Teror Rumah Hantu

Merah Paling Terang



Merah Paling Terang

3Kehadiran yang dimilikinya benar-benar berbeda dari Arwah Merah Tingkat Tinggi lainnya. Ia memancarkan kejahatan ekstrem. Ketika tertuju padanya, mata seseorang secara alami akan tersedot dan kemudian perlahan-lahan terjatuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Ia berbahaya. semua orang yang melihatnya mengetahui hal ini. Tetapi, tidak ada yang memilih untuk lari, karena mereka kehilangan kendali atas tubuh mereka saat melihatnya.     

"Zhang Ya..." Duduk di tanah yang dingin di sekolah, dengan darah lengket di jari-jarinya, Chen Ge memiliki perasaan aneh di hati, seolah yang tercermin di matanya bukan Arwah Merah, melainkan gabungan dari emosi manusia. Di matanya, wanita itu tampak begitu nyata dan tidak bisa didekati. Tidak hanya Chen Ge, tiga Arwah Merah Tingkat Tinggi lainnya bereaksi dengan aneh. Mereka bereaksi secara tidak sadar, tidak seperti mereka telah menemukan arwah yang serupa dengan mereka, tapi seperti ikan yang hidup di air dangkal yang bertemu dengan binatang buas di kedalaman laut.     

"Aku teringat akan legenda di sekolah."     

"Di sini, ada nama yang tidak boleh disebutkan, dan segala sesuatu yang terkait dengannya adalah rahasia."     

"Ada yang mengatakan bahwa dia adalah pembuka pintu, dan beberapa mengatakan bahwa dia telah membunuh pembuka pintu."     

Si pelukis melihat lukisan terakhirnya. Bayangan kecil yang hilang terlihat di sana.     

"Aku sudah salah langkah. Lukisan ini seharusnya disimpan untuknya." Lengan hitam jatuh dari punggung si pelukis. Ia secara sukarela menyerah pada kesadaran sekolah.     

"Kau menyerah?" pria dalam kabut ingin menangis. Setengah dari tubuhnya telah berubah menjadi kabut. Ia telah mengorbankan banyak hal, tapi semuanya sia-sia.     

"Kesadaran sekolah juga merasa ketakutan. Jika tidak melepaskan diri dari kesadaran sekolah, aku juga akan terpengaruh." Suara si pelukis masih terdengar datar. Tidak ada yang bisa menebak pikirannya.     

"Terpengaruh? Bahkan Arwah Merah Tingkat Tinggi pun bisa merasakan ketakutan?"     

"Aku tidak tahu, dan aku tidak ingin tahu." Si pelukis yang terluka melihat ke arah pintu sekolah, "Dunia merah di balik pintu adalah jurang tak berujung. Kita tinggal di balik pintu. Aku selalu berpikir bahwa aku adalah bagian dari jurang yang tak berujung ini, tapi sekarang aku sadar, kita hanyalah pengamat jurang tak berujung."     

Darah hitam menetes dari tubuhnya. Untuk membunuh Kejahatan dan Kebaikan, si pelukis telah menggunakan kekuatan khususnya, dan ia telah menderita dosa yang telah terkumpul di balik pintu selama bertahun-tahun. Ia memandang wanita di balik pintu saat kukunya menggali kulitnya. "Kenapa kau harus kembali?"     

Pintu yang hampir pecah ditekan oleh wanita itu. Iblis berkepala tiga tampak menjadi hidup. Mata yang tersisa berwarna merah, dan belenggu keluar dari tubuhnya untuk melilit lengan wanita tersebut.     

"Ini adalah kesempatan kita!" pasien dalam kabut membuat seluruh tubuhnya menjadi kabut dan hanya kepalanya yang tersisa. Ia tahu bahwa ia hanya memiliki satu kesempatan, jadi ia tidak lagi menahan diri. Kabut di sekitar sekolah seolah mendidih, dan bahkan kabut di luar sekolah dipanggil olehnya. Pada saat yang sama, teriakan singkat datang dari dalam kota merah. Ekspresi pasien dalam kabut terlihat sedikit kaku. Ia menggertakkan gigi dan memaksa diri untuk tidak mendengarkan teriakan singkat itu.     

Dari tiga Arwah Merah Tingkat Tinggi, dua dari mereka bekerja sama untuk menyerang wanita itu. Namun, si pelukis berdiri sendirian di tengah-tengah sekolah. Jari-jarinya yang berlumuran darah terangkat. Ia ingin melukis, tapi ia tidak bisa menggerakkan lengan, "Kenapa kau kembali?!"     

Rambut hitam jatuh untuk memerlihatkan setengah dari wajah wanita itu. Mata hitam-kemerahannya sepertinya memantulkan bintang-bintang di lautan darah. Serangan Chang Wenyu dan pasien terarah padanya, tapi ia terus mengawasi si pelukis. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun ataupun bergerak. Ia hanya menatap si pelukis. Seolah lengan yang terangkat membatu; darah si pelukis menetes ke tanah sedikit demi sedikit. Bahkan ketika darahnya yang berharga menjadi sia-sia, ia tidak bereaksi, dan tidak melukis.     

Ketika darah terakhir turun, wajah si pelukis semakin pucat. Mata gelapnya dipenuhi dengan retakan, seperti bola kristal yang hancur. Angin berdarah mengeringkan darahnya. Bibir merah wanita itu melengkung membentuk senyum yang mengejutkan. Tangannya yang menekan pintu perlahan-lahan bergerak, dan kesadaran sekolah dan Chang Wenyu berteriak pada saat yang sama. Wanita tersebut tampaknya tidak mendengar mereka dan melangkah ke arah pintu yang mewakili Sekolah Alam Baka, menekannya ke tanah.     

"Pintunya adalah jalur yang menghubungkan dunia darah dan dunia nyata. Tidak ada yang berani menghinanya seperti ini. Kau... " Kepala yang bersembunyi di dalam kabut ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tidak bisa mengeluarkan suara, seolah sesuatu dimasukkan ke tenggorokannya. Ia menunduk dan menemukan sehelai rambut hitam bergerak melewati tatapannya. Ia berbalik dan melihat rambut hitam tak berujung keluar dari lehernya. Seolah-olah, rambutnya sendiri menjalari tubuhnya.     

"Mengabaikan kabut darah? Bagaimana dia menemukanku? Ini bukan sesuatu yang mungkin dilakukan Arwah Merah!" rambut hitam itu seperti kutukan yang tak tergoyahkan. Ia melilit pasien dalam kabut dan perlahan-lahan mengubahnya menjadi boneka. Pasien dalam kabut tidak tahu kapan ia jatuh ke dalam perangkap.     

Dalam waktu singkat, kepala si pasien terbelah. Matanya dipenuhi dengan nyala kemerahan. Sebelum benar-benar tertutup oleh rambut hitam, ia mengubah kepalanya sendiri menjadi kabut, dan hanya sesuatu seperti setetes air mata yang tersisa. Ia diselimuti dosa, tapi air matanya jernih dan membeku seperti ingatannya yang paling berharga. Tanpa tubuh, pasien dalam kabut akhirnya meleleh sepenuhnya ke dalam kabut. Hujan darah mulai turun, dan setiap tetes hujan mengandung kutukan terburuk.     

"Kau tidak bisa menghentikanku!" air mata itu tersembunyi dalam hujan, dan jatuh di dekat pintu. Gaun berwarna hitam dan merah basah oleh hujan. Wanita itu perlahan mengangkat tangannya yang lain. Rambut hitam tak berujung terlihat seperti samudra terbalik, karena menutupi seluruh langit. Ia mengalihkan pandangan dari si pelukis. Matanya yang sempurna melirik ke sudut sekolah. Lima jari rampingnya perlahan menjadi kepalan tangan, dan rambut hitam menembus kabut dan menyelimuti seluruh sekolah. Ia tidak pernah berniat untuk menemukan air mata si pasien, tapi untuk menghilangkan seluruh hujan!     

Rambut hitamnya berkibar tertiup angin, dan gaun merahnya tampak seperti darah. Menginjak pintu, wanita itu menghancurkan segalanya.     

"Pelukis!" Lin Sisi melepaskan Xu Yin dan memertaruhkan nyawanya untuk bergerak ke si pelukis. "Kenapa kau tidak bergerak sebelumnya? Kau seharusnya memiliki satu kesempatan lagi... "     

"Percuma saja," si pelukis menjatuhkan tangannya dengan lemah. Ia menatap wanita tersebut dengan ekspresi rumit. "Aku hanya bisa melukis arwah, tapi wanita itu sudah menjadi Dewa Setan."     

"Dewa Setan?" Lin Sisi mendengarnya untuk pertama kalinya.     

Perasaan iri dan ketakutan melintasi mata si pelukis. "Eksistensi di atas Arwah Merah adalah Dewa Setan."     

Rambut hitam menutupi langit dan menelan tanah. Di langit dan bumi, hanya ada satu sosok. Ia berpakaian merah, satu-satunya merah di dunia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.