Penyihir kegelapan di dunia magus

Penyergapan



Penyergapan

3"Yang Mulia... Saya sudah melakukan apa yang anda perintahkan dan menyelesaikan perdagangan dengan Kelompok Pedagang Neon..." Gara berdoa di depan patung Malar setelah mengantarkan Kelompok Pedagang Neon pergi,     

"Grr... Roar!" Seberkas cahaya berwarna emas menyinari tubuh Gara dan patung itu mengeluarkan suara geraman binatang buas. Kesadaran Malar telah turun untuk mengeluarkan sebuah perintah suci. Meskipun dukun tersebut harus menafsirkan rangkaian suara ini secara akurat, tetapi hal itu sudah biasa dia lakukan. Di berkali-kali menganggukkan kepalanya...     

Pada saat yang sama, beberapa dewa telah berkumpul di dalam kerajaan ilahi Malar.     

"Gereja Ular Raksasa terlalu sombong," Cibir seekor Orc yang tubuhnya diselimuti oleh sebuah kegelapan yang sangat tenang. Ini adalah Shargaas sang Dewa Persembunyian Orc.     

"Tidak buruk... Seorang dewa berperingkat rendah berani untuk bersekutu dengan para dewa Orc seperti kita..." Dewa Orc lain yang tubuhnya tinggi dan perkasa menyeringai, dia memancarkan sebuah aura yang kasar dan liar. Ini adalah Ilneval sang Dewa Petarung berperingkat rendah.     

"ROAR!" Tepat pada saat itu, serangkaian suara raungan dan lolongan terdengar dari kerajaan ilahi tersebut.     

"Kami tahu, Malar, kami tahu... Pemilik domain pembantaian itu pasti akan mendatangimu. Kita telah bekerja bersama selama bertahun-tahun, jadi tidak bisakah kamu memiliki sedikit keyakinan kepada kami?" Ujar Yurtrus sang Dewa Kematian dari samping. Nada bicaranya yang dipenuhi dengan sindiran tersebut membuat Malar ingin memberikan sanggahan, tetapi entah mengapa roh-roh pendendam di sekitar tubuhnya tidak menghilangkan ketenangannya.     

Meskipun mereka semua adalah para dewa berperingkat rendah, namun kebanyakan dewa Orc cocok untuk melakukan pertarungan. Pada saat ini, Gruumsh, satu-satunya dewa berperingkat tinggi mereka, sedang sibuk bersiap untuk menahan Mystra dan Tyr. Karena mereka hanya perlu berurusan dengan dewa berperingkat rendah lainnya, maka dia tidak perlu secara pribadi datang ke tempat ini.     

"Pengorbanan untuk sebuah avatar dewa... hehe... Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi..." Tatapan mata dari beberapa avatar itu mulai menembus cakrawala dan mereka melihat ke dalam Hutan Moonwood, di mana sebuah upacara pengorbanan besar-besaran sedang diadakan oleh Suku Blackblood.     

Suku tersebut telah menggunakan semua esensi darah dari Kelompok Pedagang Neon untuk membuat sebuah genangan darah di lokasi upacara pengorbanan tersebut. Roh-roh pendendam tampak sedang meratap sedih di permukaan genangan itu.     

Seorang tahanan yang kuat dari ras lain diikat di atas altar, tubuhnya dipenuhi dengan segel-segel. Luka-luka yang terlihat di sekujur tubuhnya menjadi bukti pertempuran sengit melawan para siluman yang berusaha untuk membuatnya menyerah dan menunjukkan cedera yang mereka timbulkan sebelum dia kalah.     

Sebagai seorang Dewa Pembantaian, Malar memberkati para pengikutnya yang mempersembahkan musuh-musuh yang kuat. Bahkan dia sendiri yang akan menurunkan avatarnya jika mereka berhasil membunuh seorang Profesional berperingkat Legenda.     

Ritual yang saat ini sedang dilakukan oleh Suku Blackblood tersebut bahkan memberikan persembahan yang lebih besar dari itu. Ada beberapa Profesional berperingkat Legenda yang digunakan sebagai persembahan bersama esensi darah manusia yang tak terhitung jumlahnya.     

'Yang Mulia pasti akan menikmati upacara ini. Dia bahkan akan memberikan berkah kepada kita dan menaikkan peringkat kita...' Para dukun yang membantu menyelenggarakan upacara tersebut tampak cukup bersemangat, mata mereka dipenuhi dengan kegembiraan saat mereka melihat para tahanan yang terikat.     

Namun tampaknya Gara yang merupakan pemimpin mereka dan beberapa dukun berperingkat Legenda lainnya tidak merasa sesenang para dukun lainnya. Bahkan ada sebuah jejak kekhawatiran di dalam ekspresi wajah mereka. Para siluman telah berevolusi dari binatang buas dan seharusnya sejak awal mereka tidak memiliki emosi semacam itu. Ekspresi yang muncul saat ini adalah sebuah tanda bahwa bahaya yang akan mereka hadapi sangatlah mengerikan, sebuah bahaya yang bahkan tidak bisa dikendalikan oleh para Legenda!     

"Yang Mulia Malar, engkau adalah Dewa Pembantaian di antara bintang-bintang di langit. Engkau adalah pelindung kami, bagi kami, namamu akan suci untuk selamanya. Engkau adalah satu-satunya dewa sejati..." Semakin banyak siluman yang berdoa dengan khusyuk, dan perlahan-lahan ritual itu mencapai puncaknya.     

Beberapa dukun berjubah putih memegang belati-belati pendek berwarna hitam di mulut mereka sambil berjalan di antara para pengikut Malar. "Yang Mulia Malar, engkau adalah sang Pelahap Darah. Rasa takut musuh-musuhmu memberimu kekuatan, daging dan darah mereka akan menjadi kekuatan ilahimu. Darah para Legenda ini akan menjadi sumber kemuliaan dan kekuatanmu..."     

Meskipun sudah tahu bahwa nasib mereka telah ditetapkan, para tumbal tersebut mulai meronta-ronta, melakukan upaya yang sia-sia. Bahkan antara para tahanan itu terdapat seekor naga legendaris yang kekuatan spiritualnya hanya lebih lemah sang Naga Tertinggi.     

Namun tidak terlihat ada emosi di wajah para dukun ini ketika mereka menggunakan belati-belati mereka dengan cekatan, "Yang Mulia Dewa... Terimalah persembahan kami!"     

*Kacha!* Sepertinya sisik naga yang tebal dan kuat itu tidak bisa bertahan dari sayatan belati khusus berwarna hitam yang memotong tanpa ampun sampai darah segar berwarna hijau mengalir keluar dari luka di tubuh naga tersebut.     

*Sssii! Sssii!* Darah yang bersifat korosif itu membakar tanah hingga berlubang. Cahaya di mata naga itu meredup sebelum akhirnya kehilangan cahayanya.     

"ROAR!" Ketika melihat pemandangan tersebut, para siluman itu tampaknya bersorak dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Di tengah suara sorak sorai para siluman, para dukun dengan cekatan membedah tubuh naga tersebut dan memisahkan anggota-anggota tubuhnya serta melemparkannya ke dalam genangan darah.     

Genangan korosif itu mulai mendidih dan cahaya berwarna merah tua segera terpancar dari dalam genangan ketika genangan tersebut menyerap semua daging naga itu. Cahaya berwarna emas menyelimuti patung Malar untuk menunjukkan bahwa sang Dewa Pemburu telah berhasil dipanggil. Suara raungan dan doa di sekitar tempat tersebut menjadi semakin keras sehingga bahkan awan di langit sampai hancur berkeping-keping.     

Pancaran cahaya di sekitar patung tersebut menjadi semakin terang ketika seorang peri tahanan dilemparkan ke dalam genangan darah tersebut sebagai pengorbanan terakhir. Di tengah suara raungan para siluman, seekor kera berwarna emas turun ke Hutan Moonwood dan mereka semua saat menyaksikan dewa mereka dengan tatapan mata penuh semangat.     

Malar melolong ketika dia tiba di atas genangan darah tersebut. Terlihat jelas bahwa dia menikmati persembahan ini dan tidak sabar untuk memanjakan dirinya. Cakar-cakarnya yang kuat membelai beberapa dukun yang berlutut di samping genangan darah itu dan pancaran cahaya keemasan turun ke atas para makhluk yang sedang berlinang air mata tersebut.     

"Sebuah peningkatan peringkat secara instan!" Para penonton hanya bisa merasa iri ketika melihat orang-orang beruntung itu dengan mata memerah.     

"Roar!" Malar melepaskan beberapa suara geraman setelah memberikan hadiah kepada para pengikutnya, kemudian dia melompat ke dalam genangan darah tersebut.     

*Boom!* Tapi tepat pada saat itu, sebuah peristiwa aneh terjadi. Darah merah tua tersebut berubah menjadi berwarna hitam dan roh-roh pendendam yang terdapat didalamnya memadat ketika mereka merangkak naik ke tubuh Malar. Jaring aneh berwarna hitam yang muncul dari genangan darah itu menjebak Malar di dalamnya.     

"Ada apa ini?" Beberapa dukun terkejut ketika mereka melihat rekan-rekan mereka dan menyaksikan terjadinya peristiwa tersebut dengan ekspresi wajah kebingungan. Beberapa dukun yang lebih bijaksana telah bereaksi, "Manusia-manusia licik itu! Ada yang salah dengan esensi darah yang mereka berikan kali ini!"     

Baru sekarang para dukun tersebut mencurigai Kelompok Pedagang Neon, tetapi sudah terlambat untuk bertindak. Jaring berwarna hitam itu bergerak ke langit dan sepertinya ada seutas tali tidak terlihat yang membuat ikatan jaring tersebut menjadi semakin kencang.     

"Yang Mulia Kukulkan... Engkau adalah Dewa Pembantaian, sang Penguasa Iblis. Engkau adalah satu-satunya penguasa sejati dari dunia ini!" Di tengah-tengah suara pujian-pujian yang dilantunkan dengan penuh semangat, sebuah portal terbuka di langit dan Leylin berjalan keluar dari dalam portal itu. Dia tampak seperti seorang pemburu yang cerdik ketika dia menghisap energi Malar melalui jaring raksasa tersebut. Begitu Malar kehilangan seluruh energinya, dia akan langsung membunuhnya!     

"Akhirnya dia tiba di tempat ini!"     

*Rumble!* Langit bergemuruh. Awan-awan gelap menyelimuti Hutan Moonwood dan seekor ular berwarna perak muncul dari dalam awan. Beberapa portal terbuka ketika avatar dari beberapa dewa Orc turun ke wilayah Suku Blackblood, gelombang dari aura ilahi yang mereka pancarkan membuat para siluman yang berada di atas tanah tertegun. Dewa demi dewa melangkah keluar dari portal-porta tersebut dan membuat jantung para siluman itu berdetak sangat kencang.     

Hanya para siluman kelas atas saja yang menyadari bahwa akan terjadi sebuah pertempuran ilahi dan mereka bergegas memasang pertahanan sambil meninggalkan tempat itu. Diam-diam mereka berdoa agar pihak mereka memenangkan pertempuran dan agar pertempuran ilahi ini tidak sampai berdampak pada mereka.     

"Kukulkan... Sang Dewa Pembantaian? Jadilah sebuah artefak untuk istana ilahiku!" Seorang dewa yang bersembunyi di dalam kegelapan melancarkan serangan pertama. Sepasang cakar yang sangat kuat melesat keluar dari ruang hampa dan mengincar jantung Leylin. Bahkan sebuah avatar ilahi akan kehilangan banyak kekuatannya jika sampai menderita sebuah cedera separah itu!     

'Sebuah serangan diam-diam dan mereka bisa menyembunyikan dirinya di balik bayang-bayang... Shadow Realm! Itu adalah Shargaas sang Dewa Persembunyian!' Leylin langsung mengetahui siapa dewa yang menyerangnya itu, tetapi ekspresi wajahnya tetap tenang seperti air.     

Cahaya keemasan mengalir di sekitar tubuh Leylin untuk menunjukkan bahwa sebuah pertempuran ilahi akan segera dimulai!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.