Teror Rumah Hantu

Hantu di Hatinya! [2 in 1]



Hantu di Hatinya! [2 in 1]

1Orang di seberang ponsel sepertinya tidak menduga akan mendapatkan jawaban langsung seperti itu. Pesan baru datang setelah sekitar sepuluh detik kemudian. "Aku bersembunyi di dalam lemari di kamar 3239. Sepertinya ada sesuatu di sekitarku."     

"Apa kau keberatan menggambarkan bentuk dan ukuran benda-benda itu?" Chen Ge terlalu malas mengetik, jadi ia mengirim pesan suara.     

"Aku tidak bisa melihat dengan baik, di sini terlalu gelap. Tapi, aku bisa merasakan kehadiran mereka."     

"Tapi, bukankah kau sedang memegang ponsel? Tidak bisakah kau menyalakan fitur senter untuk memeriksa keadaan di sekelilingmu?"     

"Aku akan ditemukan."     

"Lalu, bagaimana kau bisa bersembunyi di dalam kamar 3239? Apa kau memiliki kuncinya?"     

"Tidak, pintunya terbuka, jadi aku segera menyelinap masuk."     

"Bagaimana dengan pak Wong?"     

"Pak Wong?"     

Obrolan mereka sangat cepat hingga sampai di titik ini. Dari ponselnya, Chen Ge dapat melihat orang yang memegang ponsel terlihat sedang mengetik, namun tidak ada pesan baru yang muncul.     

Apa aku telah memutuskan obrolan ini? Chen Ge menunggu untuk beberapa saat, namun masih belum ada jawaban. Ia mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada 'Xiao Gu'. "Apa kau di sana?"     

Ketika lift tiba di lantai 23, Chen Ge sudah mengirim tiga belas pesan yang sama.     

"Apa kau di sana?"     

Ketika akan mengirim pesan keempat belas, ia menyadari bahwa ia telah diblokir.     

Kaulah yang menggangguku, tetapi kau juga yang memblokirku. Ada apa denganmu?     

Ia berjalan keluar dari lift, kemudian menekan tombol putar pada pemutar kaset.     

Kaset berlumuran darah perlahan mulai dimainkan. Chen Ge memperkecil pupil matanya, meringankan pengaruh kegelapan pada level terendah.      

Baiklah, jangan khawatir karena aku ada di sini untuk memperbaikimu.     

Saraf Chen Ge menegang saat bersandar pada dinding. Lalu, ia perlahan berjalan menyusuri koridor.     

Setelah membaca pesan di ponsel, Xiao Jia mulai bertingkah aneh dan bahkan melukai rekannya dengan menggigitnya. Artinya, hantu yang bersembunyi di dalam kegelapan pasti memiliki kekuatan untuk memengaruhi pikiran seseorang. Wajah berdarah perkumpulan cerita hantu memiliki kekuatan yang sama, namun ia harus berada di dekat target dan meniru wajah target sebelum dapat menggunakan kekuatan.     

Ini adalah jenis arwah khusus. Biasanya, arwah yang memiliki kekuatan khusus tidak pandai bertarung, seperti Arwah Pena.     

Ketika Chen Ge datang ke tempat itu, ia tidak membawa palu Doctor Skull-cracker atau pisau dagingnya. Ia memasukan tangan ke dalam saku untuk menggenggam pena di dalamnya, sementara tangannya yang lain memegang dinding. Ia khawatir pintu di depannya tiba-tiba akan terbuka dan kepala berdarah akan keluar dari sana. Menghitung nomor di pintu, ia segera tiba di depan kamar 3239. Ia menggoyangkan gagang pintu, namun pintu tidak bergerak.     

Ini pasti kamarnya. "Apa ada orang di dalam?" kata Chen Ge sambil mengetuk pintu     

White noise yang cukup keras dari kaset berlumuran darah membuat Chen Ge merasa seolah-olah Xu Yin sedang memperingatkannya. Ia mengetuk pintu beberapa kali dan yang mengejutkannya, suara seorang pria akhirnya muncul dari dalam kamar 3239. "Ya, aku di sini! Siapa yang mengganggu selarut ini? Apa yang kau inginkan?"     

Seseorang ada di dalam?! Chen Ge sebenarnya lebih terkejut daripada pria itu. Ia sadar bahwa orang tersebut mungkin saja orang yang dikendalikan oleh perkumpulan cerita hantu atau anggota perkumpulan cerita hantu itu sendiri. Ia sangat cemas dan memfokuskan perhatian pada pintu di depannya.     

Semua pintu kamar apartemen Fang Hwa berlapis ganda. Segera setelahnya, pintu di dalamnya terbuka. Seorang pria yang tingginya sekitar 1,7 meter muncul dari dalam ruangan. Ia menatap Chen Ge dengan ekspresi dingin. "Apa yang kau inginkan?"     

"Aku kemari untuk membantu polisi menangkap seorang buronan. Sebentar lagi, sisa pasukan polisi akan tiba." Chen Ge meniru kapten Yan dengan sempurna melalui nada dan tingkah lakunya.     

"Buronan lagi?" wajah pria itu berubah semakin masam dan alisnya berkerut.     

"Sayang, ada apa?" seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan berjalan keluar dari ruang tamu.     

"Ternyata ada buron lagi."     

"Tunggu, bukankah beberapa hari yang lalu ada buronan baru saja ditangkap di sini? Tempat ini sangat berbahaya. Sudah berapa kali ini terjadi?!" suara wanita tersebut semakin melengking. "Sudah kubilang, kita harus pindah dari sini sesegera mungkin, tapi kau tidak mau mendengarkanku!"     

"Pindah, pindah, pindah? Menurutmu, kemana kita akan pindah?" amarah si pria meledak. Tak satupun dari mereka yang mau mengalah dan pertengkaran segera dimulai. Chen Ge menatap mereka dengan bingung. Ia tidak dapat memastikan apakah mereka adalah anggota perkumpulan cerita hantu, namun nalurinya mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh tentang pasangan ini.     

Ketika sedang bertengkar, orang akan menatap lawan bicaranya. Terdorong oleh emosi, mereka mungkin akan menggunakan tindakan nonverbal. Namun, keduanya tidak melakukan itu. Gerakan tubuh mereka sangat canggung. Entah karena mereka tidak ingin bertengkar karena aku berada di sini, atau semua hanya sandiwara? Pertengkaran berlangsung beberapa saat sebelum wanita itu meninggalkan pasangannya di depan pintu dan berjalan kembali ke dalam.     

Si pria tampak sedang meredam amarahnya, dan sikapnya pada Chen Ge menjadi kasar dan sengit. "Kami adalah penyewa. Kami belum melihat seorang buronan atau mendengar suara aneh. Pergilah dan ganggu saja orang lain."     

Chen Ge sudah bisa menebak reaksi demikian. Seseorang tidak akan membuka pintu dan membiarkan orang asing masuk saat tengah malam. Jika pria di hadapannya tiba-tiba membuka pintu dan membiarkannya memeriksa apartemennya, Chen Ge akan benar-benar perlu berhati-hati.     

"Aku hanya punya beberapa pertanyaan untukmu." Chen Ge menunjuk ke arah beberapa pintu yang berdekatan. "Apa kau mengenal tetanggamu dengan baik?"     

"Kamar-kamar di sebelah kami semuanya kosong. Hanya ada seorang pria lajang yang tinggal di depan kami. Dia baru saja pindah satu atau dua bulan yang lalu, dan jarang meninggalkan kamarnya. Jadi, aku tidak terlalu mengenalnya."     

"Kapan terakhir kali kau melihatnya?"     

"Mungkin hari Rabu malam. Aku pulang ke rumah tiga jam lebih lambat dari biasanya karena lembur, dan aku berpapasan dengannya di lift."     

"Rabu malam? Lift?" Chen Ge segera mengaitkan pria yang tinggal sendirian itu dengan perkumpulan cerita hantu. "Apa kau tahu namanya?"     

"Tidak tahu." Si Pria membanting pintu hingga tertutup setelahnya. Suara pintu yang ditutup menggema di koridor. Chen Ge berdiri di tengah koridor, dan segera menoleh ke arah kamar yang dimaksud pria tadi.     

"Mungkinkah anggota perkumpulan cerita hantu bersembunyi di dalam ruangan ini?" kecurigaan tampak di matanya. Pasangan di kamar 3239 mungkin terlihat normal, namun mereka "secara tidak sengaja" mengungkapkan beberapa informasi penting kepada Chen Ge. Rabu dan lift. Hanya anggota perkumpulan cerita hantu yang tahu tentang detail seperti itu.     

Apa mereka sengaja melakukannya? Apa tujuan mereka memancingku ke ruangan di depannya?     

Chen Ge tidak tahu apakah ini kebetulan atau jebakan. Sejak mendapatkan ponsel hitam, ia menjadi semakin waspada. Tangan kanannya menggenggam pena di saku, dan tangan kirinya meraih gagang pintu ruangan yang berhadapan dengan kamar 3239. Ia memutar gagang pintu, dan pintu perlahan-lahan terbuka.     

Tidak terkunci? Ketika sadar bahwa pintu tidak terkunci, Chen Ge segera mundur selangkah. Jebakan yang sebenarnya adalah ruangan yang berseberangan dengan kamar 3239. Tepat saat ia melepaskan genggamannya pada gagang pintu, tangan seukuran anak kecil yang berlumuran darah terulur untuk meraihnya!     

Tangannya meleset, namun mereka hanya berjarak beberapa sentimeter satu sama lain!     

Apa itu tadi?!     

Di koridor gelap, pintu berderit terbuka perlahan. Seorang bocah lelaki bertubuh kecil, berkepala besar, dan berwajah ungu akibat kekurangan oksigen muncul dari balik pintu!     

Yang membuat jantung Ge Ge berdetak cepat adalah baju merah yang dikenakan bocah itu!     

Bibirnya perlahan terbuka dan memperlihatkan deretan gigi yang tidak rata. Bocah tersebut tampak tersenyum.     

"Ayah membunuh kami dan menempatkan kami di balik pintu."     

"Kakak bersembunyi di balik pintu."     

"Dan dia menyuruhku bersembunyi di depan pintu."     

Tepat ketika bocah itu selesai, kepala cacat lain muncul dari dalam ruangan. Wajahnya membengkak, dan matanya hampir keluar dari rongganya.     

"Ayah membunuh kami dan menempatkan kami di balik pintu."     

"Adik laki-lakiku bersembunyi di depan pintu."     

"Dan dia menyuruhku bersembunyi di balik pintu."     

Kedua bocah tersebut memiliki ekspresi penasaran. Mereka keluar dari balik pintu dan berdiri di depan Chen Ge, seorang berdiri di depan, dan yang lain di belakangnya. Darah segar menetes dari tubuh mereka dan membentuk pembuluh darah yang perlahan menghilang. Mereka seperti kaki seribu yang merangkak di tanah dan dinding. Koridor menjadi sangat berbahaya, namun trik perkumpulan cerita hantu masih belum selesai.     

Sebuah bayangan putih perlahan merangkak keluar dari kamar 3239. Bayangan putih itu adalah monster yang melarikan diri dari wanita yang membunuh Xu Yin. Hanya sepertiga dari tubuhnya yang tersisa. Sepertinya, monster tersebut sedang berusaha melarikan diri. Ia merangkak di atas pembuluh darah, namun tubuhnya dengan cepat kembali terseret ke dalam ruangan, dan suara mengunyah terdengar dari balik pintu setelahnya.     

Ada monster lain di dalam ruangan?!      

Chen Ge benar-benar malang karena dugaannya tepat. Sebuah tangan yang berukuran normal yang dipenuhi pembuluh darah terjulur keluar. Namun, yang membuatnya waspada adalah tangan itu terlihat hangus dan tidak memiliki sidik jari.     

Udara di koridor sepertinya semakin pekat dengan bau darah. Kepala salah satu bocah lelaki tampak tertekan, seperti seorang ayah yang baik hati sedang mengusap rambut anak kesayangannya. "Dia telah menemukan kita, jadi sekarang giliranmu untuk menemukannya."     

Suara pria itu terdengar serak dan kasar seolah-olah ia baru saja mengonsumsi beberapa hal yang sangat berbahaya. Suara tersebut bahkan dapat membuat kulit Chen Ge merinding. Setelah mendengar suara pria tadi, kedua bocah laki-laki berbaju merah tersenyum bahagia, dan serempak menjawab, "Ya, Ayah."     

Bocah berwajah rusak bergegas menuju Chen Ge. Xu Yin hampir tidak bisa menangani satu Arwah Merah, apalagi dua. Chen Ge berada di bawah tekanan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Tanpa ragu, ia meneriakkan nama pada surat cinta pembawa petaka. "Zhang Ya!"     

Bagaikan air yang menetes ke sumur dalam, riak mulai terbentuk dalam bayangan Chen Ge. Pembuluh darah yang bergerak mendekat tiba-tiba membeku. Bahkan, tangan tanpa sidik jari yang tergantung di luar pintu sedikit bergidik. Rambut hitam perlahan mulai muncul dari bayangan Chen Ge seperti gelombang. Rambut hitam membentur dinding di kedua sisi koridor, dan menggunakan metode yang kuat dan keras ini untuk menghancurkan semua pembuluh darah yang bergerak ke arah Chen Ge.      

Suhu di lantai 23 semakin menurun. Wajah cantik Zhang Ya muncul di belakang Chen Ge. Kehadiran yang menakutkan itu menyembunyikan jiwa yang terbakar oleh hasrat!     

"Apa ini hantu di hatimu?" si pria perlahan berjalan keluar dari balik pintu. Ia mengenakan jaket merah besar, dan meskipun mengenakan topeng, topengnya tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang benar-benar hancur.     

"Zhang Ya, berhati-hatilah!" Chen Ge memutuskan untuk mundur selangkah dari medan perang. Ia akan benar-benar tidak berguna dalam perkelahian di antara Arwah Merah. Peringatan Chen Ge sama sekali tidak dipedulikan Zhang Ya.     

Tanpa membuang waktu untuk berbicara atau menguji, mata Zhang Ya dipenuhi dengan kebencian, dan rambut hitamnya bergerak seperti gelombang dan menggores dinding saat melesat ke arah dua anak laki-laki!     

Pembuluh darah terjalin dengan rambut hitam yang melesat ke depan seperti serangan gelombang ombak. Chen Ge bersembunyi di belakang Zhang Ya sambil merenungkan hal lain di benaknya.     

Pria yang mengendalikan kedua bocah laki-laki dengan baju merah itu mungkin adalah pasien 10 dari Balai Ketiga Rumah Sakit. Wajahnya, tubuhnya, dan bahkan sidik jarinya telah terbakar. Deskripsinya sesuai dengan pasien 10 dengan sempurna. Rumah hantu memiliki kamar pasien nomor 10, yang dindingnya berisi catatan tentang sejarah penghuninya. Alasan kegilaannya adalah kecelakaan yang menewaskan kedua anaknya. Rasa bersalah yang sangat besar dan trauma terus-menerus menyebabkan gangguan mentalnya.     

Semuanya sangat cocok. Chen Ge tidak menduga bahwa ia akan menghadapi pasien paling menakutkan dari Balai Ketiga Rumah Sakit malam itu!     

Ia telah meremehkan keinginan perkumpulan cerita hantu untuk membunuhnya. Mereka mungkin mulai menyusun rencana pembunuhan ini setelah kehilangan kontrak dengan Kong Xiangming dan Wei Wu. Dengan ahli strategi seperti Wu Fei, yang lebih pintar dari orang normal, mereka tidak akan membuat kesalahan yang sama dua kali. Perkumpulan cerita hantu mungkin akan mengerahkan semua anggotanya malam ini!     

Kemunculan Zhang Ya tidak memberi Chen Ge rasa aman. Lagi pula, pasien 10 saja memiliki dua Arwah Merah, dan selain dirinya, perkumpulan cerita hantu masih memiliki enam anggota yang tersisa!     

BANG!     

Pembuluh darah meledak, dan rambut hitam Zhang Ya melilit erat salah satu leher bocah laki-laki kemudian membantingnya dengan keras ke lantai. Anehnya, bocah itu sepertinya tidak merasakan sakit. Bahkan, senyum dapat terlihat di wajahnya yang cacat. "Kakak, aku kehabisan napas."     

Kepala yang sudah terlihat aneh tumbuh semakin besar, dan pembuluh darah mulai muncul di wajahnya. Sepertinya, kepalanya akan putus akibat rambut Zhang Ya.     

Namun, pada titik genting ini, Arwah Merah lain dan pria yang berdiri di dekat pintu tampaknya tidak mau membantu. Pria tersebut bahkan memerintahkan si kakak lelaki untuk mengacuhkan Zhang Ya dan menyerang Chen Ge.     

Rambut hitam benar-benar menutupi si adik. Setelah teriakan mengerikan, pembuluh darah tidak diserap oleh rambut hitam, namun merembes keluar melalui lilitan rambut Zhang Ya untuk perlahan membentuk anak lain yang berdiri tidak jauh dari sana. Kepalanya lebih kecil, dan warna merah di tubuhnya tidak secerah bocah tadi. Namun, selain itu, tidak ada perbedaan yang mencolok.     

"Apa yang kalian tunggu?!" pria berwajah hancur terdengar menggeram kesakitan. Selain itu, jejak amarah dapat terdengar dalam suaranya.     

"Kami hanya ingin menunggu sampai keadaan lebih stabil. Lagi pula, hantu di dalam hatinya lebih kuat daripada kebanyakan orang." Pintu kamar 3239 perlahan terbuka dan sepasang suami-istri keluar dari sana. Monster kurus terlihat berdiri di bahu si pria, sementara si wanita berjalan mundur. Wajah berdarah di bagian belakang kepalanya memancarkan senyum menyeramkan.     

Keduanya berjalan keluar sambil tertawa. Mereka menduga kemenangan akan menjadi milik mereka. Namun, yang mengejutkan, ketika pintu terbuka, rambut hitam melesat ke arah mereka dan melilit di tubuh mereka seperti ular sanca besar.     

Menghadapi empat arwah penh kebencian sekaligus? Dan dua di antaranya adalah Arwah Merah!     

Pria dan wanita itu saling memandang. Mereka melihat ketakutan, teror, keterkejutan, dan keputusasaan terpantul di mata masing-masing.     

"Bukankah kau bilang kau bisa menghentikan monster di tubuh target?!" teriak si wanita, namun hanya itu yang berhasil dikatakannya sebelum rambut hitam menusuk wajah berdarah dan membentuk lubang.     

Pria itu juga berteriak. Monster kurus ingin kembali memasuki tubuhnya, namun tindakannya sudah terlambat. Rambut hitam telah mengeratkan lilitannya dan dengan perlahan menarik monster keluar dari pria tersebut.     

"Satu lawan empat?" pria berwajah hancur perlahan mengepalkan tangannya yang terluka. Ia berpikir bahwa ini adalah rencana yang sempurna, namun masalah yang tidak terduga masih saja muncul.     

Rambut hitam Zhang Ya bergerak seperti sungai yang mengalir deras di dunia merah darah. Dalam gaun merahnya yang berkibar, Zhang Ya berdiri di tengah koridor. Ia mendengar suara pria itu dan perlahan mengalihkan pandangannya dari Chen Ge.     

Ketika matanya tertuju pada pria dengan wajah hancur, matanya berbinar seperti baru saja menemukan mainan baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.