You Are Mine, Viona : The Revenge

Fernando\'s action : 2



Fernando\'s action : 2

1Viona terlihat menangis didepan sebuah ruangan ICU seorang diri mengkhawatirkan nasib ibu Debora yang sedang dipertaruhkan saat ini pasalnya pihak rumah sakit akan melepaskan semua alat bantu kehidupan ibu Debora karena Adam belum membayarkan biaya kamar perawatan ibu Debora selama satu minggu kedepan, padahal ia sudah membayar untuk dua hari. Namun hal itu di tolak rumah sakit, mereka mengatakan Adam harus membayar biaya perawatan ibu Debora untuk satu minggu kedepan yang sangat memberatkannya.     

"Saya adalah dokter juga, anda tak bisa melakukan ini pada ibuku dok," ucap Adam memelas pada Dokter Paul sang pemimpin rumah sakit dimana ibu Debora dirawat.     

"Saya tau dokter, tapi maaf rumah sakit ini punya peraturan dan peraturan itu tak bisa dilanggar begitu saja. Kalau anda mau silahkan bawa ibu anda pulang dan rawat ibu anda di klinik ada itu saja," sahut dokter Paul dengan enteng tanpa merasa bersalah.     

"Dokter!!! Anda seorang bagaimana bisa anda bicara seperti itu?!!" hardik Adam penuh emosi.     

"Business is business dok, ini tentang uang. Kami butuh uang, rumah sakit ini butuh uang jadi kalau anda tak bisa bayar silahkan pergi bawa ibu anda. Ruang ICU ini akan digunakan orang lain," jawab dokter Paul tanpa rasa bersalah.     

"Brengsek kau Paul…aku selama ini hanya mendengar tentang kejelekanmu saja dari orang-orang, ternyata kau benar-benar bajingan kau…     

Brug     

Adam tak dapat menyelesaikan perkataanya karena ia dipukul oleh dokter Paul sehingga membuatnya jatuh tersungkur di lantai.     

"Jaga ucapanmu Adam, kau adalah dokter kecil. Di rumah sakit ini yang berkuasa jadi aku bisa berbuat sesuka hatiku," ucap dokter Paul penuh emosi.     

"Cepat kalian cabut semua selang-selang itu. Lagi pula wanita ini sudah tua, sebentar lagi dia juga mati," imbuh dokter Paul memerintahkan para suster rumah sakit untuk mencabut alat bantu kehidupan ibu Debora yang terpasang di tubuhnya.     

"Baik dok," sahut empat orang suster kompak, mereka lalu berjalan menuju ke ranjang ibu Debora dan bersiap mencabut semua alat bantu itu setelah menendang dokter Adam yang berusaha menahan mereka agar tak melakukan hal itu.     

Karena jika semua alat itu dicabut maka dalam waktu lima menit ibu Debora akan meninggal, dan Adam tau betul hal itu.     

"Jangaaannn aku mohon…berikan aku waktu, aku akan mencari uang untuk ibuku. Tapi jangan cabut alat penunjang kehidupannya itu," tangis Adam memelas sambil menahan sakit diperutnya karena ditendang oleh seorang perawat yang merupakan asisten pribadi dokter Paul yang juga terkenal kejam.     

"Cepat cabut,aku sudah berubah pikiran. Biarkan wanita tua ini mati dan…arrggghhh     

Brukkk     

Dokter Paul tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba ia tersungkur kedepan setelah tubuhnya yang gemuk ditendang dari belakang oleh seseorang yang baru saja merangsek masuk ke ruang ICU.     

"S—siapa kalian, kenapa kalian bisa masuk ke ruangan ini?!!" pekik suster wanita yang tadi menendang perut dokter Adam kaget saat melihat dokternya jatuh tersungkur mencium lantai yang keras sehingga membuat hidungnya berdarah karena kerasnya tendangan yang ia terima.     

"Cepat bawa manusia tak punya hati keluar dan berikan mereka berempat pelajaran, aku mau urus beruang kutub ini dulu," ucap Fernando keras memerintahkan Justin untuk membawa empat orang perawat keluar dari ruangan ICU.     

"Baik tuan," jawab Justin patuh, ia lalu melaksanakan perintah Fernando dengan cepat.     

Keempat perawat itu langsung diseret paksa keluar dari ruang ICU oleh bodyguard Fernando, suara teriakan mereka terdengar menyayat hati namun para bodyguard Fernando tak menghiraukannya. Begitu pula dengan Justin, ia terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di ponselnya.     

Setelah Justin membawa keempat perawat yang hampir melepas alat bantu kehidupan ibu Debora dari tubuh ibu Debora yang tak berdaya Fernando lalu menarik kerah baju dokter Paul dengan cepat, ia menyeret dokter berbadan gempal iti dari ruang ICU karena tak mau membuat istirahat ibu Debora terganggu.     

"Tuan…     

"Kau urus ibu dokter," ucap Fernando datar memotong perkataan Adam dengan cepat samba terus menyeret dokter Paul keluar dari ruangan ICU.     

"Baik tuan," sahut Adam singkat.     

Fernando tersenyum mendengar perkataan Adam , ia lalu memusatkan perhatiannya lagi pada dokter Paul yang sudah berdarah karena hidungnya tadi membentur lantai. Walaupun ukuran tubuh dokter Paul besar tapi tak menyulitkan Fernando sama sekali, apalagi saat ini Fernando sedang diliputi kemarahan yang sangat besar.  Tanpa ampun Fernando terus melayangkan pukulannya pada dokter Paul di hadapan para dokter dan suster rumah sakit itu, mereka dipaksa Fernando untuk melihat apa yang ia lakukan pada dokter Paul sebagai pelajaran. Suara teriakan minta ampun dari dokter Paul pun tak ia hiraukan sama sekali, Fernando justru semakin bernafsu menghajar dokter mata duitan itu.     

"A-aammmpunnn tuannn aarggghhhh….     

"Manusia sampah sepertimu tak pantas hidup!!!mana ada dokter yang tega melepas alat bantu pasiennya sepertimu tadi, kau adalah sampah yang tak pantas ada di bumi ini Paul!!" Hardik Fernando penuh emosi sambil menginjak perut buncit dokter Paul menggunakan sepatu mahalnya yang keras.     

"Arrrhhh….ampuunnn tuaannn….ampuunnn,"     

"Matiii kau...     

"Jangaannn!!!! Jangan lakukan itu Fernando," teriak Viona dengan keras.     

 Mendengar perkataan Viona membuat Fernando yang sudah menarik pelatuk pistolnya yang sudah mengarah ke kepala dokter Paul langsung terhenti, melihat Fernando tak melanjutkan tujuannya Viona langsung berlri ke arah Fernando dan spontan memeluknya dengan erat . Fernando yang tak menyangka akan dipeluk seperti itu oleh Viona langsung membeku, Viona yang ia ajak bicara selama dua hari lalu tak merespon semua perkataannya itu kini justru memeluknya.     

"Honey…     

"Jangan…jangan bunuh dia, jangan membunuh orang Fernando. Aku tak mau melihatmu dipenjara," ucap Viona terisak, air matanya yang ternyata sudah deras nampak membasahi kemeja yang dipakai Fernando.     

"Iya…aku tak akan membunuhnya, jangan menangis honey," sahut Fernado lembut sambil menurunkan pistolnya yang terarah ke dokter Paul yang sudah tak berwujud karena wajahnya sudah penuh darah.     

Suara langkah kaki yang datang ke ruangan itu membuat Viona melepaskan pelukannya dari Fernando, ia langsung menyadari kesalahannya karena memeluk Fernando. Sambil menundukkan kepalanya Viona berjalan mundur menjauhi Fernando yang saat ini sudah dikelilingi Harry yang bodyguard lainnya yang datang bersama pemilik rumah sakit.     

"T—tuan Willan," ucap pemilik rumah sakit yang bernama Roger White tergagap saat melihat Fernando ada dihadapannya sambil memegang pistol.     

"Selamat datang tuan Roger, maaf membuatmu harus datang secara paksa. Tapi sepertinya anda harus tau bahwa di rumah sakit anda ini ada dokter sampah yang seharusnya tak diterima bekerja di rumah sakit manapun didunia ini," jawab Fernando ketus sambil menginjak paha dokter Paul dengan keras.     

"Aaarrrgghhh sakittt tuannn….ampuunnn"     

Dokter Paul mengerang kesakitan saat kakinya diinjak oleh Fernando, namun bukannya berhenti dan mengangkat kakinya Fernando justru semakin keras menginjakkan kakinya di paha dokter Paul sehingga menbuat  tuan Roger White yang merupakan kerabat dokter Paul menelan salivanya perlahan karena melihat kekejaman Fernando secara langsung.     

"Kenapa kau diam tuan White? Atau jangan-jangan selama ini kau juga tau bahwa doktermu ini memainkan politik uang untuk memeras pasien ya?" tanya Fernando dengan suara meninggi.     

Brukkk     

Roger White langsung berlutut dihadapan Fernando ketika mendengar perkataan pemilik rumah sakit Global Bross yang sangat terkenal itu sambil menundukkan wajahnya ketakutan.     

"Wahhh benar-benar rumah sakit sampah, seharusnya manusia jenis ini tak pantas memimpin sebuah rumah sakit yang notabene untuk melayani masyarakat," ucap Fernando kesal sambil mengacungkan pistolnya kembali ke arah Roger White.     

"Fernando…..!!!" pekik Viona kembali dengan suara melengking yang membuat Fernando menoleh ke arahnya.     

Deg     

Jantung Fernando terasa sakit tiba-tiba saat melihat cairan berwarna merah ada di bibir Viona, dengan cepat Fernando menyerahkan pistolnya pada Harry yang berdiri disampingnya.  Secepat kilat Fernando langsung berjalan menuju tempat Viona.     

"Kenapa…kenapa bibirmu berdarah honey…     

Bersambung       


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.