Teror Rumah Hantu

Dengki



Dengki

2Koridor itu panjang, dan dinding di kedua sisi dicat putih. Pintu baja berkarat dapat ditemukan setiap beberapa meter, dan garis kuning polisi yang sudah usang menutup rapat setiap pintu. "Kita sudah kemari beberapa kali, tapi kita tidak pernah menyadari bahwa ini adalah koridor yang digunakan untuk mengangkut mayat."     

Beberapa sekolah kedokteran memiliki jalur khusus yang digunakan untuk mengangkut mayat. Jenis jalur khusus biasanya berada di bawah tanah, dan lantainya akan dibuat rata untuk memudahkan proses pemindahan mayat. Ciri jelas lainnya adalah lapisan cat putih di dinding. Selain itu, tidak ada hiasan khusus.     

"Ayo berhenti membuang waktu di sini. Kita sebaiknya segera bergegas menuju gudang." Liu Xianxian menarik lengan Ma Yin dan membimbingnya ke koridor yang tepat. Jalur di sebelah kiri mengarah ke kamar mayat bawah tanah, dan jalur kanan mengarah pada gudang biasa tempat berbagai peralatan bekas disimpan. Keduanya berjalan menyusuri koridor untuk beberapa saat ketika Ma Yin mendengar langkah kaki dari belakang mereka. Ia berhenti dan menggunakan senter pada kamera ponsel untuk menyinari koridor di belakangnya.     

"Xiao Yin, ada apa?"     

"Sepertinya, seseorang mengikuti kita." Ma Yin tidak yakin pada dirinya sendiri karena ketika ia mencoba untuk fokus mendengar bunyi keributan di belakang mereka, suara langkah kaki itu kembali menghilang.     

"Kau pasti salah." Liu Xianxian memaksakan senyuman yang terlihat aneh. Sudah jadi kebiasaannya untuk menghadapi ketakutan dengan senyuman.     

"Ayo masuk ke gudang terlebih dahulu. Tidak ada tempat untuk bersembunyi di koridor ini." Ma Yin dan Liu Xianxian meningkatkan kecepatan sampai mereka tiba di tikungan pertama koridor. Sebuah pintu kayu yang tergores dengan kunci yang rusak parah berada di sana. Berbagai goresan hitam memenuhi pintu. Yang paling aneh adalah seseorang telah mengukir kata 'Surga' pada pintu.     

"Ini aneh. Sebelum kita pergi, aku ingat kita telah menutup pintunya." Pintunya setengah terbuka, seperti telah dimasuki seseorang saat mereka pergi.     

"Hati-hati." Ma Yin meletakkan kedua tangan pada pintu kayu untuk membukanya. Ia berhenti di pintu dan tidak bergegas masuk. Gadis itu mungkin terlihat demikian, namun ia lebih berhati-hati daripada kelihatannya. Ia menggunakan ponsel untuk memindai setiap sudut gudang, namun tidak ada yang aneh.     

"Kali ini, kita harus bersama dan tidak perlu berpencar." Ma Yin menjaga Liu Xianxian dengan tetap berjalan di depan. Gedung tersebut sudah tersegel untuk beberapa waktu, jadi secara logis, tempat itu seharusnya sudah berdebu. Namun, anehnya, hanya ada sedikit debu. Sepertinya, seseorang masih sering membersihkan itu.     

Sebagian besar peralatan yang tidak lagi digunakan di universitas kedokteran Jiujiang diletakkan di sana, termasuk hampir segala hal yang dapat dibayangkan. Banyak benda diletakkan pada rak, dan beberapa dari antara benda-benda tersebut terlihat seolah memiliki cairan merah kental di dalamnya, seperti pernah digunakan untuk menyimpan organ manusia.     

Ada banyak benda serupa di sana. Jika melihat benda-benda tersebut, orang normal akan berbalik dan segera pergi. Namun, sebagai mahasiswa kedokteran, Ma Yin dan Liu Xianxian tidak menganggap semua benda itu menakutkan.     

Di sepanjang barisan rak, barang-barang di dalamnya lebih berantakan. Terdapat alat pemadam kebakaran yang sudah ditinggalkan, mesin fotocopy dan komputer rusak, dan meja dan kursi yang tidak digunakan menumpuk di sudut. Beberapa laporan ditemukan terbuang di dalam laci, dan peralatan olahraga yang rusak diletakkan di kursi. Lebih jauh ke dalam gudang, terdapat kostum drama yang ditinggalkan oleh klub drama, kanvas yang akan dibuang klub seni, dan banyak sampah lain. Ketika universitas dipindahkan, sebagian besar sampah telah disimpan di sana.     

"Aku sudah bertanya pada orang-orang di kampus baru. Sebelum pindah, beberapa klub meninggalkan benda yang sulit diurus untuk ditangani pihak sekolah. Untuk menghemat uang, sekolah meletakkannya di gudang bawah tanah ini." Ma Yin berjalan ke depan dan menggunakan ponsel untuk mencari di tengah-tengah tumpukan sampah. "Satu-satunya klub yang bisa kupikirkan yang akan menggunakan patung dan pahatan adalah klub seni, jadi kita harus fokus pada bagian ini malam ini."     

Setelah mengambil beberapa langkah lagi, ia menyadari bahwa Liu Xianxian masih berdiri di tempat. "Ada apa?"     

"Lihat itu." Liu Xianxian menunjuk ke komputer yang diletakkan di pojok. Stop kontak monitor terpasang dengan rapi. "Ketika kita terakhir berada di sini, aku takut colokan itu menyebabkan korsleting, jadi aku mencabutnya. Tetapi, sekarang colokannya masih terpasang."     

"Sepertinya, seseorang memang kemari. Mungkinkah dia pencuri?"     

"Kenapa pencuri sengaja datang kemari untuk menggunakan komputer? Lagi pula, komputer ini sudah terlihat sangat tua. Aku tidak yakin benda itu masih bisa digunakan." Liu Xianxian menekan tombol power, dan yang mengejutkannya, komputer tersebut masih menyala. Layar bersinar redup, namun gambar pada layar membeku, seolah-olah komputer tidak bisa bekerja lebih dari itu.     

"Abaikan saja, kita harus fokus pada pencarian kita. Bahkan jika seseorang menyelinap masuk, dia tidak akan memengaruhi perkembangan kita." Ma Yin berbalik untuk fokus di sudut tempat sebagian besar barang seni dan kerajinan diletakkan. Ia memindahkan beberapa lukisan amatir ke samping untuk mencari patung tersebut. Liu Xianxian berdiri di tempat dan tetap menatap monitor. Tidak jelas apakah monitor berkedip dalam sistem atau bayangan, namun ia bersumpah ia telah melihat bentuk manusia di layar. Ia mencondongkan tubuh untuk melihat lebih dekat, dan wajah orang itu menjadi semakin jelas. Sosok pada layar tampak seperti seorang pria botak, dan wajahnya dua kali ukuran manusia normal.     

"Liu Xianxian, ayo bantu aku!" teriak Ma Yin yang sedang mengangkat kanvas besar.     

"Oke." Liu Xianxian melepaskan stop kontak komputer dan bergegas membantu Ma Yin untuk mengangkat kanvas. Keduanya bekerja sama untuk memindahkan semua kanvas yang ternyata menutupi sebuah lemari kayu.     

"Seharusnya ada sesuatu di dalam lemari ini." Kata Ma Yin saat bergerak untuk membuka pintu lemari. Namun, ketika jarinya menyentuh pintu, ia langsung tersentak ke belakang.     

"Ada apa?"     

"Ada sesuatu di permukaan pintu." Ma Yin mengusap jari-jarinya dan mengendusnya. "Kenapa ada formalin pada pintu lemari?"     

Formalin di tangga luar dapat dijelaskan sebagai tetesan yang tidak disengaja, namun bagaimana dengan lemari di belakang kanvas? Itu terlalu aneh.     

"Mungkinkah ada mayat yang disembunyikan di dalam lemari ini?" jantung Ma Yin berdetak kencang, dan napasnya menjadi tidak beraturan. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu lemari. Ia melihat ke dalam celah, dan tidak ada tubuh di dalam lemari, hanya beberapa lukisan.     

Ma Yin menghela napas lega sambil mengeluarkan lukisan. Namun, ketika ia melihat gambar dari salah satu lukisan, jantungnya kembali berdetak kencang.     

Gaya lukisannya seperti memiliki gayanya sendiri. Itu adalah lukisan mahasiswa kedokteran yang sedang membedah mayat, namun anehnya, gambar tersebut dilukis dari perspektif mayat.     

Berbaring di dalam gudang pendingin, memandangi para mahasiswa kedokteran yang terbalut jubah kedokteran dengan rapat, pisau bedah di tangan mereka, dan pada tubuh mayat itu sendiri.     

Ada luapan emosi yang diperlihatkan lukisan itu. Terlihat kecemburuan akan hidup, kecemburuan pada kulit yang kenyal, sendi-sendi yang bisa bergerak bebas, hal-hal yang telah hilang darinya. Ia berharap bahwa bisa memilikinya daripada berbaring di atas papan, tidak dapat melakukan apa-apa ketika para siswa membedah tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.