Teror Rumah Hantu

Apa Kau di Sana? [2 in 1]



Apa Kau di Sana? [2 in 1]

0Setelah memperbaiki pintu dan kuncinya, Chen Ge dan Xiao Gu menyeret anggota perkumpulan cerita hantu kembali ke lantai satu dan mengunci mereka di dalam ruang ganti.     

"Bos, apa kau yakin ini aman?" Xiao Gu menggoyangkan kunci pintu. "Maksudku, apa kau tidak ingin aku mengambil beberapa tali untuk mengikat mereka?"     

Chen Ge bisa melihat peningkatan pada Gu Feiyu. Ia melepas pakaian yang dikenakannya dan menyerahkannya kepada Xiao Gu. "Tidak perlu. Pakai ini dan kembali ke lantai tiga. Para pengunjung sudah menunggu."     

"Tidak masalah, serahkan padaku." Kali ini, Xiao Gu mengenakan jubah Doctor Skull-cracker tanpa ragu. Bahkan, ia terlihat sangat antusias. Sikapnya membuat Chen Ge bertanya-tanya apakah ia telah dirasuki oleh monster perkumpulan cerita hantu. Bagaimanapun juga, ia terlihat sangat berbeda dari pagi ini.     

"Aneh, ketika kau memasuki rumah hantu sebelumnya, aku merasa seperti aku memintamu untuk berjalan menuju kematianmu. Kenapa kau tiba-tiba berubah?"     

"Berubah?" Xiao Gu menggaruk kepala karena malu. Mengenakan pakaian Doctor Skull-cracker, dan melihatnya bertingkah seperti itu membuat Chen Ge merasa aneh. "Sebenarnya, kupikir rumah hantumu hanya bertujuan untuk menakut-nakuti orang sampai benar-benar ketakutan. Aku tidak terlalu suka menghasilkan uang dengan cara seperti ini. Tapi, setelah melihatmu memperbaiki hubungan pasangan tadi, tiba-tiba aku merasa rumah hantu kita cukup hangat."     

"Sepertinya kau telah salah paham tentang rumah hantu kita. Ketakutan dapat membantu orang menghilangkan sandiwara mereka setiap hari. Di sini, kau tidak perlu memikirkan segala tindakanmu atau berpura-pura di depan orang lain. Kau hanya perlu fokus untuk menjerit," Kata Chen Ge serius. "Kehidupan yang serba cepat artinya banyak tekanan sehari-hari. Di kota ini, harus ada lokasi dimana orang dapat melampiaskan tekanan mereka tanpa rasa takut. Kau berasumsi kita menghasilkan uang dengan menakuti mereka, namun sebenarnya, kita ada di sini untuk menambahkan sedikit warna pada kehidupan duniawi mereka."     

Menepuk bahu Gu Feiyu, senyum sehangat matahari muncul di wajah Chen Ge. "Cobalah yang terbaik untuk menakuti para pengunjung. Pasangan sebelumnya adalah contoh yang sempurna. Kita sering melupakan hal-hal yang kita miliki, jadi hanya dalam keputusasaan terdalamlah kita akan teringat tentang hal yang paling penting dalam hidup kita."     

"Kau benar!" setelah mendengarkan apa yang dikatakan Chen Ge, Gu Feiyu mengangguk kuat beberapa kali. Ia tiba-tiba merasa bahwa pekerjaannya cukup mulia. "Aku akan berusaha yang terbaik untuk melakukan pekerjaanku!"     

"Semoga berhasil." Melihat betapa bersemangatnya Gu Feiyu, Chen Ge merasa terhibur. "Itulah yang harus kau lakukan. Ngomong-ngomong, kau sebaiknya mengatur nomor ponselku sebagai panggilan cepat nomor satu di ponselmu. Jika kau menemukan sesuatu yang tidak bisa kau selesaikan di dalam rumah hantu, segera hubungi aku."     

"Baiklah." Pasangan yang berdebat tadi hanyalah selingan bagi Chen Ge, jadi ia benar-benar tidak menduga insiden tersebut yang akan membantunya mendapatkan persetujuan Gu Feiyu. Tentu saja, itulah rumah hantu yang dibangun bos Chen-nya dalam benaknya.     

Membuka tirai tebal, ia berjalan keluar dari rumah hantu. Tenda istirahat dipenuhi dengan pengunjung yang menunggu giliran. Efek promosi jauh lebih baik dari dugaannya. Banyak pengunjung yang tidak sabar pun mencoba atraksi lain. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, kerumunan ramai terlihat di taman. Meskipun kerumunan ini tidak dapat menyaingi saat taman New Century berada di puncaknya, perkembangannya cukup baik untuk membuat pekerja taman bersukacita. Mereka akhirnya melakukan sesuatu dan menjadi sibuk. Taman hiburan yang telah berdiri selama hampir satu dekade akhirnya kembali hidup.     

Setelah kehilangan dua anggota, perkumpulan cerita hantu berhenti menguji Chen Ge. Mungkin mereka merasakan masalahnya. Jika terus menguji rumah hantu Chen Ge seperti ini, perkumpulan itu akan kehabisan anggota dalam beberapa hari. Kerumunan masih ramai di luar rumah hantu saat pukul 6:30 sore. Namun, untuk alasan keamanan, Chen Ge berhenti menerima pengunjung. Para pekerja mulai membersihkan taman, dan para pengunjung mulai meninggalkan taman sekitar jam 7 malam.     

Jumlah pengunjung telah memecahkan rekor taman New Century dalam enam bulan terakhir. Saat makan siang, paman Xu dipanggil oleh direktur Luo. Mereka sepertinya sedang mendiskusikan tahap selanjutnya dari rencana promosi. "Terima kasih atas bantuanmu hari ini!"     

Setelah menutup gerbang, Chen Ge menghitung penghasilannya. Menggabungkan pembayaran online dan tunai, ia menghasilkan hampir 15.000. Jumlahnya lebih kecil dari dugaannya. Alasan utamanya adalah demi keselamatan pengunjung, Chen Ge membatasi jumlah pengunjung yang bisa mengunjungi rumah hantu secara bersamaan. Skenario Minghun hanya dapat dimasuki 4 pengunjung paling banyak, dan jumlah pengunjung terbanyak yang bisa memasuki untuk skenario Pembunuhan Tengah Malam adalah tujuh. Karena permintaan yang tinggi untuk SMA Mu Yang, ia menaikkan batas pengunjungnya menjadi dua belas orang. Dua skenario pertama memakan waktu sekitar dua puluh menit untuk setiap kunjungan, namun SMA Mu Yang cukup besar sehingga kunjungan normal untuk dua belas pengunjung akan berlangsung selama empat puluh menit.     

Tingkat penghasilan uang memang rendah, namun reputasi baik tempat itu terus meningkat. Semakin banyak orang secara aktif membantu Chen Ge mempromosikan rumah hantu, baik secara langsung dengan mengatakan pada kenalan mereka atau melalui media sosial.     

Ini adalah siklus positif. Karena keterbatasan skenario, jumlah pengunjung rumah hantu biasa akan berkurang setelah mereka merasa bosan. Tapi, karena rumah hantu Chen Ge dibagi dalam beberapa tingkatan, selama ia dapat menyediakan skenario yang lebih baru dan lebih menakutkan, jumlah pengunjungnya akan terus meningkat. Baginya, nama baik dan reputasi jauh lebih penting daripada manfaat sementara.     

Setelah seharian beroperasi, hanya satu kelompok yang berhasil menemukan delapan belas tanda pengenal. Kelompok itu termasuk mahasiswa lain dari Universitas Kedokteran Jiujiang Barat yang datang bersama Yang Chen dan pengunjung lain yang pernah mencoba skenario tersebut sebelumnya. Chen Ge bertanya kepada mereka apakah mereka akan mencoba skenario lain, dan anggota kelompok mereka yang tampak benar-benar kelelahan dengan sangat keras menolak tawaran tersebut.     

Pekerjaan hari itu akhirnya berakhir. Setelah Xu Wan dan Xiao Gu pergi, Chen Ge menggunakan ponselnya untuk mentransfer sejumlah uang bonus pada rekening mereka. Setelah berurusan dengan semua tugas lain, ia membuka pintu menuju ruang ganti. Wei Wu dan Kong Xiangming terlihat sudah bangun.     

Namun, karena monster yang merasuki mereka telah menghilang, pikiran mereka tampaknya sangat terganggu. Mereka tampak bodoh seperti tidak bisa mengingat apapun. Chen Ge membawa mereka keluar dari rumah hantu dan secara pribadi membawa mereka ke kantor polisi untuk menemui kapten Yan.     

...     

Xiao Gu berjalan tanpa tujuan sambil terus menyentuh wajahnya. Setelah memakai topeng kulit sepanjang hari, ia merasa seperti sesuatu masih menempel di wajahnya bahkan setelah melepasnya.     

Dimana aku tidur malam ini? Setelah berdebat dengan manajer Huang, sepertinya bukan ide yang baik untuk kembali ke asrama keamanan. Kak Chen sudah banyak membantuku. Meminta bayaran lebih awal terlalu sulit untuk dilakukan.     

Ia memasukkan tangan ke dalam saku. Saat ia sedang mencari solusi terbaik, pesan dari bank muncul di ponselnya.     

Kak Chen memberiku bonus? Tapi, ini baru hari pertamaku.     

Xiao Gu melihat pesan yang menyatakan bahwa uang sejumlah 800 telah memasuki akunnya. Uang itu sudah cukup untuk menyewa kamar yang nyaman di Jiujiang Barat. Membandingkan pengalamannya sebagai petugas keamanan, Xiao Gu merasa tersentuh. Bos Chen adalah pria yang sangat baik!     

Setelah mengantongi ponsel, Xiao Gu segera menuju asrama keamanan apartemen Fang Hwa. Ia akan kembali mengemasi barang-barangnya dan mencari tempat tinggalnya sendiri besok. Ia tiba di tempat tujuan sekitar jam 8 malam. Ketika masuk, ia melihat manajer Huang berdiri di sana dengan ekspresi suram.     

"Kemana saja kau?" ia mengenakan setelan jas rapi, dan sepatu suedenya berkilau bersih. Manajer Huang sepertinya selalu ingin menggerutu saat melihat Gu Feiyu.     

"Aku mencarimu. Aku sudah menemukan pekerjaan baru, jadi aku akan pindah dari sini besok." Gu Feiyu adalah orang yang selalu berterus terang, jadi ia mengatakan segala yang ada dalam pikirannya pada pria itu. Pak Wong yang berada di dalam kamar dengan cepat bergegas keluar untuk menarik lengan baju Gu Feiyu. Ia menunduk untuk meminta maaf kepada manajer Huang. "Tolong jangan pedulikan perkataannya. Xiao Gu terlalu muda untuk memikirkan kata-katanya."     

Ia kemudian berbalik untuk menatap Gu Feiyu, "Kenapa kau tidak bisa mengontrol emosimu?"     

"Dia tidak perlu berubah. Lagi pula, tempat ini terlalu kecil untuk kepribadian sebesar miliknya." Manajer Huang meletakkan selembar kertas yang dipegangnya di atas meja. "Bahkan, jika kau tidak berencana untuk berhenti, aku tidak akan membiarkanmu tetap berada di sini. Isi formulir ini, dan aku tidak ingin melihatmu di sini lagi besok."     

Mendorong pak Wong ke samping, manajer Huang berjalan ke pintu dan berhenti. "Satu hal lagi. Pak Wong, anak itu datang atas rekomendasimu, jadi uang untuk membayar kerusakan yang telah dia lakukan dan biaya pengobatannya akan diambil dari gajimu."     

"Apa hubungannya ini dengan Paman Wong? Ambil saja dari gajiku." Xiao Gu berusaha menenangkan dirinya.     

"Gajimu? Ketika kau datang, semuanya sudah tertulis dengan jelas dalam kontrak. Kau harus bekerja selama sebulan penuh untuk mendapatkan gaji. Sekarang, kau berhenti dalam waktu kurang dari sebulan. Apa kau benar-benar berpikir kontrak itu hanya selembar kertas? Pikirkan tentang berapa banyak masalah yang kau sebabkan untukku meskipun kau baru berada di sini kurang dari sebulan." Manajer Huang lalu berjalan pergi tanpa berbalik. "Kau mau bicara denganku tentang gaji? Bermimpilah!"     

Gu Feiyu ingin maju ke depan dan meninju pria itu hingga babak belur, namun ia dihentikan oleh pak Wong. "Xiao Gu, jangan bertindak gegabah. Tenanglah."     

"Paman, aku tidak keberatan jika dia tidak memberiku gajiku, tapi aku tidak bisa bersikap tenang jika dia mengambil biaya itu dari gajimu!"     

"Berapa umurmu? Kenapa kau masih bertindak gegabah seperti ini?" pak Wong meminta Gu Feiyu untuk duduk, sementara ia berjalan untuk menutup pintu kamar. "Tidak mudah mencari pekerjaan akhir-akhir ini. Katakan pekerjaan baru apa yang kau temukan. Jika pekerjaannya bagus, aku juga ingin membantu."     

Pak Wong mengkhawatirkan Gu Feiyu. Ia takut pemuda itu mungkin telah ditipu, jadi ia sedikit bertele-tele untuk bertanya tentang situasinya. Penyebutan pekerjaan barunya memang membuat Gu Feiyu sedikit lebih tenang. "Sekarang aku bekerja di rumah hantu, dan tugasku adalah menakut-nakuti orang. Bosnya sangat baik. Ini hari pertamaku bekerja, tapi dia sudah memberiku bonus."     

"Benarkah?" pak Wong masih sedikit curiga. "Kau terlalu mudah percaya. Sebaiknya kau bersikap waspada bahkan jika kau bekerja untuk orang lain. Jangan membuat masalah dan kau harus berhati-hati pada penipu."     

"Aku akan baik-baik saja, Paman."     

Sang paman memberi banyak nasihat karena mengkhawatirkan pemuda itu. Ia mengenakan seragam keamanannya ketika jam menunjukan sekitar 8:30 malam dan bersiap untuk pergi.     

"Paman, aku ingat kau punya jam kerja pagi hari ini, kan? Kau mau kemana selarut ini?"     

"Setelah pembunuhnya ditemukan di tempat ini, semua orang cukup gelisah, dan harus ada lebih dari satu orang untuk shift malam."     

"Bagaimana kalau aku menggantikanmu semalam?" Xiao Gu merasa bersalah. Jika bukan karenanya, upah pak Wong tidak akan berkurang.     

"Kau beristirahat saja dengan baik agar kau bisa mendapatkan energi untuk bekerja besok pagi." Pak Wong keluar kamar dengan cangkir termosnya. Ia berjalan keluar melalui pintu sebelum berbalik. "Jika kau tidak menyukai pekerjaan barumu, telepon saja aku. Aku masih memiliki beberapa koneksi di sini."     

"Jangan khawatir. Walaupun melelahkan, pekerjaan itu masih jauh lebih baik daripada menjadi petugas keamanan."     

"Kau anak nakal." Pak Wong menggeleng dan keluar dari kamar.     

Ia berjalan perlahan ke arah pintu belakang apartemen Fang Hwa. Setelah mengobrol dengan penjaga yang shiftnya ia ambil, ia berdiri di pos jaga sendirian. Ada dua penjaga untuk jam malam. Seseorang akan menjaga pintu depan, dan yang lain akan menjaga pintu belakang. Jadi, mereka tidak akan saling bertemu.     

Malam semakin larut dan pintu belakang yang biasanya sepi menjadi semakin sepi. Karena seorang pembunuh baru saja menyelinap ke daerah perumahan, pak Wong tidak berani lengah. Ia duduk di samping jendela dan terus mengangkat kepala untuk memeriksa pintu belakang. Setelah seharian bekerja, ditambah dengan usia lanjutnya, ia segera tertidur di atas meja.     

Sekitar jam 11 malam, ponsel di mejanya tiba-tiba berdering dan membangunkannya. Ia melihat sekeliling ruangan dengan waspada sambil memegang tongkat polisi tiruan. Tidak ada seorang pun di bawah lampu jalan yang redup.     

Fiuh, itu menakutiku.     

Ia membuka cangkir termos untuk menyesap isinya. Ia melihat ponsel dan menemukan pesan pada WeChat-nya.     

"Apa kau di sana?"     

Ia terlalu tua untuk menggunakan banyak media sosial, jadi ia sedikit bingung. Siapa yang mengirim pesan ini?     

Profil akunnya bersifat pribadi, sehingga hanya temannya yang bisa melihat. Pak Wong melihat nama dan gambar profil orang itu, namun ia benar-benar tidak ingat pernah menambahkannya sebagai temannya. Selain keluarga dan kerabat, satu-satunya orang yang tahu WeChat-ku adalah penghuni apartemen.     

Sambil memegang ponsel, pak Wong berpikir lama, namun ia tetap tidak dapat mengingatnya. Namun, untuk beberapa alasan, orang itu memang tampak akrab. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Ia berpikir untuk membalas dengan pesan suara, namun mengingat hari sudah larut malam, ia takut akan bersikap tidak sopan. Jadi, ia menggunakan jari-jarinya untuk mengetik pesan secara perlahan. "Ya, ada yang bisa kubantu?"     

Beberapa detik kemudian, jawabannya datang.     

"Aku seorang penghuni di lantai 23 gedung ketiga. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga di sampingku, tetapi anak-anak di ruangan itu terus menangis dan aku tidak dapat mendengar suara orang dewasa. Cepat panggil seseorang untuk memeriksanya"     

Suara tangisan anak-anak? Gedung ketiga lantai 23? Pak Wong melihat pesan itu dan mengira pesan tersebut dikirimkan seorang penyewa. Lagipula, hal serupa pernah terjadi sebelumnya.     

"Baiklah, aku akan datang sebentar lagi." Untuk berjaga-jaga, ia mengirim pesan kepada penjaga yang menjaga pos di pintu depan. Kemudian, ia menelpon manajer Huang, namun panggilannya tidak diangkat.     

Mengapa gedung ketiga lagi? Banyak hal yang terjadi di sini.     

Pak Wong mengambil tongkatnya dan berlari ke gedung ketiga. Ia telah mendengar desas-desus tentang lift di gedung ketiga, namun sang penyewa tinggal di lantai 23, dan ia akan sangat lambat jika menggunakan tangga dalam keadaan keadaan darurat.     

Aku harus menunggu Pak Wei sebelum masuk ke dalam lift. Pak Wong menunggu di lobi, namun ponselnya kembali berdering.     

"Apa kau di sana?"     

"Ya."     

"Tangisan anak-anak ini semakin keras. Ada yang aneh! Dimana kalian?"     

Membaca pesan di ponselnya, pak Wong menekan tombol pada lift. Yang mengejutkannya, lift sudah berada di lantai pertama. "Kami sedang menuju ke sana, jangan khawatir."     

Saat pintu abu-abu keperakan lift perlahan menutup, jantung pak Wong mulai berdetak kencang. Lingkungan klaustrofobik[1][1] membuat napasnya menjadi sedikit tidak beraturan. Nomor pada lift pun segera berubah menjadi 23, dan pintu lift mulai terbuka. Koridor yang gelap itu sangat sepi, dan ia keluar dari lift dengan waspada. Ia menyalakan senter, namun, cahaya senter tidak memberinya rasa aman yang diinginkannya. Ia hanya semakin merasa tidak nyaman.     

"Aku sudah berada di lantai 23. Bisakah kau memberiku nomor kamarmu?"     

"3239."     

Menarik napas dalam-dalam, pak Wong perlahan melangkah ke depan dalam kegelapan. Ia menggunakan senter untuk menyinari nomor kamar, dan rasanya ia sudah berjalan lama sebelum menemukan kamar 3239.     

Tidak ada suara tangisan?! Ia berdiri di depan pintu untuk waktu yang lama, dan kamar 3239 sangat sunyi. Tidak ada suara anak-anak. Apakah ini sebuah lelucon, atau apakah sesuatu yang buruk telah terjadi?     

Ia merasa tidak yakin. Ia mengeluarkan ponsel, siap bertanya kepada orang itu, namun orang itu malah mengirim pesan lain.     

"Apa kau di sana?"     

"Aku sudah berada di depan Kamar 3239, tapi tidak ada apa-apa di sini. Mungkinkah kau keliru?" karena terlalu lambat mengetik, pak Wong segera mengirim pesan suara. Tidak lama kemudian, suaranya yang direkamnya muncul di belakangnya.     

"Siapa disana?"     

Pak Wong perlahan berbalik. Pintu di seberang kamar 3239 sedikit terbuka, dan sosok pucat pasi sedang memegang ponsel sambil berjongkok di depan pintu.     

...     

Xiao Gu berencana untuk tidur pada pukul 11:15 malam itu ketika ponselnya bergetar. Ia segera menyalakan ponsel dan melihat bahwa pesan itu berasal dari pak Wong. Kontennya sederhana dan hanya berisi empat kata.     

"Apa kau di sana?"     

[1] Fobia ruang sempit     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.