Teror Rumah Hantu

Menuai Apa yang Kau Tabur



Menuai Apa yang Kau Tabur

0"Itu bisa dilakukan, tapi kami memiliki prosedur yang harus dipatuhi." Kapten Yan mengambil catatan yang dibuat Lee Zheng. "Dalam perjalanan kemari, aku memasuki jaringan server untuk melihat file kasus yang kau sebutkan, dan kasus itu memang memiliki banyak celah."     

"Ada banyak hal yang berhubungan kasus ini, dan aku khawatir ini terkait dengan komplotan besar penculikan anak. Itulah sebabnya aku sangat khawatir." Chen Ge bergegas mengucapkan kata-katanya, namun ia tidak mengungkapkan semua yang ia tahu.     

"Karena kasusnya sangat besar, kita harus berhati-hati." Kapten Yan melihat catatan, jari-jarinya mengetuk meja tanpa sadar. "Situasi dalam kasus ini mirip dengan apa yang kau gambarkan, tetapi ada sesuatu yang membuatku bingung. Ketika si pembunuh dilemparkan ke depan pintu stasiun kepolisian, dia sepenuhnya tidak sadar, dan dokter mengatakan bahwa dia menderita trauma mental yang hebat..."     

Chen Ge menyadari apa yang dihadapi kapten Yan, dan ia menekankan dengan tegas, "Mungkin dia merasa trauma karena rasa bersalah yang melahapnya karena menculik anak-anak."     

"Kedengarannya dia sudah setengah gila ketika kau menangkapnya," Kapten Yan menambahkan pengamatan ini pada catatan.     

"Tidak peduli siapapun yang menanyakannya, jawabanku tidak akan berubah karena itulah kebenarannya." Reaksi Chen Ge adalah fakta, dan ia tahu apa yang dimaksud kapten Yan.     

Kapten Yan mengangguk, kemudian menyimpan catatan tertulis Chen Ge dan memberikannya kepada Lee Zheng. "Bawa ini. Aku akan menelepon lagi."     

Mengambil ponselnya, kapten Yan meninggalkan kantor untuk melakukan beberapa panggilan.     

"Jahe tua adalah yang paling pedas[1][1]." Chen Ge menatap kapten Yan, dan menyadari sesuatu. Ketika berurusan dengan petugas lain seperti Lee Sanbao atau Lee Zheng dan ketika menghadapi sesuatu yang tidak pasti, mereka akan mengatakan bahwa mereka harus menunggu perintah dari atas. Namun, kapten Yan tidak pernah mengatakan sesuatu seperti itu.     

Tiga menit kemudian, kapten Yan membuka pintu. "Lee Zheng, pergi dan bawa mobilnya. Kita akan pergi bersama Chen Ge."     

"Baik." Segalanya menjadi lebih lancar dari yang diperkirakan Chen Ge. Pada pukul 8:30 malam, mereka tiba di penjara Jiujiang Timur. Setelah menunjukkan dokumen yang diperlukan, mereka dipimpin oleh seorang petugas ke sel tahanan.     

"Ma Fu sementara waktu berada di sel karantina yang terisolasi. Dia setengah bodoh dan setengah gila, mungkin dia sadar dia akan segera dihukum mati." Petugas itu juga tahu mengapa Ma Fu dikirim ke sana, jadi ia tidak merasa iba pada orang aneh sepertinya. "Berhati-hatilah dengan keselamatanmu selama interogasi. Orang-orang yang akan mati sepertinya tidak memiliki apapun untuk disesalkan."     

Beberapa orang terlihat sedang berbicara di luar sel tahanan. Ma Fu mungkin mendengar mereka karena suara langkah kaki terdengar dari ruangan, kemudian terdengar suara pintu. "Tolong aku! Biarkan aku keluar! Mereka telah kembali! Hantu! Ada hantu di sel ini!"     

Suara tersebut terdengar seperti suara seorang pria paruh baya, dan kalimatnya tidak dapat dimengerti.     

"Kau akan terbiasa. Ketika pertama kali dikirim kemari, dia bahkan tidak berani menggunakan selimut dan mengenakan pakaian. Setiap malam, dia akan bersandar di dinding dan tertidur dengan telanjang." Petugas pun mengerutkan kening saat mengingat kejadian itu.     

"Tidak berani menggunakan selimut, takut memakai pakaian?" ini adalah pertama kalinya Lee Zheng mendengar sesuatu sedemikian rupa, dan ia tanpa sadar menoleh ke arah Chen Ge. Chen Ge menggeleng diam-diam meskipun tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ma Fu. Malam itu, setelah Chen Ge menemukan Ma Fu, arwah ponsel menggunakan kekuatannya pada Ma Fu untuk memperkuat ketakutan terdalam di hati pria tersebut.     

Di tengah malam, Ma Fu, yang tertidur di tempat tidur, merasakan sesuatu bergerak di bawah selimut. Dalam keadaan setengah tertidur, ia melihat ke bawah selimut dan menemukan seorang anak yang pucat sedang menatapnya. Ia segera bangun dan menarik kembali selimutnya. Tempat tidurnya dikelilingi oleh anak-anak yang semuanya adalah korbannya sebelumnya.     

Banyak wajah dan banyak tangan terulur ke arahnya dan merangkak di bawah kulitnya. Segera setelahnya, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan wajah anak-anak. Jeritan menggema sepanjang malam. Mereka yang pernah disakitinya akhirnya kembali.     

"Berhentilah membuat banyak keributan! Mundur!" teriak petugas ke dalam sel. "Kau mungkin ingin menjauh terlebih dahulu. Kami akan menangkapnya untukmu."     

Tiga petugas berdiri di samping pintu untuk mencegah kemungkinan sesuatu yang buruk terjadi.     

"Tolong, biarkan aku keluar! Aku mohon! Biarkan aku keluar! Ada hantu! Ada hantu di sel ini!" pria paruh baya itu terus menggunakan kepala dan tangannya untuk membentur dinding. Pikirannya benar-benar hancur.     

"Apa gunanya mengetahui rasa takut sekarang? Kenapa kau tidak memikirkannya ketika melakukan kejahatan?" petugas menahan tinjunya, mengingat ada orang luar yang hadir. "Kenapa kau tidak menunggu di luar? Aku akan meminta beberapa petugas untuk memindahkannya ke ruang interogasi sebentar lagi."     

"Kalian memiliki ruang interogasi di sini?" ini adalah pertama kalinya Chen Ge berbicara sejak memasuki penjara.     

"Dia adalah?" petugas tidak memiliki ingatan tentang Chen Ge. Perintah yang ia terima adalah untuk membantu polisi kota sebaik mungkin.     

"Namaku Chen Ge." Mengabaikan sang petugas, Chen Ge berjalan ke arah pintu dan melihat ke dalam sel melalui jendela baja di pintu. Kedua pupilnya menyipit, dan dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh orang-orang di sekitarnya, ia berkata, "Jadi, namamu adalah Ma Fu."     

Si pria paruh baya tiba-tiba berhenti bergerak ketika mendengar suara Chen Ge. Ia perlahan mendongak, dan ketika matanya menemukan sosok Chen Ge, ia berteriak dan terhuyung mundur beberapa langkah.     

"Hantu! Hantu!" matanya dipenuhi teror. Bibirnya bergetar, dan ia mengulangi kata yang sama.     

Tindakannya mengejutkan semua orang yang hadir. Hanya satu tatapan berhasil menakuti pria itu hingga seperti ini. Siapa pemuda ini?     

"Tolong buka pintunya, aku ingin berbicara sebentar dengannya." Kata Chen Ge sambil berdiri di pintu. Petugas tersebut terlihat ragu-ragu, takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Ia khawatir Ma Fu akan mati karena ketakutan di dalam penjara sebelum hukumannya tiba. Pintu terbuka, dan ketiga petugas bergegas ke dalam ruangan untuk menangkap Ma Fu.     

"Ajukan pertanyaanmu. Kau hanya punya dua puluh menit." Salah satu petugas berdiri di antara Chen Ge dan Ma Fu. "Jaga jarak. Di sini sudah cukup bagus."     

"Oke." Chen Ge mengetahui lebih banyak informasi dari Fan Chong, Ma Fu mungkin pernah melihat dalang di balik semuanya di Jiujiang Timur. "Apakah kau menculik seorang anak laki-laki bernama Tong Tong beberapa tahun yang lalu?"     

"Aku tidak ingat." Ma Fu menggigil. Ia tidak terlihat berbohong.     

"Lalu, bisakah kau mengingat pernah membunuh seorang anak laki-laki dan mendorongnya ke dalam tangki air? Kau kemudian menggunakan batu besar untuk menutup tutupnya, kan?" Chen Ge berbicara perlahan. Kata-katanya seperti gergaji tajam, memotong benang kewarasan Ma Fu.     

"Aku ingat ..." Ekspresi Ma Fu bertentangan.     

"Katakan, siapa yang membeli bocah ini darimu? Ceritakan semua yang kau ketahui tentang orang ini!"     

[1] Semakin tua seseorang, orang tersebut akan menjadi semakin bijaksana; Orang yang semakin berpengalaman seiring dengan bertambahnya usia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.