Teror Rumah Hantu

Sepanci Sup



Sepanci Sup

1"Baiklah jika kau mengatakannya seperti itu..." Xiao Gu sedikit kecewa.     

"Jika berdiri tegak, kau tidak akan takut bayanganmu akan membungkuk. Selama kau tidak melakukan kesalahan dan menjalani hidupmu secara terbuka dan bebas, bahkan jika kau bertemu hantu, mereka yang akan takut padamu." Chen Ge berbagi pengetahuan dengan Xiao Gu, dan pemuda itu mendengarkan dengan seksama.     

"Aku mengerti sekarang. Terima kasih, Bos, untuk pengetahuannya."     

"Kau masih memiliki banyak hal untuk dipelajari di masa depan. Aku akan membantumu melihat lebih banyak hal yang tidak akan kau percayai." Chen Ge tidak memiliki orang yang berguna di sampingnya, dan banyak hal yang cukup merepotkan baginya. Kemunculan Xiao Gu membuatnya menyadari bahwa ini mungkin kesempatannya yang sempurna. Ia berencana untuk melatih karyawan rumah hantu sesungguhnya dalam diri pria muda tersebut.     

"Jangan beritahu siapapun apa yang terjadi di bus, termasuk Xu Wan." Chen Ge membuka pintu rumah hantu dan melambai agar Xiao Gu mengikutinya. "Malam ini, kau bisa tinggal di dalam ruang istirahat staf. Ingat, jangan tinggalkan ruangan dan berkeliaran sendirian. Yang terpenting, ingatlah untuk menjauhi skenario yang menakutkan."     

"Bos, dimana kau akan tidur? Aku yakin kita berdua bisa berbagi tempat tidur yang sama." Xiao Gu sedikit malu untuk mengambil keuntungan dari kebaikan Chen Ge.     

"Aku punya caraku sendiri. Nanti, aku akan menemanimu ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Setelah itu, ingatlah untuk tetap berada di dalam ruang istirahat staf sampai matahari terbit."     

"Aku bisa pergi ke toilet sendirian; aku bukan anak kecil lagi." Xiao Gu masih belum menyadari bahwa ia saat ini berdiri di dalam lokasi paling menakutkan di Jiujiang Barat. Menurut penilaian ponsel hitam, rumah hantu Chen Ge sudah bisa dianggap sebagai skenario bintang tiga.     

"Ada beberapa alat peraga yang aku letakkan di dalam kamar mandi, dan aku khawatir kau akan merusaknya." Chen Ge menemukan alasan acak dan dengan cepat menghindari topik ini. Ia memasuki ruang istirahat staf dan mengeluarkan dua set pakaiannya sendiri. Ia menyerahkan satu set kepada Xiao Gu. "Pakai ini. Beri aku baju basahmu."     

Setelah selesai mengatur semuanya, Chen Ge menutup pintu ke ruang istirahat staf. "Selamat tidur. Aku akan menemuimu besok pagi."     

"Oke." Pintu tertutup. Xiao Gu duduk di samping tempat tidur, dan hatinya merasa sangat malu. Ia tidur di tempat tidur, dan bos tidur di lantai. Ini adalah pertama kalinya ia mengalami situasi sedemikian rupa. \     

Kakak Chen memiliki lidah yang tajam, namun hati yang lembut. Meskipun dia tidak mengatakannya, aku dapat melihat dari tindakannya bahwa dia adalah orang yang baik.      

Ia menarik selimut tipisnya dan hendak berbaring di tempat tidur ketika ia tiba-tiba mendengar seekor kucing mengeong. Ia segera berdiri. Di bawah selimutnya, seekor kucing putih besar dengan sepasang mata warna-warni sedang melirik Xiao Gu dengan malas. Pandangan itu seolah berkata, Siapa kau, dan dari mana asalmu?      

"Senang bertemu denganmu." Xiao Gu memegang selimut dan berdiri di samping tempat tidur. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Si kucing putih tidak menggertak Xiao Gu. Ia menggigit boneka imut di dekatnya dan melompat ke meja belajar di sebelah meja dengan gesit. Ia mencakar saklar lampu, dan ruang kerja staf dipenuhi kegelapan. Memegang selimutnya, Xiao Gu berdiri dengan mulut ternganga.     

Ya Tuhan, dia bahkan tahu cara mematikan lampu sendiri ...     

Chen Ge berdiri di luar pintu sejenak. Ia pergi setelah melihat lampu di dalam ruangan padam. Ia juga mengganti pakaiannya dan membawa ransel yang setengah basah ke ruang alat peraga.     

Kondisi di Jiujiang Timur cukup rumit. Ini mungkin ada hubungannya dengan pintu di kota Li Wan yang telah lepas kendali. Dokter Gao mengatakan bahwa pintu itu dulu berada di bawah kendali perkumpulan cerita hantu. Jika ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pintu ini, aku dapat mencoba untuk mendapatkan beberapa informasi dari anggota perkumpulan.     

Saat membongkar laci, Chen Ge akhirnya menemukan surat pengangkatan ketua dan daftar pasien Balai Ketiga Rumah Sakit. Ia mengambil barang-barang ini dan memasuki skenario bawah tanah.     

Ia menyalakan pemutar kaset dan membuka pintu ke ruang kelas yang tersegel di SMA Mu Yang. Manekin berseragam sekolah duduk di meja mereka dengan patuh. Mereka tampak sangat serius, seolah-olah sedang mempersiapkan ujian penting.     

"Jangan khawatir, aku hanya ingin memperkenalkan beberapa teman baru pada kalian." Chen Ge berdiri di podium dan mencoba untuk pertama kalinya berkomunikasi dengan arwah di dalam daftar pasien. Ia melepaskan jiwa-jiwa orang gila sekaligus. Saat hidup, mereka adalah maniak yang paling aneh. Dalam kematian, jiwa-jiwa mereka telah menolak untuk pergi, dan mereka semua berubah menjadi arwah jahat. Ruang kelas dipenuhi angin gelap, dan meja, kursi, pintu, dan jendela berderak dengan ribut. Teriakan dan ratapan bergema di ruangan, dan mata penuh dendam diarahkan pada Chen Ge secara langsung.     

"Xu Yin." Dipenuhi dengan tetesan darah, Xu Yin muncul di sebelah Chen Ge. Semua suara dan teriakan di kelas seketika lenyap. Ketika beberapa arwah akhirnya tenang, Chen Ge berjalan melewati mereka satu per satu. Kelompok arwah ini memang berbeda dari arwah normal. Bahkan dengan Arwah Merah yang menatap mereka, mata mereka masih memancarkan kilatan berbahaya saat menatap Chen Ge dengan misterius.     

"Kita tidak dapat berkomunikasi?" Chen Ge kembali mengeluarkan surat pengangkatan ketua. Ia menunjukkan tulisan tangan dokter Gao kepada para arwah, dan ketika mereka melihat tulisan tangan tersebut, pembuluh darah merah gelap muncul di mata para arwah. Hanya dalam beberapa detik, semua arwah membungkuk di hadapan Chen Ge.     

Masih tidak bisa berkomunikasi? Atau apakah mereka menolak untuk berkomunikasi denganku karena mereka memiliki masalah denganku?     

Sebagai ketua baru perkumpulan cerita hantu, Chen Ge memiliki beberapa koneksi para anggota lama ini. Ia memanggil semua karyawan rumah hantu untuk mengepung para pasien dan meninggalkan ruang kelas.     

...     

Hujan mulai mereda. Huang Ling mengemudikan taksi, dan mobil sudah mendekati kontrakannya, namun kecepatannya melambat. Hatinya dipenuhi dengan kebimbangan. Setiap kali teringat dengan apa yang dikatakan Chen Ge, ia akan merasa takut. Haruskah aku pulang malam ini atau tidak?      

Sebelumnya, ia tidak tahu apa-apa, jadi ia tidak takut. Sekarang, ia tidak tahu siapa yang harus ia percaya. Pendapat Chen Ge terdengar valid dan logis, namun pada akhirnya, ia hanya orang luar. Jia Ming adalah suaminya, dan mereka telah berbagi kehidupan selama bertahun-tahun.     

Setelah kembali memikirkannya, Huang Ling masih belum bisa mengambil keputusan.      

Mungkin aku harus kembali ke rumah, tapi jika aku tidak kembali, kemana aku akan pergi? Tetap di dalam taksi sepanjang malam? Tetapi, bagaimana aku akan menjelaskan hal ini saat sopir taksi bangun?      

Taksi tiba di pintu masuk area perumahan, namun Huang Ling masih belum mengambil keputusan. Tiba-tiba, ia melihat seorang pria memegang payung, menunggu dengan cemas di tangga. "Jia Ming? Apakah dia menungguku?"     

Kemeja Jia Ming basah, dan ia terlihat sangat lusuh.     

"Kenapa kau baru kembali sekarang?!" suara Jia Ming terdengar cukup marah. Huang Ling memarkir taksi, dan ia baru membuka pintu hanya ketika Jia Ming memegang payung di pintu. "Kembalilah ke rumah bersamaku sekarang!"     

"Biarkan aku meninggalkan nomor ponselku pada sopir ini terlebih dahulu. Jika bangun, dia bisa menghubungiku." Huang Ling menemukan catatan di dalam taksi dan menulis memo untuk pengemudi.     

"Apa yang terjadi padamu hari ini? Mengapa sopirnya pingsan? Haruskah kita mengantarnya ke rumah sakit?" Jia Ming melihat pengemudi yang masih pingsan di kursi belakang dengan khawatir.     

"Temanku bilang dia baik-baik saja. Dia hanya terkejut, jadi dia akan baik-baik saja setelah beberapa waktu."     

"Temanmu? Sebaiknya kau berhenti bergaul dengan orang-orang aneh itu. Dari penampilan mereka, keduanya yang datang hari ini tidak terlihat seperti orang baik." Jia Ming memegang payung dan membantu Huang Ling saat mereka menuju ke atas. Pintu kontrakan merela terbuka. Cahaya hangat dari dalam ruangan menghilangkan rasa takut dan kecemasan di dalam hati Huang Ling.     

"Aku sudah memanaskan makanan sekitar tujuh hingga delapan kali, tapi kau sudah terlambat." Jia Ming menunjuk ke arah piring di atas meja. "Aku bahkan dengan sengaja membuatkanmu sup."     

"Terima kasih, tapi aku tidak selera makan." Melihat meja dipenuhi dengan makanan, Huang Ling masih cukup tersentuh. Namun, begitu terlintas dalam benaknya bahwa pria yang berdiri di sampingnya mungkin bukan suaminya, semua perasaan hangat berubah menjadi teror yang tak terlukiskan.     

"Baiklah kalau begitu, aku akan membersihkan meja. Lebih baik kau segera tidur, kau masih harus bekerja besok pagi." Jia Ming sedikit marah dan ia harus mengendalikan emosinya agar tidak meledak di depan istrinya. Huang Ling memasuki kamar, namun ia tidak melepas jaket dan celananya. Ia menarik selimut menutupi tubuhnya dan berbaring di tempat tidur.     

Di ruangan lain, Jia Ming sedang membersihkan meja. Suara piring yang jatuh ke wastafel terus bergema di seluruh ruangan. Setelah entah berapa lama, lampu di ruang tamu akhirnya padam. Seseorang memasuki kamar dan berbaring di sebelah Huang Ling. Celah kecil dapat terlihat di antara keduanya.     

Di dalam ruangan sempit yang diselimuti kegelapan, meskipun kelelahan, Huang Ling tidak bisa tertidur. Semakin ia membiarkan pikirannya mengembara, ia semakin merasa takut. Telapak tangannya terus berkeringat.     

Sekitar sepuluh menit kemudian, ketika Huang Ling mendengar suara dengkuran pelan suaminya dan memastikan bahwa pria itu tertidur, ia akhirnya menghela napas lega. Setelah seharian bekerja dan menempuh perjalanan panjang, ia sudah mencapai batasnya. Matanya perlahan tertutup, dan ia tidak sadar kapan ia tertidur. Kelelahan dari malam itu perlahan-lahan menyusulnya.     

Sekitar satu atau dua jam kemudian, Huang Ling mendapati dirinya berada dalam mimpi yang sangat menakutkan. Suaminya berdiri di pintu dengan pisau daging berkilauan di tangannya, bergumam tentang jenis bahan yang akan digunakannya malam itu untuk memasak sup.     

Keringat dingin turun di wajah Huang Ling, dan kepalanya menegang. Setelah beberapa perjuangan, matanya terbuka. Kamar tidur benar-benar gelap dan sangat sunyi. Ia memastikan bahwa tidak ada yang berdiri di pintu.     

"Itu terlalu menakutkan." Huang Ling mengusap kepalanya. Ia meraih ponsel yang ditinggalkan di meja samping tempat tidur. Ia menemukan nomor kontak Chen Ge. Ia ingin memeriksa apakah ia telah mengatur nomornya sebagai panggilan cepat atau tidak. Untuk mencegah dirinya secara tidak sengaja membangunkan suaminya yang sedang tidur, ia meringkuk di bawah selimut.     

Cahaya layar ponsel menyinari wajahnya. Huang Ling membuka riwayat panggilan telepon, dan matanya menyusuri daftar nomor yang memanggilnya malam itu.     

"Ini berasal dari suamiku." Matanya perlahan bergerak ke bawah. Ia sepenuhnya fokus pada layar. Namun, tiba-tiba, sebuah jari muncul di pandangannya untuk menekan layar, seolah-olah berusaha sangat keras untuk memanggil nomor tertentu. Melihat jari yang muncul entah dari mana, Huang Ling menggigil dan melompat di tempat tidur!     

Ponsel terjatuh di tengah tempat tidur, dan cahaya dari layar menyinari wajah suaminya. Wajah sang suami terlihat sangat akrab, namun ekspresinya sangat aneh. "Kenapa kau tidak tidur? Apakah kau terbangun karena sangat lapar?"     

"Aku baik-baik saja." Huang Ling memeluk selimut dan bangkit untuk menyalakan lampu. Namun, anehnya, walaupun ia mencoba beberapa kali, lampu menolak untuk menyala.     

Suaminya duduk di tempat tidur seperti robot, dan suaranya menjadi semakin aneh. Pria itu bergumam pada dirinya sendiri, seolah-olah ia tidak dapat memproses apa yang dikatakan Huang Ling sebelumnya. "Kalau kau lapar, ayo makan. Aku bahkan memasak sup untukmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.