Teror Rumah Hantu

Aku Hanya Ingat, Hari Itu, Segalanya Menjadi Merah



Aku Hanya Ingat, Hari Itu, Segalanya Menjadi Merah

2Setelah dua kata sederhana itu muncul dari bibir Chen Ge, sepertinya kotak pandora telah terbuka. Hembusan angin dingin yang tampaknya konstan di ruang bawah tanah berhenti, tiba-tiba speaker tidak berfungsi, dan hanya ada satu suara yang tersisa di dunia.     

Tik tik tik tik…     

Darah menetes dari tempat yang tinggi sebelum mendarat di lantai, membentuk mawar darah. Kabut tebal darah muncul di samping Chen Ge!     

Sosok kecil bersembunyi di dalam kompartemen menyerang Chen Ge sambil berteriak. Sebelum berhasil mendekat, ia diserang oleh ransel tua. Ia mendarat dengan anggota tubuhnya. Ia memegang kepalanya yang pusing. Karena diserang, ia tidak dapat mendengar apa yang dikatakan Chen Ge. Ia menggertakkan gigi dan hendak kembali melesat ke depan, namun ketika mengangkat kepala, ia melihat orang kedua muncul di samping Chen Ge!     

Darah segar meluncur turun dari kemejanya, dan sepasang mata melankolis seperti dua pusaran darah berputar-putar dengan kutukan dan keputusasaan. Lelaki itu merasa seperti jiwanya akan tersedot ke dalam mata tersebut.     

Sosok tersebut berbaring di tanah, dan hawa dingin menyebar ke seluruh tubuhnya hingga ke tulang-tulangnya. Wajahnya yang diolesi cat merah membeku. Seolah-olah, waktu telah berhenti.     

Siapa dia? Tidak ada orang sepertinya di antara daftar pekerja! Jakunnya bergetar, dan rasa takut mengalir keluar dari matanya.      

Melihat tubuh gemetar orang di hadapannya, Chen Ge segera menemukan bahwa ia telah bersikap berlebihan. Pria yang bersembunyi di kompartemen bukan hantu, dan hanya pekerja manusia biasa. Sebenarnya, sebelum bergerak, ia memang mempertimbangkan kemungkinan bahwa penyerangnya adalah manusia, namun tidak ada rumah hantu di pasaran yang akan mempekerjakan seorang anak untuk menjadi aktor rumah hantu. Jadi, pemikiran pertamanya adalah bahwa penyerangnya adalah hantu.     

Waktu yang dihabiskannya untuk berinteraksi dengan hantu jauh lebih lama daripada dengan manusia. Dikombinasikan dengan analisa pak Zhou sebelumnya, kemungkinan hantu muncul di Akademi Nightmare lebih tinggi dari biasanya, sehingga semua mengarah pada kesimpulan cepatnya.     

Namun, setelah sosok itu menunjukkan dirinya, Chen Ge menyadari bahwa aktor tersebut sebenarnya adalah seorang pria kerdil.     

Aku penasaran mengapa suaranya sangat aneh dan sangat berbeda dari anak-anak; dia pasti orang dewasa yang berpura-pura terdengar seperti anak kecil.     

Akademi Nightmare telah menghabiskan banyak upaya untuk mencoba menciptakan suasana yang menakutkan. Chen Ge ingat bahwa terdapat sepasang anak kembar yang bekerja di sana. Rumah hantu mereka tidak memiliki hantu sungguhan, jadi mereka mengandalkan metode lain untuk menciptakan rasa takut.     

Pria ini adalah aktor di Akademi Nightmare. Sayangnya, dia telah menyaksikan kemunculan Xu Yin. Jika aku tidak menemukan solusi, dia akan menyebarkan berita ini kepada yang lain. Akademi Nightmare sudah mencurigai bahwa rumah hantuku berhantu, jadi jika mereka mendengar hal ini, siapa yang dapat menebak rumor seperti apa mereka akan sebarkan?     

Tentu saja, ia tidak akan membunuh pria itu karena hal tersebut. Pikirannya bergerak dengan cepat, dan ia segera menemukan solusi dalam beberapa detik. Ekspresi wajahnya tidak berubah. Ia membungkuk untuk memberikan aktor itu bantuan, seolah-olah ia tidak menyadari kemunculan Xu Yin di sampingnya.     

"Kau menakutiku. Kupikir kau adalah hantu sebenarnya. Maaf sudah memukulmu tadi." Chen Ge mencoba membantu aktor itu untuk bangun, namun mata pria tersebut sama sekali tidak tertuju padanya, ia sepenuhnya fokus pada Xu Yin. Memerhatikan reaksi aneh sang aktor, Chen Ge bertindak seolah ia baru saja menyadari sesuatu yang aneh. Ia perlahan menoleh. Ketika melihat Xu Yin, kakinya bergetar, dan ia jatuh terduduk di anak tangga.     

"Apa-apaan ini! Kapan dia muncul di belakangku?!" Chen Ge terlihat seolah ia juga benar-benar terkejut dengan apa yang ditemukannya, namun ia segera pulih. "Aktor-aktor di rumah hantu kalian cukup bagus! Aku telah mengunjungi banyak rumah hantu. Rumah hantu kalian adalah yang pertama yang membuatku ketakutan seperti ini."     

Mengambil napas dalam-dalam, Chen Ge bertanya dengan suara penasaran namun gemetar, seolah ia bertemu Xu Yin untuk pertama kalinya, "Kak, bagaimana kau bisa berjalan tanpa membuat suara?"     

Chen Ge berdiri dan berjalan menuju Xu Yin. Ia baru mengambil langkah pertama ketika mendengar teriakan melengking dari belakangnya. "Jangan ke sana! Dia…"     

Wajah pria itu mengerut ketakutan. Teriakannya mungkin menarik pita suaranya karena terlalu tinggi.     

"Berhentilah berakting, aku adalah pemilik rumah hantu. Meskipun semua sangat profesional, kalian tidak akan membuatku takut hanya dengan hal semacam ini." Chen Ge berjalan dengan keras kepala ke arah Xu Yin dan mengangkat lengannya.     

"Dia bukan salah satu dari aktor kami!" mengikuti teriakan yang memekakkan telinga dari pria itu, tangan Chen Ge mendarat pada tubuh Xu Yin, dan kemudian jari-jarinya secara bertahap menembus tubuh Xu Yin. "Hmm?"     

Chen Ge bertindak seolah ia terkejut dengan perkembangan ini. Ia tertegun oleh ketidakpercayaan. Sekitar dua detik kemudian, ia meniru ekspresi pria sebelumnya. "Benar-benar ada hantu di dunia ini?"     

Ketika ia "membeku ketakutan", pria tersebut akhirnya tidak dapat menahannya lagi. Ia merangkak dari tanah dan berlari menyusuri koridor. Terguncang oleh teriakan pria tersebut, Chen Ge langsung bergerak. Ia melompat menuruni tangga, meraih ranselnya, dan mulai berlari!     

"Sudah berapa lama ada hantu sungguhan di rumah hantu kalian?!"     

"Bagaimana aku tahu? Jika aku tahu ada hal seperti ini, apakah kau pikir aku masih akan bekerja di sini?! Basement satu! Basement satu! Ini ruang bawah tanah! Tolong kirim bantuan!" pria itu meraih ponselnya dan berteriak minta tolong. Ia dan Chen Ge berlari di koridor, dan situasinya cukup kacau.     

Melihat pria itu dan Chen Ge melarikan diri, Xu Yin berdiri di tangga dengan ekspresi kebingungan. Pak Zhou, yang sejak tadi bersembunyi, segera bergabung dengannya. "Bos kita benar-benar pemikir cepat. Dia mengalihkan kesalahannya, bukan, maksudku, dia merencanakan sesuatu yang besar!" pak Zhou tidak berani berdiri terlalu dekat dengan Xu Yin. Ia berdiri beberapa langkah di atas pemuda itu dan berkata, "Bos kita sekarang membutuhkan kerjasamamu."     

Xu Yin berbalik untuk melihat pak Zhou. Ia tampaknya secara perlahan mulai memahami apa yang dilakukan Chen Ge.     

"Lakukan yang terbaik untuk menakuti mereka. Masih ada waktu untuk menyelamatkan situasi," pak Zhou anehnya tampak bersemangat, "Sudah saatnya kita melakukannya dengan cara kita."     

Mendengar perkataan pak Zhou, Xu Yin mengangguk. Tetesan darah meluncur turun dari kemejanya. Ia mengambil satu langkah ke depan, dan speaker di seluruh gedung mulai dipenuhi dengan suara statis.     

...      

Bau darah mengelilingi Chen Ge, dan tubuh sang aktor kecil seperti tali penjerat ketat. Arwah merah membuntuti mereka dari belakang dan tidak bisa menjauh bagaimanapun caranya. Keduanya melesat menyusuri koridor bawah tanah, dan kembali ke permukaan menggunakan tangga.     

"Bos! Apakah kau di sana? Siapa saja? Katakan sesuatu!" pria itu sangat cemas sehingga ia seperti akan menghancurkan ponselnya. Ia menunggu lama sebelum bos yang telah menelepon orang lain akhirnya menjawab.     

"Xiao Zhao, kau melakukannya dengan sempurna! Aku melihat semuanya di monitor! Kau berhasil menakuti pria itu sampai dia terjatuh!" bos Akademi Nightmare memuji aktornya, namun dalam situasi ini, aktor tersebut tidak berminat mendengarkan pujian. Tenggorokannya sakit karena terus menjerit.     

"Bos, cepatlah ke lantai satu! Panggil para pekerja untuk datang ke sini! Aku dikejar. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi!" kaki kecil sang aktor bergerak dengan cepat, seluruh tubuhnya hampir roboh.     

"Apakah pengunjung itu mengejarmu? Jangan khawatir, aku akan memerintahkan seseorang untuk membantumu sekarang!" sang bos tentu saja masih mempedulikan pekerjanya.     

"Bukan pengunjung yang mengejarku!" teriak pria itu sambil terengah-engah.     

"Lalu, siapa yang mengejarmu?"     

"Hantu yang mengenakan baju merah!"     

"Kita memiliki aktor yang mengenakan baju merah?"     

"Dia bukan aktor!"     

"Lalu siapa dia?"     

"Dia hantu! Hantu yang sebenarnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.