Teror Rumah Hantu

Kita Semua Adalah Monster (1)



Kita Semua Adalah Monster (1)

0Setelah makan siang, Chen Ge kembali ke ruang istirahat staff. Ketika membuka pintu, ia melihat Xu Wan berjongkok di dekat pintu. "Apa yang sedang kau lakukan?"     

"Bos, sejak kapan kau memelihara kucing? Dia sangat cantik, tetapi dia tidak membiarkanku menyentuhnya!" Xu Wan menggerutu, "Aku hanya ingin memeluknya."     

"Jangan pedulikan sikapnya. Dia adalah kucing liar yang memusuhi manusia." Chen Ge memasuki ruangan dan meletakkan papan kembali. Ketika melihat Chen Ge, si kucing tidak mendesis marah, namun melompat menjauh seolah-olah tidak ingin dekat dengannya.     

"Lalu, kenapa kucing ini tidak memusuhimu?" Xu Wan bingung. Setiap kali ia mendekat, kucing itu seperti membencinya.     

"Mungkin dia tahu aku orang yang bisa dipercaya dan dermawan." Seraya duduk di tempat tidur, Chen Ge meregangkan otot-ototnya dengan malas. "Kau mau istirahat?"     

"Tidak apa-apa. Kau bisa tidur siang sebentar; aku akan membangunkanmu pukul 1:15 siang." Xu Wan menatap kucing putih dengan mata terpesona. "Ngomong-ngomong, siapa namanya?"     

"Aku sudah mencoba memberikannya banyak nama, tetapi dia tidak menyukai satupun nama yang kuberikan. Ketika aku memanggilnya White Tiger, dia seperti merespons, jadi aku berpikir untuk memanggilnya begitu mulai sekarang." Chen Ge memandangi kucing putih dan terlihat sedang berpikir dengan serius.     

"Kau ingin memanggil seekor kucing dengan panggilan White Tiger?" Xu Wan berpikir bahwa Chen Ge sedang bercanda, tetapi sang bos terlihat cukup serius ketika mengatakannya. "Yah, selama kau senang."     

Setelah Xu Wan pergi, Chen Ge terus mengamati kucing putih yang sedang berbaring di atas kursi. Kucing ini bisa melihat monster, dan bahkan arwah penuh kebencian seperti Xiaoxiao takut padanya. Jika ia bisa memanfaatkannya, kucing ini bisa menjadi senjata pamungkas yang berguna. Namun, ia memiliki kesadarannya sendiri dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuatnya patuh pada perintah Chen Ge. Setidaknya, setelah semalam berinteraksi dengannya, kucing tersebut tidak lagi memusuhi Chen Ge. Si kucing terlihat pintar; ia tahu siapa yang baik dan siapa yang jahat.     

"Anak-anak kucingmu tidak lagi bersama kita; bahkan jika kau terus menjaga mereka, tidak ada yang akan berubah." Chen Ge memikirkannya dan berdiri untuk mengambil keranjang berisi bangkai anak kucing. Kucing putih mengikutinya keluar dari rumah hantu dari belakangnya.     

Chen Ge menggunakan tangan untuk menggali lubang di sebelah pohon tinggi. Kemudian, ia menempatkan anak-anak kucing di dalamnya. Ia melakukannya sambil mengawasi kucing putih, khawatir kucing putih akan tiba-tiba mengamuk.     

"Aku mengerti rasa sakitmu dan tahu betapa pentingnya mereka bagimu, tapi kau harus mengerti ..." Chen Ge berjongkok di lantai dan perlahan mulai menutupi lubang dengan keempat anak kucing. "Mereka sudah mati, dan ketika ini terjadi, mereka akan dikembalikan ke alam. Hanya dengan mengubur mereka, jiwa mereka bisa kembali ke Siklus Besar."     

Ia tidak tahu apakah kucing putih di hadapannya memahaminya atau tidak, tetapi kucing putih terus mengawasi gundukan tanah. Saat menatap keempat anak kucing yang perlahan menghilang dari pandangannya, sepasang mata dengan warna berbeda sedikit bergerak. Namun, ia hanya diam, tidak menyerang Chen Ge ataupun kehilangan ketenangannya.     

Ketika Chen Ge menjatuhkan segenggam tanah terakhir, kucing putih tengah bersembunyi di dalam lubang pohon. Tidak peduli seberapa keras Chen Ge berusaha menarik perhatiannya, kucing putih sama sekali tidak merespons. Istirahat makan siang segera berakhir, dan para pengunjung kembali memenuhi taman. Saat itulah kucing putih mulai bergerak meninggalkan lubang di pohon, namun hewan tersebut hanya melompat lebih tinggi ke kanopi pohon.     

Chen Ge tidak bisa memaksa si kucing untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya. Jadi, setelah membersihkan diri dengan cepat, ia membuka rumah hantu untuk pengunjung.     

Dengan skenario bintang dua terbarunya, banyak pengunjung yang langsung kembali mengantri setelah mengunjungi skenario Pembunuhan Tengah Malam atau Minghun. Efek dari pembagian skenario ke dalam beberapa level perlahan mulai terlihat. Semakin besar rintangan yang ada membuat para pengunjung semakin ingin mencoba. Untuk para pencari sensasi, skenario yang tidak diketahui memiliki daya tarik yang tak tertandingi.     

Chen Ge sibuk sampai Taman New Century ditutup. Sebelum sempat beristirahat, ia mengikuti paman Xu ke ruangan penyimpanan taman untuk mengambil kamera pengawas. Ia mengatakan pada Xu Wan dan paman Xu untuk pulang terlebih dahulu sebelum memasuki Sekolah Menengah Mu Yang seorang diri dan memasang kamera di beberapa lokasi utama.     

Pemasangan kamera pengawas membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan Chen Ge. Ia akhirnya menyelesaikan tugas pada pukul 8 malam. Setelah mencuci muka, ia menelepon Dokter Gao dan Wang Hailong sebelum menuju Apartemen Hai Ming dengan taksi. Ketika ia tiba, Dokter Gao dan Wang Hailong sudah berada di sana.     

Dokter Gao yang tenang dan memiliki apresiasi serta pemahaman mendalam tentang psikologi dengan mudah mendapatkan kepercayaan kedua saudara Wang. Tanpa perkenalan dari Chen Ge, mereka sudah terlihat berbincang-bincang dengan akrab.     

"Ayahku dan Shenglong tinggal di lantai enam. Aku sudah memberitahu mereka tentang kunjungan kita tadi sore."     

Ketika ketiganya memasuki Apartemen Hai Ming, Chen Ge sedikit mengernyit. Bau busuk di sana telah kembali. Bau busuk tersebut terasa paling kuat ketika mereka melewati lantai tiga, tetapi yang lain seperti tidak menciumnya. Mereka bersikap normal, mendiskusikan kondisi Wang Shenglong.     

Sebenarnya, dimana sumber bau ini?     

Awalnya, Chen Ge mengira bau tersebut berasal dari kantong yang berisi bangkai hewan dari kamar 302, tetapi bangkai-bangkai di sana seharusnya sudah dimusnahkan sekarang. Jadi, bagaimana mungkin bau busuknya masih tercium?     

Ketika tiba di lantai atas, Wang Hailong mengetuk pintu Kamar 601. Seorang pria berusia lima puluhan segera membukanya. Ia memiliki rambut beruban dan kerutan dalam di wajahnya.     

"Ayah, ini adalah bos rumah hantu yang mengalami hal serupa dan ini adalah psikolog terbaik di Jiujiang."     

"Silakan masuk."     

Ruangan apartemen tidak dirancang untuk menampung banyak orang, dan tampak sedikit kecil dengan banyaknya berbagai barang sehari-hari di dalamnya.     

"Mereka sudah mengatakan padaku tentang maksud kedatanganmu. Shenglong ada di dalam kamar. Jika dapat menyembuhkan penyakitnya, kau tidak perlu khawatir tentang masalah keuanganmu di masa depan." Sang ayah tampak jauh lebih tua dari usianya yang sebenarnya.     

"Bisakah kita bertemu Shenglong?" Chen Ge berdiri di bagian paling belakang. Ketika pintu dibuka, bau busuk menusuk wajahnya seketika. Tetapi anehnya, tidak ada yang bereaksi pada bau ini. Tampaknya hanya dia seorang yang bisa menciumnya.     

"Oke, tapi kuharap kau telah siap secara mental." Kata Ayah Wang Shenglong sambil membuka pintu kamar.     

Bau busuk yang lebih kuat tercium dari dalam ruangan dan Chen Ge diam-diam menyentuh hidungnya. Bukan hanya baunya saja yang mengganggu, namun juga membuatnya merasa tidak nyaman. Ia secara naluriah ingin melarikan diri ketika mencium bau yang seperti memberinya pesan, 'Jangan mendekat, disini berbahaya.'     

Saat melihat melalui pintu kamar tidur, kamar kecil di sana tidak memiliki perabotan di dalamnya, hanya ada karpet tipis yang menutupi lantai dan beberapa bantal di sudut-sudut. Selain itu, hal yang paling menarik perhatian Chen Ge adalah seseorang yang duduk di tengah ruangan.     

Orang itu pendek, tingginya hanya sekitar 1,5 meter. Tubuhnya pun gemuk. Kakinya cacat karena tekanan dan ia lebih mirip bakso daripada manusia.     

Ketika melihat orang-orang berjalan masuk, ia menyeringai dengan ramah dan mengangkat tangan dengan susah payah, berusaha melambai pada mereka.     

Setiap kali seseorang bertemu Wang Shenglong untuk pertama kali, hati ayahnya terasa seperti ditebas dengan pisau. "Shenglong tidak tahu cara berbicara, namun kemampuan lainnya benar-benar normal. Kalian bisa bertanya tentang apapun dan dia akan menjawab dengan menulisnya di papan tulis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.