Penyihir kegelapan di dunia magus

Pengaturan



Pengaturan

2"Gereja Ular Raksasa?" Ekspresi wajah Rafiniya berubah ketika ingatan-ingatan yang tersimpan di dalam benaknya itu muncul kembali.     

"Leylin, huh..." Kejadian-kejadian yang muncul di dalam benak Rafiniya itu terasa masih segar di dalam ingatannya dan ingatan tersebut membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Sosok penyihir legendaris termuda itu kembali muncul di dalam benaknya bersama dengan semua ketampanannya dan sebuah kenangan dari bayangan yang selama ini sudah dia buang jauh-jauh dari hidupnya tersebut.     

"Kita akan bertemu lagi..." Pikir Rafiniya dalam hati. Terakhir kali dia bertemu Leylin adalah ketika dia mengundang pria itu agar datang ke wilayah utara untuk membunuh Malar. Namun, mereka berpisah karena masalah pembagian hasil rampasan perang dan dia mendengar bahwa pria tersebut telah memukul mundur beberapa gereja lalu keluar sebagai pemenang.     

Bahkan setelah itu muncul berita yang lebih mengejutkan lagi, Leylin Faulen telah membawa sebuah pasukan berjumlah lima ribu orang ke kekaisaran penduduk asli dan benar-benar mengambil alih kekaisaran tersebut. Dia naik peringkat menjadi seorang manusia setengah dewa, dan membangun Gereja Ular Raksasa!     

Rafiniya menggertakkan giginya. Berita itu menjelaskan bahwa mantan pemimpinnya tersebut telah memilih sebuah jalan yang berbeda dan telah menempuhnya hingga mencapai jarak yang lebih jauh dari jarak yang dia tempuh di jalannya sendiri.      

Rafiniya sangat menyadari bahwa statusnya yang sekarang sebagai seorang prajurit gereja berperingkat Legenda adalah berkat berkah dari Tyr. Tapi mengapa di sebuah gereja yang dipenuhi dengan para prajurit gereja, dewa tersebut justru memberikan perhatian kepadanya? Dia tidak ingin memikirkan alasannya dan menghindari membahas masalah itu, tetapi sekarang dia sudah tidak bisa mundur lagi.     

"Aku harus percaya pada keadilan dan memperjuangkan kebenaran!" Teriak Rafiniya, seolah sedang menegaskan kembali pikirannya.     

"Baiklah. Dewa kita akan menjagamu!" Kardinal itu pergi setelah menerima jawaban yang dia inginkan.     

Namun Rafiniya mengepalkan tinjunya erat-erat. 'Para makhluk setengah dewa, pengorbanan-pengorbanan darah, dan transaksi-transaksi terlarang. Leylin... Jika kamu ada di sana, aku tidak akan ragu untuk menarikmu keluar dan menghukummu atas nama keadilan!'     

...     

Dukungan dari Helm membuat Gereja Keadilan dapat melakukan perjalanan dengan sangat cepat. Mereka hanya membutuhkan waktu selama tiga hari untuk memastikan lokasi Gereja Kalajengking Beracun. Dua gereja resmi tersebut mengumpulkan para prajurit mereka di luar sebuah kota kecil.     

"Ini adalah Kardinal Romese dari Gereja Perlindungan. Dia akan bertanggung jawab atas operasi ini, kita akan membantunya!" Seorang pendeta di pihak Rafiniya memberi penjelasan.     

Mata Romese bersinar cerah setelah dia melihat ke arah Rafiniya. "Nona Rafiniya, sang bintang harapan bagi para rakyat jelata! Terimalah penghargaan terbesar kami atas cinta dan perlindungan yang anda berikan."     

Rafiniya adalah seorang perempuan yang benar-benar cantik, dan dia memiliki sebuah aura kemurnian serta kesucian sebagai seorang prajurit gereja.     

"Partisipasi anda dalam misi ini memberikan kami rasa percaya diri yang lebih besar." Kardinal Romese memberikan sambutan yang tulus kepada partisipasi Rafiniya. Hal semacam ini sangat wajar, karena tidak ada orang yang akan menolak bantuan dari seorang Profesional berperingkat Legenda.     

"Mari kita lewati percakapan ringan ini. Saya pasti akan mematuhi perintah anda. Saya harap anda tidak menyimpan dendam terhadap mereka, menghilangkan kejahatan adalah prioritas utama kita." Rafiniya berbicara dengan tegas dan tanpa perasaan.     

Namun, sikap ini membuat Romese menjadi lebih menghargai Rafiniya. Pria itu melambaikan tangannya, dan seorang pendeta bergerak maju untuk memberikannya sebuah peta yang ditulis diatas selembar perkamen.     

"Informan kita mengatakan bahwa Gereja Kalajengking Beracun sedang melakukan sebuah pengorbanan darah. Mereka menggunakan garis keturunan dan kekuatan dari seorang dewa untuk membangkitkan dewa palsu mereka... Dewa-dewa palsu lainnya mendukung mereka, termasuk Golem Berkepala Singa, Dewa Murky Darkness, dan Ular Raksasa dari laut wilayah selatan..."     

Romese memberikan penjelasan singkat tentang situasi saat ini dan membuat ekspresi wajah orang-orang yang mendengarkan penjelasan itu berubah menjadi serius. Para makhluk setengah dewa adalah makhluk-makhluk yang sangat kuat dan telah menumpahkan banyak darah. Banyak pasukan dari gereja mereka yang mati di tangan para musuh semacam ini.     

Ini adalah sebuah masalah yang cukup sederhana. Semua makhluk setengah dewa yang mudah ditangani sudah dieksekusi oleh gereja-gereja resmi. Jika mereka bisa bertahan hidup untuk waktu yang sangat lama, maka para dewa palsu ini bukan makhluk setengah dewa biasa. Mereka memiliki kecerdikan dan kekuatan yang sangat besar.     

"Ini adalah Kastil Pohon, tempat yang mereka pilih untuk melakukan pengorbanan." Kardinal itu menunjuk sebuah lingkaran berwarna merah yang ada di dalam peta tersebut, kata-katanya terdengar sangat jelas.     

"Baron di yang tinggal di Kastil Pohon itu telah dicuci otak oleh Gereja Kalajengking Beracun, sehingga pasukan dan warga sipil yang ada di sana sudah berada di bawah kendali mereka. Kita telah mendapatkan perintah dari keluarga kerajaan. Semua orang jahat yang ada di wilayah tersebut harus segera dieksekusi!"     

Tidak ada yang keberatan dengan kata-kata Romese tersebut. Para pengikut dewa palsu tidak dianggap sebagai manusia oleh orang-orang yang ikut serta dalam misi suci ini. Mereka tidak lebih dari sekelompok makhluk yang telah kehilangan akal sehat mereka sehingga mereka harus dimusnahkan!     

"Para pasukan penjaga dan prajurit gereja akan bekerja sama dengan kita. Target kita kali ini adalah keturunan dari dewa palsu itu dan para petinggi dari Gereja Kalajengking Beracun." Romese membagikan foto Raike dan Schliff. Gambar itu terlihat sangat mirip dengan sosok mereka berdua dan tidak akan ada orang yang salah mengenali keduanya.     

"Ini adalah keturunan dewa palsu itu, inti dari pengorbanan darah mereka. Namanya Raike, dan dia adalah target utama kita."     

"Penyihir ini dikenal sebagai Schliff dan dia adalah salah satu uskup utama gereja itu. Meskipun dia adalah seorang penyihir berperingkat tinggi, namun dia belum mencapai peringkat Legenda. Dia unggul dalam penggunaan mantra teleportasi instan dan portal..."     

"Misi kita sederhana. Jika tidak ada dewa palsu yang membantu mereka, kita bisa mengurus sendiri masalah ini," Rafiniya menyimpulkan setelah penjelasan singkat Romese selesai. Namun, mereka tahu bahwa kemungkinan para makhluk setengah dewa akan berada di tempat tersebut, jadi tidak ada yang berani menurunkan kewaspadaan mereka.     

"Apakah sekarang semuanya sudah mengerti? Segera berangkat!" Romese menaiki kuda perangnya, kuda yang tinggi dan kuat itu meringkik keras.     

*Drap! Drap!* Para kuda perang tersebut melaju dengan penuh tenaga ketika sekelompok kecil pasukan elit dari gereja-gereja ini berangkat ke arah Kastil Pohon.     

...     

Kastil Pohon telah berubah menjadi dataran tandus lainnya. Kabut berwarna hitam menyelimuti wilayah tersebut seperti rahang seekor makhluk yang melahap seluruh wilayah itu.     

Sebuah mata besar melayang di udara. Sepertinya Romese mendapatkan beberapa informasi dari dewanya, dan dia berkata dengan yakin, "Ini adalah kekuatan dari seorang dewa palsu... Pengorbanan darah mereka sedang berada pada tahap yang paling penting."     

"Semoga dewa membimbing kita!" Para pendeta lainnya berdoa dengan sungguh-sungguh ketika seberkas cahaya redup berwarna putih terpancar dari tubuh mereka. Kabut berwarna hitam itu segera dihilangkan untuk mengungkapkan sebuah jalan yang tersembunyi.     

"Ayo pergi!" Romese memimpin bersama Rafiniya yang mengikuti tepat di belakangnya. Pemandangan-pemandangan yang dilihat oleh wanita itu membuatnya mengencangkan cengkeramannya pada tali kekang kudanya. Tanaman-tanaman di wilayah tersebut sudah layu dan lahan pertaniannya dibiarkan kosong serta berantakan. Seolah-olah para petani telah dikeluarkan secara paksa dari wilayah itu.     

"Kastil itu ada di sana!" Romese berbalik dan menuju ke arah lain.     

Jejak-jejak samar dari darah yang berceceran menceritakan situasi mengerikan yang telah terjadi di wilayah tersebut. Rafiniya menggertakkan giginya dan bersumpah, "Dewa-dewa keji, aku tidak akan pernah melepaskan kalian!"     

Kastil-kastil seringkali mewakili sebuah sejarah panjang dan memberikan perlindungan mutlak bagi warisan-warisan yang sangat dibanggakan oleh para bangsawan. Namun pada saat ini baron Kastil Pohon sedang berdiri di sudut sebuah dinding, dan tatapan matanya terlihat sangat aneh namun bersemangat. Kebanggaan dan ketenangan, serta kecerdasan yang merupakan sifat terpenting yang seharusnya dimiliki oleh seorang bangsawan, kini telah menghilang dari tubuhnya.     

'Dua puluh ribu warga sipil, dan petinggi serta para bangsawan. Kuharap dewa merasa puas dengan persembahan yang kuberikan!' Ekspresi penuh semangat yang terlihat di wajah baron tersebut hanya bisa ditunjukkan oleh para pengikut dewa yang paling taat.     

"Dewa Kalajengking Beracun pasti akan merasakan ketulusanmu." Schliff sedang membawa sebuah buku tebal besar dari gereja, dia mengenakan pakaian kebesaran seorang paus, lengkap dengan mahkotanya.     

"Pasukan musuh akan segera tiba di sini. Kuharap kamu dapat bertarung sampai akhir, semua pasukan gereja akan berada di bawah perintahmu." Schliff menyerahkan sebuah tongkat emas dengan ukiran berbentuk kalajengking kepada baron itu.     

"Semua demi dewa kita!" Baron itu bersumpah ketika dia menerima tongkat tersebut dengan sikap yang bersungguh-sungguh.     

"Bagus sekali!" Schliff tidak ragu untuk meninggalkan dinding kastil tersebut. Untuk apa dia khawatir mempercayakan tugas ini kepada seorang pengikut dewa yang begitu bersemangat?     

Banyak pengikut Gereja Kalajengking Beracun yang tetap berada di dalam kastil tersebut. Disana terdapat banyak tubuh wanita muda dan para bangsawan penguasa yang berserakan di lantai.     

Aula resepsi kastil itu sudah mengalami sebuah perubahan yang sangat besar. Banyak barang dan fasilitas utama yang telah dihilangkan serta digantikan dengan sebuah altar menjulang tinggi yang berisi tumpukan mayat yang masih mengucurkan darah.     

Di bagian atas altar tersebut terdapat sebuah singgasana yang terbuat dari tulang-tulang berwarna putih yang bentuknya menyerupai sebuah kurungan yang mengurung seorang pemuda di dalamnya.     

Mata pemuda itu bersinar cerah ketika dia melihat Schliff, "Schliff, selamatkan aku! Aku tidak ingin mati!"     

"Omong kosong!" Pemuda bernama Raike itu menahan napas ketika mendengar kekejaman di dalam suara Schliff yang sedang membentaknya, "Anda adalah keturunan dewa kita. Tujuan dari keberadaan anda adalah untuk dikorbankan demi dia!"     

Kata-kata tanpa perasaan Schliff itu menghancurkan semua khayalan yang dimiliki bocah tersebut. "Tapi... Tapi aku..." Wajah Raike langsung memucat.     

"Tidak ada 'tapi'... Dewa kita pasti akan dibangkitkan dari dagingmu. Itu akan menjadi kemuliaan besar bagi anda! Schliff berjalan ke atas panggung yang dipenuhi oleh banyak pengikut dewa yang sudah menunggu.     

"Saudara-saudara. Dewa kita belum mati, namun hanya pergi untuk sementara." Schliff merentangkan tangannya dan membuat pertanyaan, "Sekarang, selama kita merapalkan nama dewa kita dengan bersungguh-sungguh, dia akan mengumpulkan cukup energi untuk mengubah dunia dan muncul di hadapan kita, serta memimpin kita ke dalam masa depan yang penuh kemenangan!"     

"Dewa, oh dewa! Engkau adalah segalanya, dagingku, darahku, jiwaku..." Para pengikut dewa yang ada di sini adalah para pengikut yang paling gila dari semua pengikut dewa lainnya. Mereka mulai merapalkan doa, dan meskipun jumlah mereka tidak banyak, namun kekuatan keyakinan mereka telah terkumpul di atas altar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.