Teror Rumah Hantu

Bau Busuk



Bau Busuk

1Yang Chen dan Lee Xue berlari keluar dengan terburu-buru. Ketiganya berdiri di koridor dan melihat ke arah lorong yang gelap.     

"Dimana jejaknya?"     

"Aku benar-benar mendengarnya! Kedengarannya seperti seseorang melompat di koridor!"     

"Kau hanya menakuti dirimu sendiri, ayo bantu kami."     

Lee Xue menyeret Wang Dan ke dalam kamar terakhir, sementara Yang Chen berdiri di luar sejenak. Ia mengulangi hal yang digumamkan Wang Dan sebelumnya. "Melompat?"     

Ketiganya menggeledah kamar terakhir. Sebagian besar sampah di tempat tidur terbuat dari busa dan balok kayu. Tempat itu terlihat kotor dan berantakan, namun tidak ada yang menghasilkan bau aneh yang memenuhi ruangan.     

"Apa ruangan ini sengaja dibiarkan terbuka untuk menyimpan sampah?" Lee Xue menggunakan lengan baju untuk menutup hidung. "Tapi, mengapa ranjang itu memiliki matras di atasnya? Siapa yang akan tidur di lingkungan yang kotor seperti ini?"     

"Kita seharusnya tidak mempertimbangkan siapa penghuni ruangan ini." Yang Chen mengambil sepotong sampah dari tempat tidur dan mengendusnya dengan waspada. "Ketika kita memasuki skenario rahasia ini, bau aneh mulai tercium, dan bau busuk tercium paling tajam di sini. Artinya, benda yang mengeluarkan bau busuk seharusnya berada di sini. Kita perlu menemukannya untuk menyelesaikan misteri skenario."     

"Pak Yang ada benarnya. Banyak sampah berserakan di dalam ruangan, namun tidak ada yang mengeluarkan bau busuk seperti ini. Sangat aneh." Wang Dan berjalan ke satu-satunya tempat tidur yang memiliki matras."Tempat tidur yang terlihat bersih ini memiliki bau paling kuat."     

Ia meletakkan tangan di atas salah satu sudut kasur sebelum menariknya. Tidak ada yang menakutkan di bawah kasur usang itu kecuali sebuah catatan. Wang Dan mengambilnya dan membacanya.     

"Maaf, seharusnya aku tidak terlalu dekat, aku hanya ingin membantumu mengambil bola."     

"Guru, aku tidak berencana mengotori bajuku. Tidak ada yang menggangguku, ini semua salahku."     

"Ayah, aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi orang yang lebih baik. Tolong jangan memukulku lagi."     

"Maaf, aku tidak tahu mengapa aku terlihat begitu jelek ketika tersenyum. Aku akan berhenti melakukannya."     

"Dimana letak kesalahanku? Aku bisa berubah, aku benar-benar bisa berubah!     

"Aku hanya ingin seperti mereka, maafkan aku…"     

Catatan itu tipis, namun dipenuhi dengan permintaan maaf.     

"Apa ada yang salah dengan si penulis? Kenapa dia hanya fokus untuk meminta maaf? Dia harus melawan jika seseorang mengganggunya!" Wang Dan mendengus. Ia sangat menentang sikap si pemilik buku catatan yang tidak melakukan apa-apa.     

"Lihat ini." Lee Xue menemukan gambar yang sobek di dalam tempat sampah. Ia mengambil semua bagian, dan setelah menggabungkannya, sebuah gambar bisa dilihat secara kasar. "Seperti seorang ayah dan anak."     

Putranya sangat gemuk, dan kurangnya kepercayaan dirinya dapat terlihat bahkan melalui gambar. Ia tampak takut pada kamera, sehingga ia bersembunyi di belakang ayahnya. Sang ayah terlihat cemberut dan bersikap kasar pada anaknya. Salah satu tangannya diletakan di leher putranya saat menyeretnya ke depan.     

"Apakah dia ayah tirinya?"     

Wang Dan membuka buku catatan untuk dibaca dua orang lainnya. Beberapa halaman depan baik-baik saja, namun semakin mereka membacanya, mereka semakin merasa tidak nyaman.     

Anak lelaki itu tidak memiliki nama. Semua siswa memanggilnya Piggy. Ayahnya adalah salah satu sponsor Akademi Swasta Jiujiang Barat. Ia berasal dari keluarga kaya, namun ayahnya sangat keras terhadapnya. Catatan itu tidak menjelaskan alasannya secara terang-terangan, tapi alasannya bisa terlihat secara tersirat. Sang ibu telah mengkhianati ayahnya, dan ayahnya telah meluapkan kebenciannya kepada putranya.     

Bocah tersebut menginginkan cinta ayahnya, namun apapun yang dilakukannya, sepatuh apapun sikapnya, satu-satunya reaksi yang didapatkannya adalah kekerasan dan omelan. Ia menjalani hidup dengan sangat berhati-hati. Ia hanya merasakan kepuasan ketika menelan makanan. Makan adalah caranya untuk meluapkan tekanan dalam dirinya. Hal ini berakibat pada berat badannya yang berlebihan bahkan sejak ia masih kecil.     

Melihat penampilan jelek putranya, sang ayah tidak merasa khawatir sedikitpun dan malah terburu-buru membalaskan dendam. Si anak kecil, yang tidak tahu apa-apa, memaksa diri untuk makan lebih banyak lagi demi melihat senyum di wajah ayahnya. Setelah dewasa, fisik dan jantungnya mulai sakit.     

Di sekolah, ia selalu menyendiri, yang merupakan sikap sempurna karena tidak ada yang mau duduk bersamanya. Ketika berada di rumah, setiap kali bertindak ceroboh, ia akan disambut oleh pukulan dan tendangan ayahnya. Perlahan tapi pasti, hati bocah itu mulai berubah. Hal-hal yang dipandang indah oleh orang lain terlihat jelek di matanya. Sebaliknya, hal-hal yang dihindari orang lain, dianggap sebagai benda berharga.     

Ia sering ketahuan melakukan hal bodoh seperti mencuri sisa makanan dari kantin dan mengambil barang-barang dari tempat sampah. Ayahnya akan memukulinya setiap kali ia melakukannya, namun ia tidak bisa menghentikan tindakannya. Pandangannya terhadap dunia telah benar-benar berubah.     

Setelah kejadian tersebut terus berulang beberapa kali, suatu ketika, sang ayah terlalu keras memukulinya sehingga ia harus dikirim ke rumah sakit. Pihak rumah sakit kemudian melaporkan hal tersebut pada polisi. Dengan tekanan dan saran dari penegak hukum, sang ayah akhirnya setuju untuk mengirim putranya ke asrama sekolah.     

Sang ayah adalah sponsor di sekolah, sehingga sekolah bersedia membuka kamar untuk ditinggali anak itu secara khusus. Setelah pindah ke asrama, ia harus berinteraksi dengan siswa lain. Ucapan permintaan maafnya pada orang lain meningkat secara drastis, dan penyakitnya menjadi semakin parah.      

Tidak lama setelahnya, anak-anak lelaki yang tinggal di sekitar kamarnya mulai mencium bau busuk. Sekolah pun mengikuti jejak bau sebelum membuka kamar yang sediakan untuk anak itu dengan paksa. Mereka sangat terkejut ketika pintu berhasil dibuka. Kamar tidur yang semula bersih telah dipenuhi dengan berbagai bermacam sampah. Namun, sampah yang kotor dan bau itu adalah hiasan terbaik di mata si bocah.     

Sekolah meminta seseorang membersihkan kamarnya, menghukumnya, dan mengabarkan kondisinya pada sang ayah. Cara sang ayah memberi hukuman pada putranya tidak berubah. Ia kembali menerima pukulan hebat. Catatannya pun berisi hukuman malam itu dengan sangat detail. Ayahnya baru meninggalkannya setelah tengah malam.     

Tidak peduli seberapa keras hidupnya, kehidupan harus terus berjalan. Setelah luka di tubuhnya sembuh, luka di hatinya semakin dalam. Bau busuk kembali tercium di koridor asrama. Pihak sekolah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ayahnya adalah salah satu sponsor, jadi mereka tidak dapat mengusir putranya.     

Kamar itu terus dibersihkan, namun si anak lelaki tidak berubah. Pada akhirnya, sekolah harus membersihkan kamar-kamar di sekitar kamar anak lelaki tersebut dan menyuruh seseorang membersihkan kamarnya setiap beberapa hari sekali.     

Waktu mulai berlalu dan bau busuk tampaknya telah menempel di kamar, meresap hingga ke lantai dan dinding.     

Saat itu, Akademi Swasta Jiujiang Barat terlalu sibuk berurusan dengan "kecelakaan" yang terjadi di asrama siswi, sehingga mereka tidak punya waktu untuk memedulikan si anak lelaki. Bahkan, petugas kebersihan pun berhenti datang.     

Bocah yang hatinya telah berbeda dari kebanyakan orang terus membawa sampah ke dalam kamarnya, dan bau busuk pun semakin menyengat.     

Dari titik ini dan seterusnya, buku hariannya mulai terulang kembali. Ia terus meminta maaf kepada ayahnya, meminta untuk dimaafkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.