You Are Mine, Viona : The Revenge

Abby\'s anger



Abby\'s anger

0Karena Aaric tak diperbolehkan sang ibu ke kantor alhasil semua pekerjaannya diambil alih Abby, beberapa orang manajer yang seharusnya melaporkan hasil kerjanya kepada Aaric pun bingung ketika yang mereka temui ternyata adalah sang putra pertama ceo Endurance Corporation.      

Abby pun tak diperbolehkan sang ibu untuk membocorkan apa yang sedang Aaric lakukan, begitu juga Fernando. Dia bahkan sampai diancam oleh sang istri untuk tidak bicara apapun terlebih dahulu sampai konferensi pers mereka lakukan, Viona ingin lebih fokus mempersiapkan pernikahan putranya tanpa diganggu oleh wartawan yang mengejar-ngejar untuk meminta keterangan. Viona yang sudah pernah mengalami hal itu tak ingin terulang lagi pada menantunya, Kate.      

Karena itu Abby pun hanya bisa patuh dan tak banyak bicara, ia mengerjakan semua pekerjaannya dan pekerjaan sang adik dalam satu waktu. Beruntung proyek mega besar mereka di Mesir sudah berjalan, sehingga saat ini hanya perlu memastikan dari jarak jauh saja perihal pemasangan panel-panel surya yang ada di Mesir.     

Abby yang sedang sibuk dari pagi tak menyadari kalau saat ini seorang gadis cantik sudah berdiri dihadapannya, gadis cantik berambut blonde itu adalah sekretaris baru yang mulai bekerja dua hari ini.      

"Permisi Tuan, ini ada beberapa dokumen yang harus anda periksa,"ucap sang sekretaris baru itu dengan sopan.     

"Letakkan saja di meja, aku harus memeriksa dokumen yang lain terlebih dahulu,"jawab Abby datar tanpa mengangkat wajahnya menatap sang sekretaris.      

Sekretaris baru itu tak bergeming, ia masih berdiri di tempatnya sampai akhirnya tiba-tiba saja dengan berani karyawan baru itu berjalan mendekati meja Abby dan langsung meraih pena yang digunakan Abby untuk menandatangani berkas-berkasnya.      

"Apa yang kau…"     

Kilatan kemarahan dimata Abby langsung hilang saat melihat sosok yang kini sudah bersandar pada meja kerjanya.     

"Surprise."      

Abby menelan ludahnya. "Natalie,"gumam Abby lirih.     

"Yes, it's me Natalie Oliveira. The girl who lost everything because of you and your father,"ucap Natalie dengan tegas.      

Abby yang sebelumnya terkejut akan kehadiran Natalie pun akhirnya tersadar, dengan gerakan cepat Abby menarik tangan Natalie sehingga membuatnya terjatuh di pangkuan Abby.      

Srett..     

Belahan rok yang digunakan Natalie pun sobek semakin tinggi karena posisi duduknya yang tak nyaman, paha mulusnya pun semakin terlihat jelas saat ini.     

"Xander,"desah Natalie gelisah, ia merasa sedikit tidak nyaman duduk di pangkuan Abby dengan posisi paha yang terekspos jelas.     

Abby terkekeh. "Kenapa? Bukankah aku yang seharusnya terkejut melihatmu ada di kantorku, Nate?"     

"Jangan begini, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."     

Sebagai seorang laki-laki normal sangat munafik jika Abby tidak tergoda oleh mulusnya paha Natalie yang ada di pangkuannya saat ini, apalagi ditambah sudah lama ia tak bercinta.     

Tanpa permisi Abby langsung meletakkan tangannya di paha mulus Natalie.      

"X-xander…"     

"Yes it's me, your Xander, Natalie." Abby langsung menyahut perkataan Natalie dengan cepat, bersamaan dengan semakin cepat pula gerakan naik turun tangannya di paha Natalie.     

Gerakan tangan Abby sukses membuat Natalie gelisah, secara tak sadar ia menancapkan kukunya di leher Abby sebagai pelampiasan atas apa yang ia rasakan saat ini akibat perbuatan Abby yang meraba-raba area sensitifnya.      

"Are you virgin, Nate?"tanya Abby lirih tanpa menghentikan aktivitasnya dibalik rok pendek Natalie.     

"Please Xander…"     

"What? Answer me!"      

Natalie menggigit pundak Xander ketika mencapai pelepasan, sungguh Abby hanya bermain dibalik celana dalamnya saja tapi Natalie sudah mencapai mendapatkan pelepasan. Tak pernah disentuh oleh pria manapun selama hidupnya membuat Natalie tak bisa menahan diri ketika mendapatkan sentuhan mendadak dari Abby.     

Merasakan celana dalam Natalie basah Abby tersenyum tipis, ia kemudian menarik tangannya dari dalam rok Natalie yang sudah tak layak di sebut rok itu.     

"I know the answer, you don't need to answer it, Nate,"ucap Abby pelan sambil menatap wajah Natalie yang sudah memerah di dadanya.     

"Kau benar-benar bajingan, Xander. Kau tak hanya menghancurkan keluargaku, kau juga berbuat kurang ajar padaku,"sahut Natalie lirih menggunakan sisa-sisa tenaganya.     

Aaric tersenyum. "Aku anggap itu pujian, hari ini kau aku bebas tugaskan. Ada pekerjaan penting yang harus kau lakukan denganku, Nate." Kedua mata Abby nampak berkilat saat bicara, tajam seperti singa yang siap menyantap kelinci.     

Menyadari ada bahaya Natalie pun berusaha bangun dari pangkuan Abby, pria yang baru saja membuat seluruh tubuhnya lemas itu bukan pria yang sama seperti lima tahun yang lalu. Pria ini bukan Xander yang sopan seperti dulu, pria ini sekarang jauh lebih buas dan liar.      

Meski kedua kakinya terasa seperti jelly Natalie berhasil bangun dari pangkuan Abby.      

"Aku bukan pelacur, jadi kau tak bisa kurang ajar padaku seperti tadi, Xander!"     

Abby tersenyum dan meraih tisu yang ada diatas meja untuk membersihkan tangannya dari sisa cairan Natalie yang tertinggal di tangannya, melihat apa yang dilakukan Abby wajah Natalie pun kembali panas. Ia tahu alasan Abby kenapa mengeringkan tangan.     

"Kau benar-benar bajingan, Xander! Aku membencimu!!"pekik Natalie dengan keras.      

Tanpa pikir panjang Natalie segera pergi dari hadapan Abby, namun gerakan Natalie kalah cepat dengan Abby yang sudah menekan tombol rahasia di bawah meja kerjanya sehingga pintu ruangannya otomatis langsung terkunci dan tak bisa dibuka kecuali ia menempelkan tangannya ke smart lock yang terpasang di pintu.     

Tubuh Natalie langsung menegang saat menyadari ada yang salah, pintu tempatnya masuk tadi terkunci rapat. Ia tak bisa membukanya.     

Damn.     

"Buka pintu ini, Xander! Jangan macam-macam atau aku teriak!" Natalie mencoba mengancam Abby dengan kalimat gertakan yang tak berarti.     

Abby yang sudah berhasrat pada Natalie pun tersenyum, tanpa rasa bersalah ia berjalan dan duduk di sofa.      

"Duduklah, semua bisa dibicarakan baik-baik,"ucap Abby pelan sambil menepuk pahanya perlahan, ia memberikan kode pada Natalie untuk duduk di pahanya.     

"In your dream, bastard!!"hardik Natalie keras.     

"Haha...kenapa kau memanggilku bastard? Padahal tadi kau menikmati permainanku, buktinya kau sampai menggigit pundakku saat mencapai puncak kenikmatan. Jadi ayolah jangan munafik, aku tahu kau menginginkan aku. Jadi kemarilah, akan ku selesaikan permainan tadi."     

"Fuck you Xander!! I hate you, aku salah sudah menilaimu. Aku menyesal mencarimu lagi setelah apa yang kau lakukan pada keluargaku, seharusnya aku membencimu seperti kakakku yang sangat membencimu. Seharusnya aku ikut kak Nelly untuk bergabung dengan organisasinya agar bisa membunuhmu dan ayahmu yang brengsek itu."     

Sorot mata Abby yang sebelumnya hangat berubah drastis saat mendengar perkataan Natalie, Abby terlihat marah saat Natalie mengatakan ingin membunuhnya dan menyebut ayahnya bajingan. Perlahan namun pasti Abby bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Natalie, dalam gerakan cepat Abby langsung mencengkram leher Natalie dengan keras.     

"Coba katakan lagi apa yang tadi kau katakan, Nate!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.