untuk mengusir Arwah Merah, namun semuanya berbeda sekarang. Ia berada di atas bus berhantu dan ia bersama Xu Yin. Meskipun Zhang Ya terluka, ia tidak tertidur dan bisa dipanggil kapan saja.     

"Kau tidak terlihat sebahagia itu." Chen Ge memegang palu sambil menatap wanita yang mengenakan jas hujan merah dari atas ke bawah. "Aku penasaran karena kau tahu anakmu mungkin berada di dalam bus, lalu kenapa kau tidak kemari untuk memeriksanya sendiri? Apa yang kau takutkan?"     

Bibir yang tertutup dengan benang merah itu tidak bisa bicara. Bibirnya bergerak, dan darah mulai berputar. Ia terlihat gelisah. Chen Ge bisa melihat rasa sakit dan amarahnya.     

"Kau berdiri di halte untuk mencari anakmu, jadi apakah kau terpisah darinya di halte? Tubuhmu terluka. Setelah kehilangan anakmu, apa yang terjadi padamu ketika kau mencarinya?"     

Kata-kata Chen Ge mengingatkan wanita itu tentang masa lalunya, dan gambaran menyakitkan terlintas di benaknya. Hujan membasahi tubuhnya, dan tetesan hujan berubah menjadi darah ketika jatuh membasahi tanah. Di tengah hujan, wanita tersebut berdiri sendirian di halte bus, dan darah menggenang di sekitarnya.     

Pembuluh darah gelap muncul di wajah pucatnya. Ia pun mendongak. Ia ingin membuka mulutnya, dan benang di bibirnya perlahan ditarik kencang. Wajahnya terkoyak karenanya. Ia melangkah menuju Chen Ge. Berdiri di pintu, Chen Ge berdiri di depan si anak laki-laki, dan menatap wanita itu dalam diam. "Kau takut. Aku bisa melihat ketakutan di hatimu. Bukannya kau tidak ingin menaiki bus ini, tapi takut melakukannya. Kau takut dengan pemilik bus yang sebenarnya, kan?"     

Seorang manusia hidup berbicara dengan Arwah Merah dengan tenang tentang ketakutan di hati Arwah Merah tersebut. Ini adalah hal yang sangat menakutkan bagi penumpang lain. Wanita itu akhirnya berhenti di depan pintu. Ia tahu bahwa bus tersebut memang milik makhluk lain, dan melangkah ke atasnya akan menjadi pelanggaran bagi aturan si pemilik bus.     

"Anakmu menghilang di dalam bus ini, tapi karena suatu alasan, kau bahkan tidak berani melangkah ke dalamnya. Bagaimana kau berharap dapat menemukan anakmu seperti ini?" dengan penumpang lain yang mengawasinya, Chen Ge mengulurkan tangannya ke arah wanita itu. "Ayo, kita akan mencari anakmu bersama."     

Darah membasahi tempat wanita itu berdiri. Ia berhenti di pintu, dan ekspresinya terlihat ragu-ragu. Ia adalah Arwah Merah di Jiujiang Timur. Jika naik ke atas bus, ia akan melanggar kontrak yang ia miliki dengan makhluk lain, dan mereka akan berakhir dalam situasi yang berlawanan. Chen Ge bisa melihat kecemasan dan rasa sakit pada Arwah Merah di hadapannya. Ia maju selangkah dan meletakkan tangannya dengan ringan pada pundak si wanita.     

Hujan membasahi pakaiannya, namun ia mengabaikannya. Ia menatap langsung ke arah mata wanita itu. "Berhentilah ragu-ragu. Aku yakin ketika anakmu terbangun dari mimpi buruknya, orang pertama yang ingin ditemuinya adalah dirimu."     

Pengemudi itu menatap pintu belakang melalui kaca spion. Hatinya berdebar kencang saat ia menyaksikan interaksi antara Chen Ge dan Arwah Merah. Kakinya bergerak di atas pedal gas. Jika mereka berkelahi atau Chen Ge meninggalkan bus, ia akan segera meninggalkan tempat. Namun, yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar dugaannya.     

Arwah Merah yang kehilangan kendali mulai tenang. Ia mengangkat satu tangan kemudian mengulurkannya ke dalam bus, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Arwah Merah hanya melihat di luar bus, dan belum pernah menyentuh bus sebelumnya.     

"Satu lagi akan naik?" jakun si pengemudi bergetar. Ia tiba-tiba menyadari bahwa nyawa semua penumpang berada di pundaknya, dan tekanannya menjadi sangat besar.     

Di bawah bujukan Chen Ge, wanita itu akhirnya membuat keputusan, namun tepat ketika tangannya hendak mencapai bus, suara anak-anak yang menangis terdengar dari kedua sisi jalan. Mendengar suara ini, si wanita sepertinya teringat akan sesuatu yang sangat menakutkan. Tangan yang sebelumnya diulurkan pun kembali ditarik. Mata berdarahnya menatap Chen Ge. Ia berhenti selama beberapa detik sebelum berbalik dan meninggalkan halte bus.     

"Apa yang terjadi?"     

Pintu tertutup, dan bus kembali bergerak. Chen Ge melihat halte bus yang kosong dan merasa sangat bingung.     

Ia berjalan ke kursi pengemudi sambil menyeret palu. Sebelum ia mengatakan sesuatu, si pengemudi dengan cepat berkata, "Aku tidak tahu apa-apa, aku hanya pengemudi biasa. Aku bersumpah!"     

Karena si pengemudi berkata demikian, Chen Ge tidak memberinya lebih banyak masalah. Ia kembali memasukan palu ke dalam tasnya. Ia menggendong bocah itu dan duduk di sebelah sang dokter.     

Ya, setidaknya hubungannya dengan wanita yang mengenakan jas hujan merah telah membaik.     

Chen Ge berbalik dan melihat dokter yang memandangi ranselnya dengan ketakutan, seolah-olah ia belum pulih dari hal-hal yang terjadi sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.