Teror Rumah Hantu

Patung yang Menangis



Patung yang Menangis

3Pada saat yang paling berbahaya ini, Liu Xianxian menemukan patung yang mereka cari. Ini seharusnya menjadi peristiwa yang membahagiakan, namun Ma Yin merasa sangat sulit untuk tersenyum. Ia yakin ada orang ketiga yang bersembunyi di gudang — mungkin, dia sedang bersembunyi satu sudut, mengawasi mereka saat itu juga. Haruskah mereka pergi, atau mengambil risiko?     

"Tidak, aku masih berpikir itu terlalu berbahaya. Karena tahu dimana lokasi patung, kita bisa kembali besok. Tidak perlu terburu-buru." Ma Yin berusaha meyakinkan sahabatnya. "Dengarkan aku, kita harus pergi."     

"Dua pertanyaan tidak akan menghabiskan banyak waktu." Liu Xianxian terlihat keras kepala. Pria yang dicintainya telah menjadi duri di dalam hatinya. Melepaskan genggaman Ma Yin, ia berjalan lebih dalam ke gudang seorang diri. "Ini akan segera berakhir. Dalam beberapa menit, aku akan tahu jawaban yang sebenarnya."     

Ia terdengar seperti sedang kerasukan.     

"Liu Xianxian!" Ma Yin semakin gelisah. Ia ingin pergi, namun ia tidak bisa meninggalkan Liu Xianxian. Kedua tangannya memegang kursi dan ia mengejar Liu Xianxian.     

Kedua gadis pun mencapai rak terakhir yang berada di sisi kiri gudang. Liu Xianxian menunjuk celah antara rak dan dinding. "Dinding di belakang rak memiliki ruang kosong, dan patung itu tepat di belakangnya."     

Ma Yin bersandar di rak dan menyorotkan cahaya pada celah. Muncul sebuah wajah jelek di baliknya yang membalas tatapannya. Ketika cahaya menyinari patung, mata patung tampak berkedip.     

"Hanya ada satu patung di dalam gudang, jadi ini pasti patungnya." Liu Xianxian meraih ujung rak. "Kenapa kau hanya berdiri di sana? Kita akhirnya menemukan benda yang sudah lama kita cari, kenapa kau tidak membantuku?"     

"Aku merasa ada alasannya patung itu disembunyikan di belakang rak." Ma Yin memandangi patung, dan entah kenapa, patung tersebut terlihat akrab. Mereka berdua memindahkan rak ke samping, dan aroma samar mulai tercium.     

"Bau apa itu? Sepertinya berasal dari patung. Baunya seperti... pembusukan?"     

"Mengapa sebuah patung berbau busuk?" Liu Xianxian berjalan ke arah patung dengan ponselnya, dan cahaya menerpa patung sepenuhnya. Itu adalah patung pria dewasa yang lebih besar dari pria normal. Patung tersebut terlihat kekar, namun, wajahnya sangat aneh, sangat jelek sehingga orang tidak akan melihatnya secara langsung. Sangat jarang seorang pematung melakukan sesuatu seperti ini, kecuali ada makna khusus.     

"Kata-kata pada dasar dan wajah patung ini sama dengan patung di videomu." Liu Xianxian memandangi patung, dan jari-jarinya gemetar. Ia akhirnya menemukan solusi untuk pertanyaan yang telah mengganggunya setelah sekian lama.     

Rak hanya selebar satu meter, dan patung diletakkan di bagian paling belakang. Patung tampak seperti iblis dengan tangan terbuka, siap menyambut domba yang hilang. Berdiri di depan patung, aromanya semakin kuat, namun Liu Xianxian sepertinya tidak mencium baunya. Ia mengatupkan tangan dan menunduk dalam diam.     

"Di dalam hatiku…"     

"Tunggu sebentar!" Ma Yin menyela Liu Xianxian. "Kau sebaiknya memikirkannya dengan cermat sebelum mengajukan pertanyaan. Menurut legenda, patung ini dapat memastikan kebenaran pernyataan apapun. Jika pernyataannya benar, patung akan meneteskan air mata darah. Tapi, jika pernyataanmu salah, maka sesuatu yang menakutkan akan terjadi."     

"Aku tahu." Liu Xianxian terlihat tidak akan menerima saran apapun lagi. Ia mengambil satu langkah lagi dan berkata pada patung dengan lembut, "Pria di dalam hatiku, dia juga menyukaiku, kan?"     

Di dalam gudang yang gelap, gadis itu mengajukan pertanyaan yang selalu muncul di benaknya. Ia kemudian fokus pada mata patung dengan penuh antisipasi. Jika patung tersebut menangis, maka ia benar. Liu Xianxian mulai gelisah, ia bahkan bisa mendengar suara debaran jantungnya sendiri.     

Satu detik, dua detik ...     

Setengah menit berlalu, dan tidak ada yang terjadi. Patung pun tidak menangis, dan tidak ada hal menakutkan yang terjadi.     

"Legendanya palsu?" Liu Xianxian bersandar dengan lemah pada dinding, seperti energinya telah tersedot keluar dari tubuhnya. Harapannya berubah menjadi gelembung dan pecah. Ma Yin berdiri di belakang Liu Xianxian. Ia seperti sudah menduga hasilnya. Seringkali, orang melakukan sesuatu tidak untuk mendapatkan hasil tertentu, tetapi karena dorongan harapan. Ma Yin menepuk bahu Liu Xianxian dengan ringan, namun ia tidak tahu bagaimana cara terbaik menghibur teman sekamarnya.     

"Aku baik-baik saja." Senyum kaku muncul di wajah Liu Xianxian. "Patung ini pernah muncul dalam video kakakmu. Kau harus pergi dan memeriksa apakah ada petunjuk tentang hilangnya kakakmu. Aku akan baik-baik saja."     

Ma Yin mengangguk. Ia mengeluarkan ponsel untuk menghentikan video di saat patung muncul pada layar. "Patung dalam video benar-benar identik dengan patung ini. Aku hanya perlu mencari tahu siapa pemilik aslinya, dan aku bisa menemukan pembunuhnya."     

Ia merekam patung dengan ponsel tanpa melewatkan detail apapun. Kamera bergerak dari dada menuju pipi patung. Rasa keakraban di hati Ma Yin meningkat, seolah ia telah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya.     

"Apakah aku melupakan sesuatu?" setelah merekam semuanya, ia meletakkan ponsel. "Walaupun legenda yang melibatkan patung ini palsu, tapi setidaknya keberadaannya telah membuktikan bahwa video yang dikirim kakakku adalah nyata."     

Ia menatap patung di hadapannya. Melihat wajah jelek tersebut, dorongan muncul di hatinya. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh permukaan dingin patung, dan mengajukan pertanyaan yang mengganggunya. "Kakak perempuanku sudah mati, kan?"     

Hilang dan mati adalah dua hal yang berbeda. Bahkan setelah bertahun-tahun, Ma Yin masih memiliki harapan di hatinya.     

Setelah dua detik, ia menggeleng. "Legenda itu palsu, jadi untuk apa aku melakukannya? Itu hanya cerita untuk menipu anak-anak, dan kita sudah tertipu."     

Ia berbicara pada dirinya sendiri, namun ketika ia selesai berbicara, bau di udara semakin pekat, dan cahaya dari ponsel mulai bergerak. Gudang yang awalnya sunyi mulai muncul gema dentuman, seperti ada sesuatu yang menabrak rak.     

Ma Yin merasakan perubahan di udara, dan ia bersiap untuk pergi ketika Liu Xianxian berteriak, "Xiao Yin! Lihat matanya!"     

"Matanya?" Ma Yin segera mengerti dan berbalik untuk melihat mata patung. Dua garis darah mengalir di mata patung tersebut. Darahnya tebal dan merah, sangat kontras dengan lapisan permukaannya yang berwarna putih.     

"Patung itu menangis?!"     

Ma Yin berdiri di tempat, dan segera setelahnya, ia diliputi ketakutan. "Patung akan menangis ketika pernyataannya benar, tapi ketika Liu Xianxian mengajukan pertanyaan sebelumnya, patung itu tidak merespons."     

Cahaya bergerak semakin liar, dan suara dentuman menjadi lebih konsisten.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.