Teror Rumah Hantu

Monster di Balik Pintu



Monster di Balik Pintu

2Peningkatan popularitas yang meroket adalah sesuatu yang tidak pernah diduga Chen Ge.     

Aku sudah memberi Qin Guang peringatan, namun dia menolak untuk mendengarkan. Jadi, aku tidak bisa disalahkan. Untungnya, SMA Mu Yang tidak berbahaya. Arwah di sana tidak jahat. Dia pasti akan baik-baik saja.     

 Chen Ge masih merasa bahwa ia adalah orang yang baik. Semoga Qin Guang akan cepat sadar dan akan berpikir dua kali sebelum menjiplak konten orang lain.     

Chen Ge memanfaatkan kesempatan untuk mempromosikan rumah hantu. Ia yakin banyak penonton akan mengingat nama Rumah Hantu Jiujiang Barat dari siaran langsung. Popularitasnya akan mempengaruhi banyak penonton untuk mengunjungi rumah hantu.     

"Chen Ge, aku perlu bicara denganmu tentang menyusun kontrak baru. Aku juga punya beberapa pertanyaan." Liu Dao belum memutuskan sambungan telepon. Ia juga sepertinya berada di bawah banyak tekanan. "Kau telah mengatur seluruh siaran langsung ini, kan? Semua pengaturan di dalam rumah sakit dikendalikan dan dioperasikan oleh tim di rumah hantumu, kan?"     

Liu Dao tidak terlalu mengenal Chen Ge meskipun mereka adalah rekan kerja. Ia tahu bahwa Chen Ge memiliki rumah hantu. Jadi, hal yang biasa jika ia mengenal aktor profesional dan ia memiliki kemampuan untuk merancang pengalaman menakutkan yang paling otentik. Untuk seseorang yang tidak percaya pada hal-hal gaib, ia harus menjelaskan situasi dengan logika ketika menghadapi kejadian supranatural.     

"Kurasa begitu." Chen Ge memberikan jawaban samar. Ia memang memiliki tim di rumah hantunya. Namun, selain Xu Wan, pekerja rumah hantu lain tidak dapat diungkapkan.     

"Aku tahu kau tidak di sana seorang diri." Liu Dao menghela napas. "Sebelumnya, kamera di pergelangan tanganmu jatuh. Setelah kau berlari keluar, kamera di lantai tiba-tiba mulai bergerak. Setelah Saudari Lee melihatnya, dia menduga hantu yang sebenarnya telah muncul."     

"Apa?" Chen Ge menggerakan kepala dengan cepat untuk melihat pergelangan tangannya. Ia menyadari kameranya telah jatuh, mungkin ketika ia sedang melawan perawat.     

"Lihat, kameranya kembali bergerak!"     

Chen Ge berhenti untuk melihat di sudut kanan video yang sesuai dengan posisi kamera pergelangan tangan. Video itu bergerak maju, dan kamera tampak tergantung pada pakaian perawat. Kamera tersebut bergerak ke arah Chen Ge!     

"Masih hidup setelah hukuman yang kuberikan? Apakah karena lingkungan yang unik?"     

Liu Dao tidak tahu seberapa serius situasi Chen Ge saat ini dan memberi Chen Ge nasihat serius. "Kau sebaiknya menghubungi temanmu dan mengatakan padanya untuk tidak muncul di depan kamera. Ini akan memberi penonton rasa antisipasi yang lebih besar."     

"Antisipasi apa?!" setelah memutuskan panggilan, Chen Ge segera berlari menaiki tangga. Siaran langsung menunjukkan dua sudut kamera yang berbeda, dan satu sudut sedang menghindari sudut kamera lain.     

Ini adalah sesuatu yang baru bagi penonton dan juga bagi Chen Ge. Ia bergegas menuju koridor lantai tiga. Setelah berlari beberapa saat, Chen Ge menunduk untuk melirik ponselnya. Ia menengok ke belakang!     

"Dia sudah berada di dekatku!"     

Tanpa mengetahui cara untuk melenyapkan perawat secara permanen, Chen Ge berlari ke arah tangga dan kembali ke arah lantai dua. Setelah menjauh dari si perawat, ia segera bergerak menuju lantai satu.     

Perawat tadi mengejarnya berdasarkan insting. Setelah kehilangan Chen Ge, ia mengulangi tindakannya dan memeriksa setiap kamar.     

Monster perawat berbeda dari monster cermin; ia tidak punya keinginan. Seolah-olah, ia telah menyatu dengan lingkungan di sekitarnya.     

Setelah si perawat pergi, Chen Ge keluar dari tempat persembunyiannya. Lantai ini adalah tempat segalanya dimulai. Sekarang, bau busuk benar-benar sangat menyengat.     

Koridor lantai satu terlihat berbeda dengan lantai lainnya. Pada retakan lantai, hewan yang terlihat seperti cacing tampak bergerak. Memar merah pudar pun terlihat pada dinding. Setelah mengelupas dinding, Chen Ge menemukan bahwa warna merah telah meresap ke dalam. Rasanya seperti sedang memeriksa kulit orang yang masih hidup.     

"Surat-surat direktur menyebutkan sesuatu yang serupa. Tapi, dia hanya mengatakan bahwa perubahan aneh hanya terlihat pada dinding disekitar kamar ketiga."     

Ada sekitar sepuluh kamar di lantai pertama, sesuai dengan jumlah sepuluh pasien. Chen Ge bergerak mendekati arah pintu terdekat. Pintu kamar kesepuluh terbuat dari baja. Alih-alih kamar untuk pasien, kamar tersebut lebih mirip penjara. Chen Ge mencoba banyak cara, namun pintunya masih tidak bergerak sedikitpun.     

"Kualitasnya bagus. Bahkan setelah bertahun-tahun, tidak ada tanda-tanda pintu ini akan rusak."     

Pasien di kamar kesepuluh dikenal sebagai 'si iblis'. Meskipun Dokter Gao mengatakan bahwa pasien tersebut mungkin sudah meninggal karena penyakitnya, selalu ada pengecualian.     

Malam ini, Chen Ge sudah bertemu beberapa pasien dari balai ketiga. Mungkin, pasien nomor 10 masih hidup.     

Kamar kedelapan dan kesembilan juga dilengkapi dengan pintu baja. Chen Ge tidak bisa membukanya tanpa membuat keributan besar. Tidak ada waktu untuk jalan-jalan, jadi Chen Ge bergegas menuju kamar kamar ketiga.     

Dindingnya terkelupas, dan sesuatu yang tampak seperti darah keluar dari dalam. Boneka-boneka yang setengah terlihat di bawah kasur seperti siap meraih kaki Chen Ge kapan saja.     

Setiap sudut koridor dipenuhi warna memar merah. Ketika Chen Ge menyentuhnya, garis-garis yang tampak mencurigakan seperti pembuluh darah akan muncul. Rasanya benar-benar aneh; ia merasa gedung itu sendiri yang berdarah.     

Bau busuk di udara sangat pekat dan menyengat. Dengan berusaha menekan rasa mual yang semakin kuat, Chen Ge berjalan menuju kamar ketiga. Ketika sudah cukup dekat, ia akhirnya melihat pintu yang dimaksud.     

Pintu itu sepenuhnya berwarna merah karena darah, setengah terbuka, dan ada tanda 'dilarang masuk' tergantung pada kenop pintu.     

"Ini adalah 'pintu' yang telah menghancurkan rumah sakit."     

Setelah melihat pintu kamar ketiga, Chen Ge akhirnya menyadari betapa berbahayanya situasinya saat ini. Chen Ge melangkahkan kaki ke depan dengan terpaksa. Bahkan, pisau daging dan palu di tangannya tidak memberinya rasa aman sedikitpun. Setiap sel di tubuhnya berteriak agar ia pergi. Namun, suara di otaknya mendesaknya untuk tetap bergerak maju.     

Dengan rambut yang berdiri, Chen Ge akhirnya berhenti di depan pintu kamar ketiga. Di koridor yang gelap, sebuah pintu berada di tengah dinding berlumuran darah. Pintu tersebut seperti jantung balai ketiga, dan semuanya berpusat padanya.     

Apakah ini akan terjadi pada pintu di rumah hantuku jika aku terus membiarkannya?     

Chen Ge melihat ke dalam kamar ketiga melalui celah pintu. Langit-langit, dinding, tempat tidur ... semua berwarna merah. Meskipun hanya sebuah pintu, benda tersebut adalah pembatas antara dua dunia yang berbeda.     

Ia mengulurkan tangan dan berniat menutupnya. Namun, ketika baru saja menggerakan pintu, sebuah suara yang tidak asing memasuki telinganya.     

Ia telah mendengar suara ini di rumah hantunya — suara seperti sesuatu yang terseret.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.